Agen bola Piala Dunia

Silakan Hubungi Cs kami untuk informasi lebih lanjut.

SELAMAT DATANG DI BLOG PREDIKSI CERIA4D

Blog Prediksi Resmi dari BO CERIA4D

Lomba Tebak 3D -2Line Bersama CERIA4D

bagi yang ingin mengikuti Silakan bergabung di Group Facebook kami "DONATAN4D Agent Togel Terpercaya"

Link WAP Donatan4D

Kini Hadir Versi Handphone Untuk memudahkan Para Member melakukan Betting dimana saja dan kapan saja.

Donatan4D bandar Togel Online Terpercaya

Silakan Hubungi Kami melalui Kontak di Atas

Monday, July 25, 2022

Ada Titik Manis di Laut: Pegunungan Gula di Bawah Padang Lamun


Lamun memainkan peran penting dalam iklim kita. Mereka adalah salah satu penyerap karbon dioksida paling efisien di Bumi. Sebuah tim ilmuwan dari Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Kelautan telah melaporkan bahwa lamun melepaskan sejumlah besar gula, sebagian besar dalam bentuk sukrosa, ke dalam tanah mereka di seluruh dunia lebih dari 1 juta ton sukrosa, ini cukup untuk 32 miliar kaleng kokas.

Konsentrasi gula yang begitu tinggi sangat mengejutkan. Biasanya, mikroorganisme dengan cepat mengonsumsi gula bebas ini di lingkungan mereka. Namun, para ilmuwan menemukan bahwa lamun mengeluarkan senyawa fenolik, dan ini menghalangi sebagian besar mikroorganisme untuk mendegradasi sukrosa tersebut. Sehingga memastikan bahwa sukrosa tetap terkubur di bawah padang rumput dan tidak dapat diubah menjadi CO2 dan dikembalikan ke laut juga atmosfer. Mereka menjelaskan penemuan mereka itu dalam jurnal Nature Ecology & Evolution yang diterbitkan pada 2 Mei 2022 berjudul “Sugars dominate the seagrass rhizosphere”.

Lamun membentuk padang rumput hijau subur di banyak daerah pesisir di seluruh dunia. Tumbuhan laut ini adalah salah satu penyerap karbon dioksida global paling efisien di Bumi: Satu kilometer persegi lamun dapat menyimpan karbon hampir dua kali lebih banyak daripada hutan di darat, dan 35 kali lebih cepat.

Saat ini, para ilmuwan dari Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Kelautan di Bremen, Jerman, telah menemukan bahwa lamun melepaskan sejumlah besar gula ke dalam tanah mereka, yang disebut rizosfer. Konsentrasi gula di bawah lamun setidaknya 80 kali lebih tinggi daripada yang diukur sebelumnya di lingkungan laut. "Sebagai gambaran: Kami memperkirakan bahwa di seluruh dunia ada antara 0,6 dan 1,3 juta ton gula, terutama dalam bentuk sukrosa, di rizosfer lamun," jelas Manuel Liebeke, kepala Interaksi Metabolik Kelompok Riset di Max Planck. Institut Mikrobiologi Kelautan, seperti dilaporkan Tech Explorist. "Itu kira-kira sebanding dengan jumlah gula dalam 32 miliar kaleng coke!" ujarnya.

Mikroba menyukai gula karena mereka mudah dicerna dan penuh dengan energi. Jadi mengapa sukrosa tidak dikonsumsi oleh komunitas besar mikroorganisme di rizosfer lamun? "Kami menghabiskan waktu lama untuk mencari tahu hal ini," kata penulis pertama Maggie Sogin, yang memimpin penelitian di pulau Elba di Italia dan di Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Kelautan.

"Apa yang kami sadari adalah bahwa lamun, seperti banyak tanaman lain, melepaskan senyawa fenolik ke sedimennya. Anggur merah, kopi, dan buah-buahan penuh dengan fenolat, dan banyak orang menggunakannya sebagai suplemen kesehatan. Yang kurang diketahui adalah bahwa fenolat adalah antimikroba, dan menghambat metabolisme sebagian besar mikroorganisme. Dalam percobaan kami, kami menambahkan fenolat yang diisolasi dari lamun ke mikroorganisme di rizosfer lamun, dan memang, sukrosa yang dikonsumsi jauh lebih sedikit dibandingkan saat tidak ada fenolik," jelas Sogin.

Mengapa lamun menghasilkan gula dalam jumlah besar, untuk kemudian dibuang begitu saja ke rizosfernya? Nicole Dubilier, Direktur di Institut Max Planck untuk Mikrobiologi Kelautan menjelaskan, "Lamun menghasilkan gula selama fotosintesis. Di bawah kondisi cahaya rata-rata, tanaman ini menggunakan sebagian besar gula yang mereka hasilkan untuk metabolisme dan pertumbuhan mereka sendiri. Namun dalam kondisi cahaya tinggi, misalnya pada tengah hari atau selama musim panas, tanaman ini menghasilkan lebih banyak gula daripada yang dapat mereka gunakan atau simpan. Kemudian mereka melepaskan kelebihan sukrosa ke dalam rizosfernya. Anggap saja sebagai katup pelimpah."


Menariknya, sekelompok kecil spesialis mikroba mampu berkembang dengan sukrosa meskipun dalam kondisi yang menantang. Sogin berspekulasi bahwa spesialis sukrosa ini tidak hanya mampu mencerna sukrosa dan menurunkan fenolat, tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi lamun dengan memproduksi nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh, seperti nitrogen. "Hubungan menguntungkan antara tanaman dan mikroorganisme rizosfer seperti itu sudah dikenal baik di tanaman darat, tetapi kami baru saja mulai memahami interaksi yang intim dan rumit antara lamun dengan mikroorganisme di rizosfer laut," tambahnya.

Padang lamun adalah salah satu habitat paling terancam di planet kita. "Melihat seberapa banyak karbon biru yaitu karbon yang ditangkap oleh ekosistem laut dan pesisir dunia yang dapat hilang ketika komunitas lamun dihancurkan, penelitian kami dengan jelas menunjukkan: Bukan hanya lamun itu sendiri, tetapi juga sejumlah besar sukrosa di bawah lamun hidup yang akan mengakibatkan hilangnya karbon yang tersimpan. Perhitungan kami menunjukkan bahwa jika sukrosa di rizosfer lamun didegradasi oleh mikroba, setidaknya 1,54 juta ton karbon dioksida akan dilepaskan ke atmosfer di seluruh dunia," kata Liebeke.

"Itu kira-kira setara dengan jumlah karbon dioksida yang dipancarkan oleh 330.000 mobil dalam setahun," imbuh Sogin.

Lamun menurun dengan cepat di semua lautan, dan dalam rentang tahunan, kehilangan mereka diperkirakan mencapai 7% di beberapa lokasi, sebanding dengan hilangnya terumbu karang dan hutan hujan tropis. Hingga sepertiga dari lamun dunia mungkin telah hilang. "Kami tidak tahu banyak tentang lamun seperti yang kami ketahui tentang habitat berbasis darat," Sogin menekankan. "Studi kami berkontribusi pada pemahaman kami tentang salah satu habitat pesisir paling kritis di planet kita, dan menyoroti betapa pentingnya melestarikan ekosistem karbon biru ini."

 

Friday, July 22, 2022

Rentan Pencurian, Situs Pompeii Kini Dijaga oleh Anjing Robot


Robot membantu kehidupan manusia, termasuk menjadi penjaga rumah atau tempat khusus.

Pada tahun 2013, Pompeii dinyatakan oleh UNESCO berada di ambang dinyatakan tidak aman. Untuk menjaga keamanannya, pihak berwenang Italia harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk keamanan dan inspeksi lokasi.

Alih-alih mengeluarkan biaya besar, pemerintah Italia memutuskan untuk menyediakan anjing penjaga. Bukan anjing penjaga biasa. Spot, demikian ia dipanggilnya, merupakan sebuah robot yang sekarang berpatroli di reruntuhan Pompeii.

Pemerintah Italia harus merogoh kocek sebesar 75.000 dolar atau sekitar 1 miliar rupiah. Mahal memang, namun mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan anjing pintar yang diberdayakan AI, harga itu masuk akal.

Spot dikembangkan oleh perusahaan desain rekayasa dan robotika yang berbasis di Amerika Serikat, Boston Dynamics. Konon, Spot dapat melakukan banyak hal, lebih dari sekadar melindungi situs dari penyusup, dilansir dari laman The Guardian.

Diciptakan untuk banyak situasi

Anjing penjaga robot Pompeii telah dipekerjakan di bawah proyek Smart@POMPEI. Proyek ini bertujuan untuk mengelola taman cerdas, berkelanjutan, dan inklusif. “Mereka memanfaatkan solusi teknologi terintegrasi,” ungkap otoritas taman.

Peran Spot tidak hanya terbatas pada menjaga situs dari penyusup. “Robot ini juga dapat mengidentifikasi masalah struktural dan keselamatan. Juga memeriksa terowongan bawah tanah yang digali oleh pencuri peninggalan,” ungkap Sahir Pandey di laman Ancient Origins.

Spot bahkan bisa memeriksa sudut dan celah terkecil, memasuki ruang mana pun, berpatroli di malam hari.

“Spot dari Pompeii ini dibuat khusus dengan rangkaian kamera dan sensor canggih yang mengesankan,” tambah Pandey. Rencananya, robot penjaga ini akan digunakan untuk intervensi terkait dengan pemeliharaan struktural dan masalah keamanan situs secara keseluruhan.

Teknologi yang inovatif

Tujuan menggunakan solusi teknologi inovatif “tepatnya untuk meningkatkan kualitas pemantauan area yang ada. Fungsi Spot tidak terbatas di masalah keamanan saja.

Spot dapat membantu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kemajuan pekerjaan di area yang menjalani pemulihan atau restorasi. Ini membantu pekerjaan otoritas taman untuk mengelola keselamatan area tersebut, baik situs, serta para pekerjanya.

Site Director Gabriel Zuchtriegel mengatakan, “Kemajuan teknologi di dunia robotika, dalam bentuk kecerdasan buatan dan sistem otonom, menghasilkan solusi dan inovasi yang biasanya terkait dengan dunia industri dan manufaktur. Namun hingga saat ini belum ditemukan aplikasi dalam situs arkeologi karena heterogenitas kondisi lingkungan, dan ukuran situs.”

Zuchtriegel menambahkan bahwa sampai Spot muncul, tidak ada teknologi seperti itu yang pernah digunakan di situs arkeologi mana pun.

Spot juga bekerja dengan drone pemindai laser terbang Leica BLK2FLY yang digunakan untuk pemindaian 3D secara mandiri di situs seluas 66 hektar. Ini akan membantu Spot setelah ia mengidentifikasi area potensial yang diminati.

Design Boom melaporkan bahwa Spot telah dilengkapi untuk menangani berbagai jenis medan dengan kelincahan dan otonomi. “Kelebihan ini memungkinkan otomatisasi kegiatan inspeksi rutin,” ungkap Padey.

Sebagian besar data yang dikumpulkan oleh anjing penjaga robotik adalah melalui kamera Leica BLKARC dan Sensor Spot CAM+ Boston Dynamic. Zuchtriegel menambahkan bahwa peralatan khusus yang ditambahkan ke Spot ini memberikan jenis data yang persis seperti yang dicari oleh otoritas taman Pompeii.

Selain itu, ancaman yang dibuat oleh perampok kuburan di dalam dan di sekitar terowongan dapat dengan cepat diidentifikasi oleh Spot.

Menariknya, The Daily Mail melaporkan bahwa Spot bahkan dapat digunakan di lokasi uji peluncuran roket, membantu personel militer menyelesaikan skenario pelatihan. Tentu saja, pengembang Boston Dynamics berharap dapat mengembangkan versi Spot yang dapat digunakan sebagai robot yang ramah untuk rumah dan keluarga.slot

Wednesday, July 20, 2022

Rencana Gila agar Lubang Terdalam Bumi Bisa Hasilkan Energi Nirbatas


Sebuah perusahaan energi perintis bernama Quaise telah menarik perhatian serius dari publik. Sejak diluncurkan pada 2020, perusahaan ini telah memperlihatkan tujuannya yang berani untuk menyelam lebih jauh ke dalam kerak bumi, ke bagian yanag lebih dalam daripada yang pernah digali siapa pun sebelumnya.

Perusahaan tersebut telah mengumpulkan total 63 juta dolar AS atau sekitar Rp setelah penutupan pendanaan modal ventura putaran pertamanya. Ini adalah sebuah awal bagus yang berpotensi membuat tenaga panas bumi dapat diakses oleh lebih banyak populasi di seluruh dunia.

Visi perusahaan untuk semakin dekat dengan pusat Bumi adalah menggabungkan metode pengeboran konvensional dengan senter berkekuatan megawatt yang terinspirasi oleh jenis teknologi yang suatu hari nanti dapat memungkinkan energi fusi nuklir.

Sebagaimana diberitakan Science Alert, energi panas bumi telah menjadi energi terbarukan yang terlupakan. Dengan matahari dan angin yang semakin mendominasi pasar energi hijau, upaya untuk memanfaatkan cadangan panas yang besar di bawah kaki kita untuk jadi energi terbarukan dan tanpa batas tetap tertinggal jauh di belakang.

Tidak sulit untuk memahami alasannya. Pasalnya, hanya ada sedikit tempat di mana batuan panas yang cocok untuk ekstraksi energi panas bumi berada di dekat permukaan. Sebagian besar batuan yang menyimpan panas berada sangat jauh di dalam bumi.

Quaise bertujuan untuk mengubahnya dengan mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita membuat lubang di kerak bumi untuk merekam kedalaman.

Hingga saat ini, upaya terbaik manusia untuk menembus kulit planet ini telah mencapai titik terendah sekitar 12,3 kilometer, yakni lubang bor Kola Superdeep Borehole di Rusia. Untuk mendorong lebih jauh, kita perlu menemukan cara untuk menggiling material yang terjepit oleh puluhan batu-batu besar dan kemudian membawanya kembali ke permukaan.

Alat penggali juga harus tetap dapat menggiling batu pada suhu melebihi 180 derajat Celsius. Memutar mata bor dalam jarak yang begitu jauh juga membutuhkan pemikiran yang cerdas.

Salah satu alternatif potensial untuk hambatan di atas adalah dengan mengebor lebih sedikit – dan membakar lebih banyak.

Lahir dari penelitian fusi nuklir di MIT Plasma Science and Fusion Center, solusi Quaise adalah menggunakan gelombang radiasi elektromagnetik sepanjang milimeter yang memaksa atom-atom untuk meleleh bersama.

Perangkat yang disebut gyrotron dapat secara efisien menghasilkan pancaran radiasi elektromagnetik secara terus menerus dengan menggoyangkan elektron-elektron dengan kecepatan tinggi di dalam medan magnet yang kuat.

Dengan menghubungkan gyrotron-grytoyon berkekuatan megawatt ke alat-alat pemotong terbaru, Quaise berharap dapat menembus batuan terkeras dan terpanas, hingga kedalaman sekitar 20 kilometer dalam hitungan bulan.

Pada kedalaman ini, panas batuan di sekitarnya dapat mencapai suhu sekitar 500 derajat Celsius. Angka ini cukup untuk mengubah air cair apa pun yang dipompa ke sana menjadi keadaan superkritis seperti uap yang sempurna untuk menghasilkan listrik.

Dengan menggunakan dana awal dan investasinya, Quaise berharap bisa memiliki perangkat yang dapat digunakan di lapangan yang menyediakan operasi proof-of-concept dalam dua tahun ke depan. Jika semuanya berjalan dengan baik, perangkat tersebut bisa memiliki sistem kerja yang menghasilkan energi pada 2026.

Sunday, July 17, 2022

Prasasti di Pulau Serutu, Jejak Pasukan Mongol Menginvasi Jawa


Wajah Meng Qi habis diacak-acak Raja Kartanegara dari Singasari yang tak sudi bila kerajaannya harus tunduk dan membayar upeti pada Dinasti Yuan. Akibatnya, Kaisar Kublai Khan geram dan segera mengirimkan pasukannya ke Jawa atas sikap tak terhormat Kartanegara.

Dalam catatan Dinasti Yuan, pasukan yang turut dalam invasi ke Jawa adalah 20.000 orang dan seribu kapal. Catatan sejarah kerajaan di Jawa dan beberapa tempat yang bersinggungan dengan ekspedisi itu pun menggambarkan agresi militer besar yang terjadi pada akhir abad ke-13 itu.

Rupanya, bukti ambisi Mongol menuju Kepulauan Nusantara itu juga tersisa dalam bentuk prasasti di dua lokasi Pulau Serutu, yakni Pasir Kapal dan Pasir Cina.

Tahun 2010, Balai Arkeologi Kalimantan Selatan mendapat kabar dari warga setempat mengenai Prasasti Pasir Kapal yang awalnya terletak di bagian atas lereng bukit, dan jatuh ke posisi yang sekarang akibat perburuan harta karun ilegal di sekitarnya. Prasasti itu menggunakan aksara dan bahasa Tionghoa periode Dinasti Yuan.

Berdasarkan tanggal yang ditulis, prasasti ini dibuat 25 Februari 1293. Menurut para peneliti lewat studi terbaru, penanggalan ini sesuai dengan catatan di Yuanshi (Sejarah Yuan) pada periode dinasti berikutnya.

Makalah itu berjudul "Mongol fleet on the way to Java: First archaeological remains from the Karimata Strait in Indonesia" di jurnal Archaeological Research in Asia edisi Maret 2022

Yuanshi pada tanggal itu menyebutkan, ada tiga orang yang disebut sebagai Shi Bi, Gao Xing, dan Ike Mese (Iqmis atau Yi Hei Mi Shi) sebagai "Sekretariat Eksekutif Fujian" yang diangkat oleh Kublai Khan untuk menaklukkan Pulau Jawa.

Seperti yang dijelaskan di awal, catatan sejarah Yuan yang kerap dipakai menuliskan jumlah pasukan dan kapal yang besar, bersama pasokan makanan untuk setahun yang diberikan kekaisaran.


"Namun, beberapa sejarawan menganggap catatan itu walau ada 20.000 pasukan yang direncanakan untuk dikirim, tetapi berikutnya hanya 5.000 pasukan yang mengikuti ekspedisi ini," tulis para peneliti yang dipimpin Hsiao-chun Hung dari Department of Archaeology and Natural History, Australian National University.

"Pada pendapat lain, jika jumlah pasukan berkurang dari 20.000 menjadi 5.000, semestinya jumlah armada yang berangkat kurang dari 200."

Ternyata, Prasasti Pasir Kapal menyebutkan hanya ada 500 kapal yang berangkat. Tentunya keterangan ini sesuai dengan pendapat banyak sejarawan dan catatan Yuanshi, terang para peneliti. Prasasti Pasir Kapal menjelaskan, tentara Mongol telah menghabiskan 10 hari di pulau ini sebelum pencatatan.

Sementara Prasasti Pasir Cina di dekat kawasan tenggara Pulau Serutu. Tidak jelas kapan prasasti ini ditulis, tetapi para peneliti memperkirakan ada hubungannya dengan ekspedisi Mongol ke Jawa. 

"Bisa dibayangkan, Prasasti Pasir Cina-1 dan -2 dan Prasasti Pasir Kapal secara kolektif adalah bagian yang sama yang tercatat dalam Dong Xi Yang Kao (Negeri di Samudra Timur dan Barat) yang ditulis oleh Zhang Xie (1574– 1640)," tulis para peneliti.

Zhang Xie menulis, "Ada kolam di perbukitan Karimata, dan sumber air tidak habis-habisnya. Ada prasasti kuno di dinding batu kolam."

Perjalanan panjang yang gagal
Armada itu telah berangkat dari Quanzhou pada 22 Januari 1293 dan singgah di Champa. Tidak jelas berapa lama pasukan Mongol singgah di Champa, tetapi para sejarawan mengira-ngira tiga hari lamanya.

Ibrahim dan Putranto lewat buku Champa: Kerajaan Kuno di Vietnam menulis, Champa turut andil dalam menghalangi serangan Mongol ke Jawa karena hubungan politik. Raja Jaya Simhwarman III yang mengetahui rencana invasi ini melarang mereka transit ke kawasan Champa, hingga setelah terusir Mongol terpaksa non-stop berlayar tanpa bisa bersinggah lagi.


Setelah memasuki perairan Natuna, para peneliti menjelaskan, armada besar ini singgah di Pulau Serutu, Pulau Gelam, dan juga beberapa pulau di Karimata, sekitar satu bulan. Apa yang mereka lakukan di kedua tempat ini begitu lama adalah memperbaiki kapal dan membuat perahu kecil untuk memasuki kawasan sungai.


13 Maret 1293, armada itu tiba di Karimun Jawa, dan invasi dimulai pada 22 Maret ketika mereka tiba di perairan Tuban. Mereka justru terlibat dua kekuatan perang saudara, antara Raden Wijaya dan Kartanegara sampai menewaskan 3.000 prajurit Mongol.

"Akhirnya, pasukan yang selamat meninggalkan jawa pada bulan ke-4, hari ke-24 (31 Mei 1293). Setelah perjalanan 68 'siang dan malam', mereka tiba di Quanzhou," tulis para peneliti dalam makalah. "Selama waktu ini, lebih dari 100 prajurit Mongol menetap di Pulau Gelam, tidak berperang di Jawa, atau kembali ke rumah mereka di Tiongkok."

Keberadaan mereka diketahui oleh penjelajah Tiongkok Wang Dayuan yang mengunjungi pulau itu 40 tahun kemudian. Sementara serangan besar ini bagi kerajaan Jawa, menurut Djoko Pramono di Budaya Bahari, dikenalnya senjata mesiu seperti meriam yang berikutnya dipakai oleh Majapahit untuk berperang.

Australian National University menganalisis prasasti ini berdasarkan kajian penelitian lapangan dari Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimatan Timur, dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Saturday, July 16, 2022

Penemuan Fosil 'Naga Laut' Sepanjang 10 Meter di Rutland, Inggris


Telah ditemukan fosil ichthyosaurus dengan julukan “Naga Laut” berukuran 10 meter di Rutland Water Nature Reserve, Inggris. Kerangka hewan purba ini merupakan yang terbesar dan terlengkap dari jenisnya yang ditemukan di Inggris hingga saat ini.

Selain itu, temuan ini dianggap sebagai ichthyosaurus pertama dari spesiesnya, Temnodontosaurus trigonodon yang didapat di negara tersebut. Sisa-sisa dari hewan besar ini ditemukan oleh Joe Davis, Ketua Tim Konservasi Air Rutland selama pengeringan rutin pulau laguna untuk lanskap ulang pada Februari 2021.

Dilansir dari laman Leicestershire and Rutland Wildlife Trust, ichthyosaurus ini berusia sekitar 180 juta tahun dengan berat tengkorak sekitar satu ton. Hewan purba ini pertama kali muncul sekitar 250 juta tahun yang lalu dan punah 90 juta tahun silam. Mereka merupakan kelompok dari reptil laut dengan ukuran yang bervariasi mulai dari satu hingga lebih dari 25 meter. Pada umumnya memiliki bentuk tubuh menyerupai lumba-lumba.

Penemuan fosil ini bermula ketika Joe Davis dan petugas cagar alam, Paul Trevor berangkat melintasi laguna. Jose melihat sesuatu yang tampak seperti pipa tanah liat mencuat dari lumpur. Beliau mengungkapkan dirinya pernah menemukan kerangka paus dan lumba-lumba sebelumnya.

“Ini tampak serupa dan saya mengatakan kepada Paul bahwa mereka (fosil) tampak seperti tulang belakang. Kami menyusuri apa yang terlihat seperti tulang belakang dan Paul menemukan sesuatu yang bisa jadi adalah tulang rahang. Kami sangat tidak percaya,” ujar Joe Davis.


“Temuan ini benar-benar menarik dan menjadi sorotan (dalam) karir yang nyata, sangat menyenangkan untuk belajar banyak dari penemuan ini dan berpikir bahwa makhluk menakjubkan kan pernah berenang di laut di atas kita, dan sekali lagi Rutland Water adalah surga bagi satwa liar lahan basah meski dalam skala yang lebih kecil,” lanjutnya.

Fosil besar yang rapuh ini digali dengan hati-hati pada bulan Agustus dan September 2021 lalu oleh tim ahli paleontologi yang dikumpulkan dari seluruh Inggris dalam kemitraan dengan Anglian Water, Rutland County Council and Leicestershire dan Rutland Wildlife Trust. Diketahui penggalian fosil ini dipimpin oleh ahli ichthyosaurus dunia, Dr Dean Lomax dan spesialis konservator paleontologi Nigel Larkin bersama beberapa ahli lainnya.

Lebih lanjut, Dean Lomax mengatakan bahwa ukuran dan kelengkapkan fosil yang membuat temuan ini benar-benar luar biasa. “(Ichthyosaurus) ini adalah puncak rantai makanan, predator puncak. Jadi (hewan purba) ini akan memakan ichthyosaurus lain, cumi-cumi juga,” kata Dean Lomax kepada CNN.

Hanya saja, Lomax menambahkan temuan ini baru permulaan saja. Setelah spesimen dibersihkan, kemungkinan bahwa makanan terakhir reptil laut bisa diketahui. Regan Harris, selaku juru bicara Anglian Water yang berada di lokasi penggalian mengungkapkan sebelumnya telah ditemukan fosil ichthyosaurus di situs Rutland Water.

Spesimen tersebut saat ini tengah dirawat oleh ahli paleontologi konservator. Proses ini memakan waktu 12 hingga 18 bulan. Regan Harris menyebutkan setelah proses tersebut fosil akan ditampilkan di depan umum.

“Kami sangat bangga akan hal itu dan saya tahu komunitas lokal juga begitu. Kami sangat ingin membawanya pulang ke Rutland dan memajangnya untuk dinikmati orang-orang,” harap Regan Harris.

Ichthyosaurus merupakan anggota kelompok reptil air yang telah punah. Sebagian besar sangat mirip dengan lumba-lumba dalam hal penampilan dan kebiasaan. Melansir dari Britannica, kerabat jauh kadal dan ular (lepidosaurus) ini adalah reptil air yang paling terspesialisasi.

Selain itu, ichthyosaurus memiliki distribusi geografis yang sangat luas. Sisa-sisa fosil mereka mencakup hampir seluruh Era Mesozoikum, 251 juta hingga 65,5 juta tahun yang lalu. Kendati demikian, mereka paling melimpah dan beragam selama periode Trias dan Jurassic, 251 juta hingga 145,5 juta tahun yang lalu.

Wednesday, July 13, 2022

Saat Kebiri Jadi Alat untuk Mendapatkan Posisi Kasim di Tiongkok


Penggunaan kasim atau sida-sida dimulai di Sumeria sejak abad ke-21 SM. Saat itu, pengebirian dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan kasim. Penggunaannya pun makin meluas hingga ke Tiongkok, terutama di Kota Terlarang.

Kota Terlarang merupakan kompleks istana kekaisaran dan kediaman Kaisar Tiongkok beserta anggota rumah tangganya. Istana ini digunakan selama periode Dinasti Ming dan Dinasti Qing, antara tahun 1420 sampai 1924.

Tempat ini juga menjadi pusat pemerintahan Tiongkok hampir selama lima abad. Kota Terlarang dibagi menjadi dua bagian yaitu Istana Dalam dan Istana Luar. Istana Dalam merupakan wilayah pribadi kaisar, di mana tidak ada pria lain yang diizinkan untuk berlama-lama.

Pejabat, personel militer, dan bahkan kerabat laki-laki kaisar wajib meninggalkan Istana Dalam pada malam hari. Satu-satunya pria yang diizinkan untuk tinggal di Istana Dalam adalah mereka yang telah dibuat impoten secara seksual melalui pengebirian. Mereka adalah para kasim.

Tradisi kebiri dan kasim di Tiongkok kuno sudah dilakukan sebelum pembangunan Kota Terlarang di abad ke-15. Di sana, kebiri merupakan salah satu dari Lima Hukuman. Lainnya adalah tato, pemotongan hidung, amputasi kaki, dan hukuman mati.

Lambat laun kebiri menjadi sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kekaisaran. Sejak Dinasti Han, kasim menjalankan urusan sehari-hari di istana Kekaisaran. Karena tugasnya, kasim memiliki hubungan yang dekat dengan kaisar. Sehingga kasim berpotensi memberikan pengaruh yang cukup besar pada kaisar.

Kasim juga dapat mengumpulkan sejumlah besar kekuatan politik yang bermanfaat. Namun dinasti yang berkuasa tidak menganggapnya sebagai ancaman serius. Ini karena kasim tidak dapat memiliki anak sendiri dan mewariskan kekuasaan pada keturunannya. Kaisar Tiongkok yang kuat terkadang memiliki ribuan selir di dalam Kota Terlarang. Selain oleh kaisar sendiri, para selir ini tidak akan dihamili oleh siapa pun.

Meski kasim tidak dianggap sebagai ancaman potensial untuk menggantikan kaisar, mereka sepenuhnya mampu menjatuhkan dinasti yang berkuasa.

Kekuatan besar yang dimiliki beberapa kasim dapat merusak, mengubahnya menjadi individu yang rakus, kejam, dan licik.

Dalam drama dan film Tiongkok tentang istana kekaisaran, kasim sering kali berperan sebagai karakter jahat. Banyak contoh kasim jahat dapat ditemukan dalam sejarah Tiongkok. Jatuhnya dinasti Qin, misalnya, dapat dikaitkan dengan kasim Zhao Gao.

Menurut catatan sejarah, Zhao Gao milik keluarga penguasa negara bagian Zhao, salah satu dari tujuh negara bagian selama Periode Berperang. Ketika orang tua Zhao Gao melakukan kejahatan, mereka dihukum, dan saudara-saudaranya dikebiri. Secara tradisional dianggap bahwa hukuman yang sama dijatuhkan kepada Zhao Gao.

Zhao Gao datang untuk melayani Qin Shi Huang karena dia adalah seorang ahli hukum. Ini memungkinkan Zhao Gao naik pangkat dan menjadi salah satu penasihat terdekat kaisar. Setelah kematian Qin Shi Huang, Zhao Gao dan Perdana Menteri atau Kanselir, Li Si, mengatur kudeta. Mereka merekayasa kematian pewaris, Fusu, serta dua pendukungnya, Meng Tian dan Meng Yi.

Selanjutnya, putra bungsu Qin Shi Huang, Huhai, diangkat sebagai kaisar boneka. Tiga tahun kemudian, sebuah pemberontakan pecah, dan Zhao Gao memaksa Huhai untuk bunuh diri. Ini dilakukannya karena takut kaisar akan menganggapnya bertanggung jawab atas pemberontakan tersebut. Zhao Gao kemudian mengangkat Ziying (baik putra Fusu, atau paman Fusu) sebagai kaisar baru.

Terlepas dari reputasi terkenal yang diperoleh para kasim Tiongkok sepanjang sejarah, tidak semua kasim jahat. Beberapa bahkan memberikan kontribusi besar terhadap budaya Tiongkok. Kertas, salah satu dari Empat Penemuan Besar, ditemukan selama dinasti Han Timur oleh seorang kasim bernama Cai Lun.


Selanjutnya, Zheng He, yang adalah seorang kasim yang melayani di bawah kaisar Ming Yongle. Ia memimpin armada perdagangan kaisar dalam perjalanan ke Asia Tenggara, India, Arab, Persia, dan Afrika Timur. Ia berjasa menghubungkan Tiongkok dengan negara lain melalui perdagangan. Zheng He atau Cheng Ho kemudian menjadi laksamana muslim yang berpengaruh di Indonesia. Diyakini, ia turut menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Selain itu, kasim dikatakan telah memberikan kontribusi pada musik istana Tiongkok. Para kasim pada masa Dinasti Ming tercatat sebagai orang Tiongkok pertama yang memainkan musik Klasik Barat, sementara kaisar Qianlong dari dinasti Qing membentuk orkestra kamar yang terdiri dari para kasim yang mengenakan setelan dan wig Eropa.

Tuesday, July 12, 2022

Penemuan Dinosaurus yang Punya Empat Sayap tetapi Tak Bisa Terbang

Ada banyak ilmuwan yang sedang mencoba memahami asal-usul kemampuan terbang di antara para hewan. Dan dinosaurus seukuran burung pegar yang ditemukan di Tiongkok menyebabkan kegemparan di antara mereka.

Spesies yang diberi nama Serikornis sungei ini menambah jajaran dinosaurus yang secara efektif memiliki empat sayap. Namun, menurut para ahli paleontologi, bukti menunjukkan bahwa Serikornis tidak bisa terbang.

"Bulu-bulu Serikornis menunjukkan untuk pertama kalinya tidak adanya barbules, yaitu struktur mikro yang memungkinkan bulu menahan tekanan udara selama kepakan sayap," kata Ulysse Lefèvre, ahli paleontologi di Royal Belgian Institute of Natural Sciences di Brussel yang menjadi pemimpin studi terhadap spesies dinosaurus ini.

"Bulu terdiri dari empat sayap, seperti kebanyakan dinosaurus theropoda dari Tiongkok, tetapi tidak memungkinkan 'si Silky' (red: si bulu halus seperti sutra) ini lepas landas dari tanah atau dari pohon."

Sebaliknya, Lefèvre dan timnya menyarankan bahwa Serikornis adalah bagian dari subkelompok dinosaurus bersayap empat awal yang memiliki bulu yang tidak beradaptasi dengan baik untuk terbang. Ketimbang mengepak atau bahkan meluncur di antara pepohonan, hewan-hewan ini kemungkinan akan menghabiskan hidup mereka dengan berlarian di lantai hutan.

Fosil Serikornis ini ditemukan pada 2014. Fosil ini berusia sekitar 160 juta tahun, menurut laporan di jurnal The Science of Nature.

Fosil tersebut berasal dari Provinsi Liaoning di timur laut Tiongkok. Wilayah ini terkenal karena mengawetkan banyak sisa-sisa burung purba dan dinosaurus berbulu.

Dinosaurus bersayap empat pertama, Microraptor, ditemukan di Liaoning pada tahun 2000. Dari lapisan batuan yang sama dari Serikornis sebelumnya juga ditemukan spesies bersayap empat bernama Aurornis dan Anchiornis.


Lefèvre dan timnya menamai spesies ini sebagai Serikornis sungei untuk menghormati Sun Ge, ilmuwan di Museum Paleontologi Liaoning yang membuat fosil itu tersedia untuk dipelajari. Adapun kata pertama dalam nama spesies ini diberikan karena tekstur penutup tubuhnya yang diduga halus. Serikos memiliki arti "sutra" dalam bahasa Yunani kuno.

Dalam kehidupannya, dinosaurus ini memiliki panjang sekitar 1,5 kaki atau 45 sentimeter dengan gigi kecil dan tajam dan tubuh tertutup bulu halus dan tipis. Namun, anggota tubuhnya juga memiliki beberapa jenis bulu lain, termasuk bulu pennaceous panjang dengan baling-baling tengah yang lebih mirip bulu kasar yang sering kita lihat pada burung modern.

Itulah yang membuat Serikornis menjadi teka-teki. Menurut Lefèvre, bulu sayap Serikornis tidak cukup ringan dan kaku untuk menghasilkan daya dorong yang cukup untuk melawan gravitasi. Sebaliknya, ia menduga hewan itu menggunakan bulunya untuk isolasi dan sebagai pajangan untuk menangkis saingan atau merayu pasangannya.

Thomas R. Holtz, ahli paleontologi di University of Maryland di College Park, mengatakan penemuan ini menambah pengetahuan kita tentang keragaman dinosaurus berbulu, yang menggunakan bulu mereka untuk banyak tujuan selain penerbangan.

"Kami tidak kehabisan jenis baru dinosaurus Jurassic dan Cretaceous berbulu dan dapat menantikan penemuan baru yang berkelanjutan," katanya seperti dilansir National Geographic.



 

Monday, July 11, 2022

Misteri Wajah Tiga Mumi Mesir Kuno Terungkap Berkat Analisis DNA


Baru-baru ini para ilmuwan berhasil merekonstruksi wajah tiga mumi Mesir kuno berdasarkan data DNA mereka. Para ilmuwan menggunakan informasi genetik yang diambil dari ketiga mumi itu untuk menghasilkan gambar digital seperti apa rupa orang-orang Mesir kuno tersebut pada usia 25 tahun.

Ketiga orang yang menjadi mumi itu adalah para penduduk Abusir el-Meleq, sebuah kota Mesir kuno di selatan Kairo. Orang-orang itu diperkirakan meninggal antara tahun 1380 Sebelum Masehi dan 450 Masehi

Hasil rekonstruksi wajah ketiga mumi itu telah dipresentasikan di International Symposium on Human Identification pada bulan September 2021. Presentasi tersebut dibawakan oleh tim peneliti dari Parabon NanoLabs.

“[Ini] adalah pertama kalinya upaya fenotip DNA komprehensif dilakukan pada DNA manusia seusia ini,” kata Parabon, sebuah perusahaan berbasis di Virginia yang biasanya menggunakan analisis genetik untuk membantu memecahkan kasus-kasus mangkrak (cold cases) dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Smithsonian Magazine.

Untuk merekonstruksi wajah orang-orang Mesir kuno itu, para peneliti menggunakan upaya fenotip DNA yang bisa memprediksi penampilan fisik individu berdasarkan penanda genetiknya. Upaya fenotip DNA atau DNA phenotyping ini dapat menunjukkan warna kulit, rambut, dan mata subjek.

Namun seperti yang ditulis Caitlin Curtis dan James Hereward untuk The Conversation pada tahun 2018, proses fenotip DNA ini memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu, tim peneliti menentukan karakteristik lain dari mumi-mumi tersebut melalui pemeriksaan fisik jenazah mereka, seperti dilaporkan oleh New York Post.


Parabon menggunakan DNA mumi-mumi tersebut yang diambil pada tahun 2017 untuk membuat gambar tiga dimensi (3D). Studi sebelumnya, yang dipimpin oleh para ilmuwan di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jerman, menandai pertama kalinya para peneliti berhasil mengekstraksi DNA dari mumi kuno. Ini adalah sebuah "prospek menggiurkan" yang telah lama dianggap "lebih berat ke mitos daripada sains," tulis Ben Panko untuk majalah Smithsonian pada saat itu.

"[Para ilmuwan] umumnya skeptis tentang keawetan DNA di mumi-mumi Mesir, karena iklim panas, tingkat kelempaban yang tinggi di makam-makamnya, dan beberapa bahan kimia yang digunakan selama mumifikasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor yang membuat DNA sulit untuk bertahan hidup selama itu," ujar Stephan Schiffels, rekan penulis studi tahun 2017 itu, seperti diberitakan Live Science.

Adapun gambar-gambar yang dirilis oleh Parabon baru-baru ini menunjukkan tiga wajah yang mirip dengan orang-orang Mediterania dan Timur Tengah modern daripada orang-orang Mesir modern. Berdasarkan hasil fenotip DNA, tim menunjukkan bahwa ketiga mumi Mesir kuno itu memiliki kulit cokelat muda dengan rambut dan mata gelap.

Menurut pernyataan Parabon, rekonstruksi wajah tiga dimensi itu "sangat konsisten" dengan analisis genom sebelumnya, yang menyimpulkan bahwa "orang-orang Mesir kuno memiliki lebih banyak nenek moyang dengan orang-orang Timur Dekat daripada orang-orang Mesir masa kini, yang menerima campuran sub-Sahara tambahan di periode yang lebih baru."

Setelah memprediksi kemungkinan fenotip atau penampilan fisik ketiga pria Mesir kuno itu, tim Parabon kemudian mencari database perusahaan untuk orang-orang yang DNA-nya sangat mirip dengan orang-orang Mesir kuno tersebut, seperti dilansir CNET. Dengan mempertimbangakan informasi yang diambil dari database tersebut, para peneliti kemudian memodelkan kemungkinan lebar, tinggi, dan kedalaman kepala mumi-mumi itu dan karakteristik wajah mereka. Seorang seniman forensik mengambil alih proses penggambaran tersebut.

"Sangat menyenangkan melihat bagaimana pengurutan genom dan bioinformatika tingkat lanjut dapat diterapkan pada sampel kuno," kata direktur bioinformatika Parabon, Ellen Greytak, dalam pernyataannya.

"Studi ini merupakan bukti konsep yang menarik tentang seberapa banyak yang dapat kita pelajari tentang orang-orang kuno dari DNA mereka," ujar Greytak.

Friday, July 8, 2022

Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?


Penemuan tulang-tulang milik seorang anak berusia empat tahun di Lembah Lapedo, Portugal, merupakan kerangka Palaeolitik lengkap pertama yang pernah ditemukan di Iberia. Pentingnya penemuan ini jauh lebih besar dari fakta bahwa anak hidup hidup di zaman Paleolitikum Sebab, analisis terhadap tulang-tulang tersebut mengungkapkan bahwa anak itu memiliki dagu dan lengan bawah manusia, tetapi rahang dan tubuh Neanderthal.

Sifat-sifat unik pada kerangka anak yang kini disebut anak Lapedo itu menunjukkan bahwa ia adalah hibrida, hasil kawin silang antara dua spesies. Temuan ini meragukan teori yang telah diterima sebelumnya bahwa Neanderthal telah menghilang dari bumi sekitar 30.000 tahun lalu dan digantikan oleh Cro-Magnon, manusia modern awal pertama.

Temuan kerangka anak Lapedo ini justru menunjukkan bahwa Neanderthal kawin dengan manusia modern dan menjadi bagian dari keluarga kita. Ini adalah sebuah fakta yang akan memiliki implikasi dramatis bagi para ahli teori evolusi di seluruh dunia.

Penemuan kerangka anak Lapedo itu terjadi pada November 1998 ketika arkeolog João Maurício dan Pedro Souto pergi ke Lembah Lapedo untuk menyelidiki laporan bahwa lukisan batu prasejarah telah ditemukan di sana. Dan ternyata itu ternyata benar.

Dalam penyelidikan lebih lanjut, mereka menemukan tempat perlindungan batu kapur yang kini disebut situs Lagar Velho. Bagian atas dua atau tiga meter dari isinya telah dibuldoser pada tahun 1992 oleh pemilik tanah, yang meninggalkan sisa-sisa sedimen yang menggantung di celah di sepanjang dinding belakang.

Sisa-sisa sedimen tersebut berisi alat-alat batu Paleolitik, tulang-tulang binatang, arang, dan kepadatan benda sejenisnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Lagar Velho pernah menjadi situs pendudukan atau tempat tinggal yang penting.

Penggalian selanjutnya mengkonfirmasi hal ini. Selain itu, berdasarkan penanggalan radiokarbon, situs itu diketahui berusia antara 23.170 sampai 20.220 tahun.


Sambil mengumpulkan material permukaan yang jatuh dari sisa-sisa sedimen di situs tersebut, João dan Pedro memeriksa ceruk di dinding belakangnya. Dalam sedimen-sedimen yang lepas itu mereka menemukan beberapa tulang kecil yang diwarnai dengan oker merah yang mereka pikir mungkin miliki manusia.

Akhirnya diketahui, sedimen ini ternyata bekas kuburan anak-anak, sebagaimana dilansir Ancient Origins. Ini adalah satu-satunya pemakaman Paleolitik yang pernah ditemukan di Semenanjung Iberia.

Anak ini telah dikubur dengan hati-hati dalam posisi memanjang di lubang yang dangkal sehingga kepala dan kaki lebih tinggi dari pinggul. Mayatnya telah dibaringkan di dahan pohon pinus Skotlandia yang terbakar. Oker yang sangat tebal ditemukan di sekitar kepala dan permukaan atas dan bawah tulang anak itu.

Bangkai kelinci lengkap ditemukan di antara kaki anak itu. Selain itu, ada juga enam ornamen yang ditemukan, yakni empat gigi rusa yang tampaknya menjadi bagian dari hiasan kepala, dan dua cangkang periwinkle dari Atlantik yang dianggap sebagai bagian dari liontin.

Sebuah proyek penggalian diluncurkan untuk mengambil semua sisa-sisa tubuh anak itu. Setelah proses pengangkatan dan pemulihan terhadap tulang-tulang anak itu selesai, sisa-sisa kerangkanya kemudian dikirim ke antropolog Erik Trinkaus dari Washington University untuk dianalisis.

Inilah saat penemuan paling mengejutkan terjadi. Trinkaus menemukan bahwa proporsi tungkai bawah anak itu bukanlah manusia modern, tetapi lebih mirip dengan Neanderthal. Di sisi lain, bentuk tengkorak secara keseluruhan modern, seperti bentuk telinga bagian dalam, dan karakteristik gigi. Meskipun tengkoraknya paling mirip dengan tengkorak manusia modern, satu anomali terdeteksi, yakni lubang di daerah oksipital anak itu memiliki ciri diagnostik dan genetik Neanderthal.



Trinkaus menyimpulkan bahwa anak Lapedo adalah mosaik morfologis, hibrida dari Neanderthal dan manusia modern secara anatomis. Namun kedua bentuk manusia itu diperkirakan tidak hidup berdampingan lebih dari 28.000 tahun yang lalu di Iberia. Bagaimana mungkin anak itu memiliki ciri-ciri dari kedua bentuk itu?

Pertanyaan tersebut menimbulkan perdebatan sengit di antara para ahli. Beberapa di antara mereka menerima bahwa penemuan anak Lapedo membuktikan bahwa Neanderthal kawin silang dengan manusia modern, sementara yang lain menolak untuk berpisah dengan pandangan lama bahwa Neanderthal telah mati dan digantikan oleh spesies lain, tidak hidup berdampingan dengan manusia modern.

Saat ini teori yang paling populer adalah bahwa sisa-sisa kerangka itu adalah anak modern dengan sifat-sifat Neanderthal yang diwariskan secara genetik. Hal ini berarti bahwa Neanderthal terakhir dari Iberia, dan mungkin juga bagian Eropa lainnya, berkontribusi pada kumpulan gen populasi berikutnya.

Thursday, July 7, 2022

Makhluk Laut Mirip Alien Ditemukan di 'Pompeii Jurassic' di Inggris


Para ahli paleontologi di Inggris menemukan sejumlah makhluk laut yang berlekuk-lekuk mirip alien. Mereka menemukan fosil makhluk-makhluk laut dari era Jurassic itu di bawah tambang batu kapur di wilayah Cotswolds.

Fosil makhluk laut mirip alien itu merupakan satu dari puluhan ribu temuan fosil invertebrata laut --yang disebut echinodermata-- yang ditemukan di lokasi tersebut. Fosil-fosil itu terawetkan dengan rapi dalam semua tahap dari siklus kehidupan mereka, kata para peneliti dalam sebuah pernyataan. Echinodermata dalam bahasa Yunani memiliki arti "kulit landak" dan termasuk nenek moyang kuno bintang laut modern, teripang, bulu babi, dan lili laut berkaki berjumbai.

Namun sayangnya, tepat ketika segalanya sedang booming, komunitas dasar laut yang sedang berkembang itu justru menemui akhir yang dahsyat. Ada sebuah bencana misterius—mungkin merupakan tanah longsor yang dipicu oleh gempa bumi—yang menerjang dan mengubur hewan-hewan itu selama 167 juta tahun.

"Apa yang kami dapatkan di sini adalah semacam Pompeii Jurassic," ujar Neville Hollingworth, seorang pemburu fosil amatir yang menemukan lokasi kuburan fosil-fosil itu saat sedang mendaki bersama istrinya.

"[Makhluk-makhluk itu] mencoba melindungi diri mereka sendiri, mengambil posisi menunduk dengan menarik lengan-lengan mereka, tetapi semuanya sia-sia," ujar Tim Ewin, ahli paleontologi dan kurator senior di Natural History Museum of London kepada BBC. "Mereka terdorong ke dalam sedimen dan terkubur hidup-hidup."

Situs ini berasal dari periode Jurassic tengah, kira-kira 200 juta hingga 145 juta tahun yang lalu. Masa itu adalah periode ketika para sauropoda raksasa dan dinosaurus theropoda haus darah menguasai daratan.

Pada masa itu juga kehidupan di laut sedang dalam transisi. Sebanyak setengah dari semua spesies di laut telah mati dalam peristiwa kepunahan pada akhir periode Trias, dan para echinodermata berlengan kurus kemudian berevolusi seperti orang gila untuk mengisi kekosongan tersebut.


Berkat keberadaaan lima pasang lengan berduri yang memancar keluar dari tubuh mereka, echinodermata kemudian menjadi sangat berhasil dalam meraih makanan yang melewati mereka, menurut para peneliti. Beberapa echinodermata, seperti bintang laut dan teripang, bisa berjalan di dasar lautan. Beberapa echinodermata yang lain, seperti bunga lili laut, berlabuh di tempatnya dan menunggu makanan datang kepada mereka.

Situs dasar laut yang ditemukan ini kemungkinan cukup dangkal, mungkin kedalamannya hanya sekitar 65 hingga 130 kaki atau 20 hingga 40 meter, kata tim tersebut. Situs itu terletak di Inggris tengah saat ini, tapi dulunya pada masa pertengahan Jurassic, daerah itu mungkin lebih dekat dengan wilayah yang sekarang menjadi Afrika Utara dan airnya jauh lebih hangat daripada sekarang.

Meskipun tidak mungkin untuk mengetahui apa sebenarnya yang menghancurkan komunitas besar ini, para peneliti berterima kasih atas apa pun itu. Jika tidak terawetkan di bawah lumpur yang menutupinya, makhluk-makhluk purba ini kemungkinan besar akan dilahap hewan-hewan pemakan bangkai di laut sehingga hanya menyisakan sedikit hal yang bisa dipelajari, kata tim tersebut.

Dengan ditemukannya ribuan spesimen beragam untuk diperiksa ini, para peneliti berharap bisa mempelajari lebih lanjut tentang evolusi echinodermata selama periode Jurassic, termasuk mendeskripsikan beberapa spesies baru. Selain mendapatkan fosil hewan-hewan laut purba itu, tim peneliti juga menemukan sampel kayu dan serbuk sari yang terawetkan di bebatuan, yang dapat mengungkapkan lebih banyak detail tentang perubahan iklim pada saat itu.

"Kami akan menjelaskan secara rinci spesies-spesies baru itu dan menggambarkan variabilitas tanaman dan hewan yang kami temukan di lokasi tersebut," ucap Ewin dalam pernyataannya seperti dilansir Live Science.
 

Wednesday, July 6, 2022

Laut Paratethys, Danau Purba Raksasa yang Pernah Ada di Eurasia


 Danau yang memiliki air asin, namanya akan tetap dipanggil laut seperti Laut Mati dan Laut Kaspia. Laut Kaspia adalah danau air asin terluas yang yang kita kenal saat ini, walau ukurannya menyusut akibat perubahan iklim.

Tapi tahukah kami, kalau ternyata sekitar kurang dari 12 juta tahun yang lalu, ada danau air asin yang sangat luas di dataran Eurasia. Para ilmuwan menyebutnya sebagai laut Paratethys, yang terbentuk akibat lempeng benua bertumbukan bersamaan, dan mengangkat gunung baru di sekitar Eropa tengah.

Danau itu terbentang dari sisi timur Pegunungan Alpen hingga Kazakhstan. Diperkirakan luasnya lebih dari 2,8 juta kilometer persegi, lebih luas dari Laut Mediterania saat ini, tulis para ilmuwan dalam laporan Scientific Reports, Selasa (01/05/2021).

Berdasarkan analisisnya, mereka memperkirakan danau itu mengandung lebih dari 1,77 juta kilometer kubil air, lebih dari 10 kali volume yang ditemukan dari semua danau—baik air asin maupun tawar—jika digabungkan.

Namun danau itu menyusut secara dramatis akibat perubahan iklim. Diketahui terjadi sekitar empat kali dalam waktu keberadaannya selama 5 juta tahun. Para ilmuwan menulis penyusutan air itu sebanyak 250 meter oada 7,65 juta tahun dan 7,9 juta tahun yang lalu.

Pada masa kontrkasi terbesarnya, Laut Paratethys kehilangan sepertiga airnya dan lebih dari dua pertyigas luas pemukaannya.

Momen ini menyebabkan salinitas air di cekungan bagian tengah danau yang melonjak, yang kadar keasinannya dari sepertiga air laut kini menjadi setara dengan air laut biasa. Untuk bentuk cekungan tengah danau, mereka menulis, sangat mirip dengan garis tepi Laut Hitam saat ini.


Bagaimana dampaknya dengan organisme di masa itu?

Penyusutan Laut Paratethys yang sangat signifikan itu menyebabkan banyak spesies air mati, termasuk spesies ganggang bersel tunggal, dan mikroorganisme yang mengapung bebas.

Sedangkan makhluk-makhluk yang mampu hidup di air payau, seperti beberapa jenis moluska, bisa bertahan hidup dan mengisi kembali danau, ketika ia mengembang lagi selama masa basah, tulis mereka.

Laut Paratethys selanjutnya menjadi rumah bagi berbagai macam moluska, krustasea, dan mamalia laut yang tidak ditemukan di tempat lain. Hal ini senada dengan temuan para ilmuwan sebelumnya di Marine Ecology Progress Series (Vol.338 tahun 2007).

Pavel Gol'din yang melakukan penelitian pada 2007 merespon temuan terbaru ini di Science Magazine. Dia berpendapat bahwa mamalia laut di sana adalah lumba-lumba, puas, dan anjing laut versi mini.

Ada pula spesies Cetotherium riabinini berukuran 3 meter—1 meter lebih pendek dari lumba-lumba hidung botol saat ini. Fosilnya ia temukan, dan kemungkinan pengkerdilan ukuran ini membantu mereka bisa beradaptasi dengan Laut Paratethys yang menyusut.


Laut Paratethys juga berperan dalam mengungkapkam bagaimana gajah, jerapah, dan mamalia besar lainnya dapat tersebar di penjuru dunia saat ini.

Berdasarkan laporan di Communications Earth & Environment 18 Mei lalu, penysutan danau raksasa ini mempengaruhi evolusi hewan darat, dan mengubah garis pantai yang baru lalu menjadi padang rumput.

Data temuan yang dimiliki para ilmuwan berdasakarkan catatan geologis di Iran barat, yang terbukti sedimennya mengalami perubahan iklim jangka panjang yang berulang. Di sana juga ditemukan catatan fosil terkait nenek moyang jerapah dan gajah hidup subur.

Sedangkan di belahan utara Laut Paratethys, para ilmuwan juga menemukan fosil nenek moyang domba dan kambing, bersama kijang purba di belahan utara Laut Paratethys.

Periode kering panjang yang dialami Laut Paratethys terjadi selama empat kali antara 6,25 juta dan 8,75 juta tahun yang lalu. Selama itu kemungkinan besar mendorong makhluk-makhluk darat bermigrasi dari barat daya ke Afrika, tulis para peneliti.

Di sanalah mereka berevolusi untuk menghasilkan pusparagam makhluk hidup yang membuat sabana Afrika terkenal saat ini.

Terakhir, Laut Paratethys tak ada lagi sekitar 6,7 juta dan 6,9 juta tahun yang lalu. Penyebab utamanya adalah erosi yang menciptakan jalur keluar di tepi barat daya danau, yang kini menjadi Laut Aegea antara Turki dan Yunani. Jalur keluar air itu sebelum terendam merupakan sungai pendek yang akhirnya bermuara ke Mediterania.

Tuesday, July 5, 2022

Arkeolog Singkap Asal-usul Masyarakat Mesir Kuno Berkat DNA Mumi


Masyarakat Mesir kuno, tidak bisa dimungkiri, adalah yang terbaik dalam mengabadikan kebudayaan dan kepercayaan mereka. Setelah berabad-abad lamanya, para arkeolog masih bisa mengungkapkan sesuatu yang baru mengenai kehidupan mereka melalui mumi, makam piramid, dan aksara hieroglif.

Namun, harus diakui bahwa mereka juga bukan yang terbaik dalam menjaga DNA dan sisa-sisa biologis lainnya. Menggunakan abu soda dan bahan kimia lain yang digunakan untuk mengawetkan mumi, masyarakat Mesir kuno merusak materi genetik yang bisa menjadi sumber informasi bagi para peneliti masa kini.

Kombinasikan tradisi tersebut dengan iklim Mesir yang panas dan lembap, penemuan DNA pada mumi menjadi sesuatu yang langka.

Oleh karena itu, ketika para peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History dan University of Tubingen di Jerman berhasil mengoleksi materi genetik dari 151 mumi, studi yang dipublikasikan melalui Nature Communications ini menjadi sebuah terobosan baru yang mengungkapkan asal-usul masyarakat Mesir kuno.


Para peneliti mendapatkan mumi-mumi tersebut dari Abusir el-Meleq , sebuah komunitas di kawasan sungai Nil yang berada di tengah-tengahmesir. Mereka lalu mengambil sampel tulang, gigi, dan jaringan lembut untuk dipersiapkan dan disinari dengan ultraviolet selama satu jam di sebuah ruang steril di Jerman agar tidak terkontaminasi.

Johannes Krause, seorang peneliti dari University of Tubingen yang tergabung dalam penelitian ini berkata bahwa mereka melihat adanya kesinambungan genetik selama 1300 tahun lamanya.

Hal ini merupakan sesuatu yang aneh karena Mesir telah ditaklukan berkali-kali oleh Yunani, Roma, Arab, dan Asyur. Selain itu, Mesir juga diapit oleh Afrika, Eropa, dan Asia secara geografis.

Krause melanjutkan, kejutan lainnya adalah kita tidak menemukan terlalu banyak garis keturunan yang berasal dari Afrika Sub-Sahara.


Sebaliknya, masyarakat Mesir kuno justru memiliki hubungan yang sangat dekat dengan masyarakat Mediterania  timur. Mereka juga memiliki beberapa kesamaan genetik dengan masyarakat Turki dan Eropa pada masa tersebut.

Membandingkan sampel DNA tersebut dengan 100 masyarakat Mesir modern dan 125 masyarakat Eropa modern, para peneliti juga menemukan bahwa pengaruh Afrika Sub-sahara kepada genetika masyarakat Mesir baru menguat selama 1500 tahun belakangan.


“Jika Anda tanya kepada orang-orang Mesir, mereka akan bilang bahwa mereka menjadi semakin mirip dengan orang Eropa. Namun, kita melihat sebaliknya,” ucap Krause.

Walaupun demikian, para peneliti tidak ingin menutup kemungkinan adanya asal-usul lain pada masyarakat Mesir kuno. “Semua data genetik kita diambil dari satu area di tengah Mesir dan mungkin tidak bisa menjadi perwakilan untuk semua masyarakat Mesir kuno,” tulis mereka.

Terutama di daerah Mesir selatan, para peneliti menduga bahwa pengaruh Afrika Sub-Sahara akan lebih kuat.

Monday, July 4, 2022

Legenda Hercules Menangkap Babi Erymanthian yang Meyusahkan Warga


Babi Erymanthian merupakan hewan menakutkan dalam mitologi Yunani. Menangkapnya hidup-hidup adalah salah satu tugas yang diminta Raja Eurystheus untuk diselesaikan oleh seorang pahlawan setengah dewa bernama Hercules.

Babi hutan raksasa itu hidup di Gunung Erymanthos, wilayah suci dewi pemburu bernama Artemis. Ketika babi itu mencapai lahan pertanian ia akan menghancurkan segala sesuatu. Menaklukan babi itu bukanlah hal yang mudah dan itulah alasan Raja Eurystheus memilih Hercules. Kejadian ini dikenal sebagai fourth labour of Heracles. 

Pada perjalananya memburu babi hutan di laman perpustakaan digital Perseus, Hercules berhenti untuk mengunjungi temannya bernama Pholus, centaur yang tinggal di sebuah gua dekat Gunung Erymanthus. Kedua sahabat itu meminum anggur hingga mabuk. Bau anggur pun menarik semua centaur yang ada di gunung. 

Menurut sebuah cerita di Greekmythology, para centaur itu marah karena ada seseorang yang meminum semua anggur mereka. Para centaur menyerang ke gua Pholus. Hercules pun menembakkan panah beracun ke arah para centaur dan lari mengejari mereka sejauh dua puluh mil. 

Saat Hercules pergi, Pholus menarik anak panah dari salah satu centaur yang mati. Ia bertanya-tanya, bagaimana panah kecil itu membunuh mahluk besar seperti centaur. Tiba-tiba anak panah itu terlepas dari tanganya dan menghujam kakinya. Membuat Pholus mati di tempat.

Pada peperangan kecil itu Chiron, seorang centaur, juga menerima luka dari anak panah beracun dari darah Hydra (naga dengan banyak kepala). Walaupun ia mahluk abadi, Chiron dapat merasakan sakitnya. Chiron kemudian memberi beberapa nasihat bagaimana cara menangkap babi hutan. Chiron berkata bahwa ia harus memancingnya ke salju tebal. Sehingga menyulitkan hewan itu untuk bergerak.
 

Bagi Hercules tidak sulit untuk menemukan babi hutan itu. Dia bisa mendengar binatang itu mendengus dan menghentak saat dia mencari sesuatu untuk dimakan. Hercules mengejar babi hutan itu berkeliling gunung, berteriak sekeras yang dia bisa.

Babi hutan itu ketakutan dan kehabisan napas, ia bersembunyi di semak-semak. Hercules mengejarnya selama hampir satu minggu sebelum menancapkan tombaknya ke semak-semak dan mendorong hewan yang kelelahan itu ke hamparan salju yang dalam. 

Kemudian dia menjebak babi hutan itu ke dalam jaring dan membawanya pulang. Hecules menipang babi itu di pundaknya. Pada saat tiba di kastil, babi hutan itu sudah mulai pulih. Hercules menjatuhkannya ke kaki Eurysheus. Babi hutan itu mengangkat kepalanya dan mendengus dengan marah. 

Raja Eurysheus kagum oleh kekuatan Hecules sekaligus ketakutan melihat babi itu. Ia berteriak dan lari dan tidak ada yang melihat raja dalam beberapa hari. Menurut suatu cerita, saking takutnya ia bersembunyi pada sebuah toples.

Babi, menurut laman Universitas Waterloo, pada era Yunani kuno, sering dikaitkan dengan dewa tertentu atau dikirim oleh mereka untuk menghukum manusia. Artemis, dewi perburuan, gunung, dan hutan adalah yang paling dekat hubunganya dengan babi hutan. 

Sebagai hewan buas dan galak, babi hutan dianggap sebagai simbol dari satu sifat Artemis, yang mampu melepaskan kerusakan secara tiba-tiba dan kejam pada manusia dan harta benda mereka.

Salah satu ceritanya adalah Baby Kalydonian yang dikirim oleh Artemis kepada Raja Oeneus karena dia gagal mempersembahkan buah pertama dari panennya.

Sunday, July 3, 2022

Bangkai Kapal Terdalam di Dunia Ditemukan di Perairan Filipina


Para penjelajah baru saja menemukan bangkai kapal terdalam di dunia. Bangkai kapal ini ditemukan di kedalaman 6.895 meter di bawah perairan Laut Filipina.

Sisa-sisa kapal USS Samuel B. Roberts, yang dijuluki sebagai "Sammy B", ditemukan pada 22 Juni 2022. Para penemunya adalah penjelajah miliarder Victor Vescovo dan spesialis sonar Jeremie Morizet.

USS Samuel B. Roberts adalah kapal perusak pengawal sepanjang 93 meter yang dibangun untuk Angkatan Laut Amerika Serikat selama Perang Dunia II. Kapal itu menemui kuburan berairnya pada Oktober 1944 setelah baku tembak dengan armada besar Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dalam Pertempuran di Samar, bagian dari Pertempuran Teluk Leyte yang lebih besar.

Selama Pertempuran Teluk Leyte, AS kehilangan dua kapal perusak, dua kapal induk pengawal, satu kapal induk ringan, satu kapal perusak pengawal, 255 pesawat, dan lebih dari 1.000 orang, seperti dilansir Live Science. Kerugian Jepang jauh lebih tinggi, termasuk satu kapal induk, tiga kapal induk ringan, tiga kapal perang, enam kapal penjelajah berat, empat kapal penjelajah ringan, 11 kapal perusak, dan sekitar 300 pesawat dalam pertempuran empat hari itu, bersama dengan sekitar 12.500 orang.

Kerugian ini memaksa Wakil Laksamana Jepang Kurita Takeo di atas kapal perang Yamato untuk memimpin mundur dari pertempuran itu. Ketika pendudukan AS di Filipina memutuskan Jepang dari pasokan minyaknya di Asia Tenggara, pertempuran tersebut terbukti berperan dalam penghancuran total angkatan laut Jepang sebagai kekuatan tempur, menurut Pennsylvania State University.

Meskipun hanya pengawal perusak, kapal USS Johnston dan armada kecil AS melakukan pertempuran sengit melawan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Namun, akhirnya kapal itu kewalahan dan tenggelam ke dasar laut bersama dengan sekitar 89 jiwa dari 224 awak yang kuat.

Kalah jumlah dan persenjataan, pertahanan terakhir USS Samuel B. Roberts dipandang sebagai momen yang berani dalam sejarah angkatan laut Amerika. Namun, lokasi tepat tenggelamnya tidak dapat dipastikan.


Menggunakan kendaraan submersible dan kapal sonar, Vescovo pendiri Caladan Oceanic dan tim Ekspedisi EYOS berangkat untuk menemukan bangkai kapal itu dalam enam penyelaman yang berlangsung antara 17 dan 24 Juni 2022. Pada 18 Juni, mereka akhirnya berhasil mengidentifikasi bangkai kapal itu berkat keberadaan peluncur torpedo tiga tabung yang unik milik Sammy B.

Penyelaman kemudian dilakukan untuk menemukan seluruh bangkai kapal Sammy B dari haluan ke buritan. Kapal itu patah menjadi dua bagian, bersandar di lereng laut pada kedalaman 6.895 meter.

Ini menjadikannya bangkai kapal terdalam yang pernah diidentifikasi dan disurvei. Kedalaman bangkai kapal Sammy B melampaui USS Johnston yang disurvei oleh Vescovo tahun lalu dengan kedalaman 6.469 meter.

"Merupakan kehormatan luar biasa untuk menemukan kapal yang sangat terkenal ini, dan dengan melakukan itu memiliki kesempatan untuk menceritakan kembali kisah kepahlawanan dan tugasnya kepada mereka yang mungkin tidak mengetahui kapal itu dan pengorbanan para krunya," kata Vescovo dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari IFLScience.

"Saya selalu kagum dengan keberanian luar biasa dari mereka yang berjuang dalam pertempuran ini melawan rintangan yang benar-benar luar biasa—dan menang."

Saturday, July 2, 2022

Singkap Bencana, Peradaban, dan Perburuan Sains Danau Matano


Saya membuka-buka arsip majalah ini. Tantyo Bangun, Editor in Chief
pertama National Geographic Indonesia, pernah menyelisik Danau Matano. Dia ditemani fotografer Peter E. Hehanusa almarhum—profesor berlatar geologi yang meminati ilmu hidrogeologi di LIPI.

Laporan mereka bertajuk "Kisah Lima Danau" terbit pada Desember 2008. Saat itu Tantyo menulis bahwa lima danau Malili telah terkepung kegiatan pembalakan yang "semakin mengganas, tanpa memedulikan masa depan." Sementara ikan endemik berwajah purba: butini (Glosogobius matanensis) dan opudi (Thelmaterina) kian melangka.

Sekitar setahun sebelum kedatangan mereka, ada awak redaksi yang singgah di danau itu. Titania Febrianti, kini Contributing Editor, berkesempatan berenang di tepian Danau Matano. Saat itu dia mengikuti Reef Check Indonesia, sebuah program pemeriksaan terumbu.

Ketika merenangi tepian danau, Titania menyaksikan pecahan tembikar yang melimpah dan berserak di dasarnya. Dia bertanya-tanya mengapa orang-orang begitu jorok dengan membuang sampah tembikar ke danau. Dia bertanya ke warga setempat, namun tak seorang pun bisa menjelaskan.


Pada National Geographic Indonesia edisi Oktober 2020, akhirnya dia mengungkap rasa penasarannya tentang serakan pecahan tembikar yang terbenam perairan itu. Dia melaporkan temuan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang bekerjasama dengan Pusat Survei Geologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Pada pertengahan tahun silam, para peneliti lintas disipilin ilmu bersinergi untuk menyingkap apa yang sesungguhnya terjadi tentang rupa geologi dan peradaban masa silamnya. Mereka mencoba mengungkap peradaban besi kawasan ini, tidak hanya dilakukan di darat tetapi juga di bawah ketenangan air Danau Matano.

Dari aspek geologi, kawasan Danau Matano merupakan danau tektonik purba yang menjadi danau terdalam di Asia Tenggara—hampir 600 meter. Luasnya lebih dari 16.000 hektare. Danau ini juga termasuk ke dalam Sistem Danau Malili, yang memiliki jalur gempa bumi aktif Sesar Matano. Panjang patahan ini sekitar 170 kilometer yang membentang dari arah barat laut ke tenggara. Seluruh kawasan Luwu Timur memiliki jalur sesar yang berpotensi gempa. Akhir Juli silam, aktivitas gempa di kawasan ini kembali meningkat.

Temuan bawah air menunjukkan banyak fragmen tembikar, alat serpih batu, tulang binatang, dan artefak logam. Interpretasi sementara diketahui bahwa situs ini sebelumnya berada di permukaan kemudian karena suatu peristiwa akhirnya tenggelam, diduga bahwa gempa bumi mungkin salah satu penyebabnya.


Saat pemetaan lapangan, para ahli geologi terbantu oleh cerita rakyat. Salah satunya, kisah yang dituturkan turun temurun tentang putri Loeha dan payung saktinya. Kisah itu menautkan kebencanaan Matano dan lenyapnya kampung Pontadaa karena gempa bumi. Cerita ini juga mendukung temuan tim bahwa Danau Matano terletak di sesar aktif dan ada peradaban yang terbenam di dasarnya.

Kawasan Danau Matano merupakan salah satu peradaban besi tertua di Asia Tenggara. Setidaknya, peradaban besi berkembang di kawasan ini selama abad pertengahan. Besi Matano atau lebih dikenal sebagai "pamor Luwuk", kerap dikaitkan dengan istilah senjata tajam di Jawa. Penemuan arkeolog tentang peradaban besi Matano mematahkan teori sebelumnya bahwa unsur besi dalam persenjataan masa klasik kita berasal dari luar Nusantara.

Setidaknya terdapat lima situs arkeologi di bawah permukaan airnya. Situs-situs ini memiliki ribuan repihan terakota, wadah tembikar berisi sisa besi, tiang rumah, sampai tulang-tulang satwa—mungkin sampah dapur. Penemuan arkeolog tentang peradaban besi Matano mematahkan teori sebelumnya bahwa unsur besi dalam persenjataan masa klasik kita berasal dari luar Nusantara.

I Made Geria, Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, mengatakan kepada kami bahwa terdapat dua hal yang perlu kita cermati dan pelajari dari situs arkeologi Danau Matano.

“Pertama, kejadian bencana gempa Matano pada abad-abad silam akibat patahan lempengan sesar,” ujar Geria, “menjadi suluh pelajaran yang berharga dalam memanfaatkan alam. Kita harus mampu menyapa alam, memahami, dan mempertimbangkan keberlanjutannya.”Kemudian, dia melanjutkan. “Kedua, Matano sebagai kawasan industri atau situs pembuatan logam pada abad-abad silam yang masyhur sampai memenuhi kebutuhan peralatan logam di Nusantara.”