Wednesday, March 9, 2022

Pulau Paskah, Kerusakan Ekologi?



Pulau Paskah, (Rapa Nui) Chili yang luasnya 163,6 km², adalah sebuah pulau yang terbentuk dari sebuah gunung yang sudah lama mati yang sangat terpencil dan merupakan salah satu situs paling terkenal dan paling banyak dikunjungi di dunia arkeologi. karena sekitar setengah dari 887 patung batu besar tetap berada di Rano Raraku. banyak yang bertanya-tanya mengapa begitu banyak patung yang tersisa belum selesai, kapan yang terakhir dipahat, dan bagaimana mereka diangkut pada masa itu, yaitu sekitar abad ke 5M?

 Moai

Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan


"Rongorongo"

Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha. Seorang sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedikitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro (Bukti lain dari Ancient Global Civilisation?). Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku. Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.


Penduduk asli pulau paskah ketika ditemukan adalah ras polinesia. penjelajah asal belanda, jacob roggeveen yang mengunjungi pulau tersebut di hari paskah tahunn 1722 (asal nama pulau paskah), mengelompokkan penduduk asli menjadi tiga:

1. berkulit gelap,
2. berkulit merah,
3. berkulit sangat pucat dengan rambut merah.

Tidak begitu jelas, mengapa penduduk pulau kecil dan terpencil di laut pasifik ini berbeda beda warna kulit.


Rano Raraku adalah tambang di Pulau Paskah adalah situs peninggalan purbakala yang luar biasa tempat pembuatan Moai yang dipotong dari batu vulkanik dan dipahat sebelum ditransportasikan ke berbagai situs di pulau itu. Setidaknya 288 dari patung monumental Moai yang besar sekali berdiri di atas platform batu besar yang disebut AHU. Bagaimana memindahkan Moai?



1. Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat patung-patung itu diangkat dan diberdirikan dengan menggunakan kekuatan gaib yg disebut Mana, yang dikerahkan oleh raja-raja jaman dulu.

2. teori lain melibatkan makhluk luar angkasa. makhluk cerdas dari luar angkasa ini meminta penduduk asli membuat patung yg dibilang lebih mirip robot. pengangkatan menggunakan benda terbang.

3. teori lain lagi adalah dengan menggunakan tali, moai dimiringkan dan diputar menggelinding dengan tahanan tali tersebut. tapi setelah dicoba hasilnya gagal, cuma bisa bergeser dikit aja...


4. teori lainnya adalah menggelindingkan moai di atas bantalan ubi dan kentang. tapi yg lebih dipercaya adalah dengan menggunakan kayu gelinding dan didirikan dengan katrol dari kayu panjang dan batu. tapi metode ini riskan merusak patung.

Diantara teori teori diatas, teori keempatlah yang dipercaya para ahli sejarah saat ini. Penduduk pulau paskah menebang pohon pohon di pulau itu kebanyakan untuk mengangkut Moai Moai yang mereka buat. Lama kelamaan tak satupun pohon di pulau itu tersisa (sampai sekarang tak ada pohong besar dan tua di pulau ini). Hal ini membuat pulau paskah yang dulunya adalah pulau surga, berubah menjadi tandus. Penduduk pulau paskah mulai terserang kelaparan yang akhirnya membuat mereka saling bunuh dan mempraktekkan kanibalisme.

Kalau benar teori ini, berarti pulau Paskah adalah lambang keserakahan manusia yang berakibat rusaknya ekologi dan pada gilirannya membuat kesengsaraan pada manusia itu sendiri