Wednesday, October 6, 2021

Lenyapnya Perpustakaan Alexandria

 

Pada masa berabad-abad yang lalu, dunia pernah memiliki perpustakaan terbesar yang pernah ada dalam sejarah. Memuat berbagai naskah kuno yang tak ternilai, perpustakaan ini berdiri pada abad ke 3 SM dan menjadi primadona tempat persinggahan bagi para cendekiawan dunia. Namun sayangnya perpustakaan ini menghilang. Perpustakaan ini dikenal juga dengan nama Perpustakaan Alexandria.

Perpustakaan Alexandria atau Iskandariyah merujuk pada tempat yang sama. Perbedaan nama ini hanya karena perbedaan penyebutan oleh bangsa Barat dengan bangsa Arab. Orang Barat mengenalnya dengan nama Alexandria atau Aleksandria, sementara bangsa Arab menyebutnya Iskandariyah.

Perpustakaan Alexandria didirikan pada masa pemerintahan Ptolomeus II dari Mesir pada awal abad ke 3 SM. Cikal bakal pembuatan perpustakaan ini sendiri didahului oleh pendirian kuil para Musai yang dilakukan oleh ayah Ptolomeus II, yaitu Ptolomeus I yang bernama Soter. Ia mendirikan kuil bagi Musai yang disebutnya sebagai Musaeum (yang menjadi asal mula kata "museum").

Sebelum kita membahas mengenai perpustakaan terbesar dalam sejarah ini, mari kita melihat ke kota tempat perpustakaan ini berdiri.

Kota Alexandria (Iskandariyah) adalah sebuah kota megah dengan bangunan-bangunan yang menakjubkan. Salah satu bangunan yang terkenal adalah sebuah mercusuar bernama "faros" dengan tinggi 110 meter, yang saat itu dianggap salah satu dari 7 keajaiban dunia. Di sana pula terdapat makam Alexander Agung.

Di bawah pemerintahan Ptolomeus, Alexandria bukan hanya berubah menjadi kota megah dengan bangunan-bangunan menakjubkan, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dunia dan perdagangan (menurut Atlas of The Greek World). Selain itu pula, kota ini terkenal sebagai koa yang menjunjung intelektualitas serta menjadi tujuan bagi para cendekiawan dunia sebagai tempat belajar.

Perlu diketahui bahwa keluarga Ptolemy secara turun temurun merupakan orang-orang yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan raja-rajanya, misalnya Ptolemy I yang bernama Soter merupakan ahli sejarah, Ptolemy II bernama Philadelpus dikenal sebagai ahli hewan, Ptolemy III bernama Eurgetes adalah ahli literatur, bahkan Ptolemy IV adalah seorang penulis naskah drama pada masanya.

Ptolemy

Nah, keluarga inilah yang kemudian mendirikan perpustakaan kerajaan yang awalnya didirikan beserta kuil dewi Muse oleh Ptolemy I. Tempat ini kemudian segera menjadi primadona dan daya tarik kerajaan bagi orang-orang bijak dari seluruh dunia untuk datang mengunjungi Mesir. 

Memiliki perpustakaan megah dengan kumpulan koleksi naskah-naskah berharga rupanya telah menjadi semacam ajang gengsi untuk pembuktian bahwa intelektualitas mereka berada jauh lebih tinggi dibandingkan bangsa lainnya. Para penguasa saat itu pun sangat terobsesi untuk memperbanyak koleksi perpustakaan. Para penduduk diwajibkan untuk memberikan naskah kepada perpustakaan, bahkan kapal-kapal yang singgah sampai digeledah oleh prajurit istana. Naskah yang didapatkan kemudian disalin. Salinannya diberikan pada pemiliknya, sedangkan yang asli disita negara demi memenuhi koleksi perpustakaan saat itu. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Ptolomeus III Eurgetes, di mana perpustakaan Alexandria mengalami perkembangan sangat pesat.

Tak kurang dari 700.000 naskah berupa gulungan papirus menjadi koleksi. Berbagai macam jenis naskah mulai dari agama, puisi, sejarah, filsafat, pengobatan, retorika, ilmu pengetahuan, hingga hukum ada di perpustakaan ini. Naskah-naskah syair tak ternilai (Sappho, Hesiod, Homer, Appolonius, Theocritus, Aratos), drama-drama klasik (Euripedes, Sophocles, Aristophanes), filsafat (Plato, Aristoteles, Philon), koleksi sejarah Herodotus, fisika karya Archimede dan hipatia, hingga ilmu kedokeran lengkap berada di sini.



Para tokoh-tokoh termasyur dunia dikabarkan pernah berada di sini dan menghasilkan karya-karya penting dalam ilmu pengetahuan seperti astronomi, geometri, kesusastraan, dan kedokteran. Bahkan tempat ini merupakan tempat bersejarah di mana para cendekiawan Yahudi sebanyak 72 orang saat itu menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Ibrani ke bahasa Yahudi yang kemudian menghasilkan karya fenomenal Saptuaginta yang kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Peristiwa ini terjadi pada masa Ptolomeus II yang bernama Philadelphus.


Hancurnya Perpusakaan Alexandria

Keberadaan Perpustakaan Alexandria dulu bahkan tidak pernah diketahui. Keberadaannya mulai diketahui pada zaman modern dan mencuri perhatian banyak orang tatkala sebuah inkripsi kuno karya Tiberius Claudius Balbius dari Roma, Italia, menyebut-nyebut soal perpustakaan ini.

Dalam bukunya, ia mengatakan bahwa terdapat perpustakaan yang sangat besar berada di Alexandria, Mesir dibangun pada masa pemerintahan dinasti Ptolemy di Mesir. Segera setelah itu, banyak yang mulai mencari tahu mengenai perpustakaan ini dan mengapa perpustakaan ini bahkan tidak lagi tersisa di zaman modern. Apa yang sebenarnya terjadi pada perpustakaan terbesar dalam sejarah umat manusia itu?

Ada beberapa teori yang mencoba menjawab mengenai lenyapnya perpustakaan kuno Alexandria. Pertama, yaitu peristiwa pembakaran kota yang dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 48 SM. Saat itu Caesar merangsek masuk ke Mesir dan menyerang pasukan Ptolemy XIII. Mereka juga melakukan pembakaran pada berbagai fasilitas kerajaan yang sialnya juga merambat ke sebuah ruangan yang berisi penuh dengan gulungan papirus. Tempat itu diduga kuat tak lain adalah Perpustakaan Alexandria.


Dilengkapi dengan 400.000 buku dan ditunjang dengan teknologi komputerisasi modern, perpustakaan ini mampu menampung hingga 8 juta buku.