Agen bola Piala Dunia

Silakan Hubungi Cs kami untuk informasi lebih lanjut.

SELAMAT DATANG DI BLOG PREDIKSI CERIA4D

Blog Prediksi Resmi dari BO CERIA4D

Lomba Tebak 3D -2Line Bersama CERIA4D

bagi yang ingin mengikuti Silakan bergabung di Group Facebook kami "DONATAN4D Agent Togel Terpercaya"

Link WAP Donatan4D

Kini Hadir Versi Handphone Untuk memudahkan Para Member melakukan Betting dimana saja dan kapan saja.

Donatan4D bandar Togel Online Terpercaya

Silakan Hubungi Kami melalui Kontak di Atas

Monday, January 31, 2022

Wow, Di Planet Neptunus dan Uranus Sedang Terjadi Hujan Berlian!


 Para peneliti tengah menyusun pengujian untuk membuktikan hipotesa soal bagaimana hujan berlian terjadi di Neptunus dan Uranus.

Menurut analisa mereka, hal ini bisa terjadi akibat atmosfer Neptunus dan Uranus yang banyak mengandung hidrogen, helium, dan sedikit metana.

Sementara di bagian bawah lapisan atmosfer itu, terdapat cairan sangat panas yang dan bertekanan tinggi ribuan kilometer di bawah permukaan planet yang dipenuhi es ini.

Bagian inti planet yang sangat panas dan bertekanan tinggi itu telah memisahkan senyawa hidrokarbon. Senyawa karbon lantas mengeras menjadi berlian dan tenggelam ke dalam inti planet.

Lalu mereka melakukan eksperimen menggunakan laser X-ray Linac Coherent Light Source (LCLS) untuk mengukur bagaimana proses hujan berlian ini terjadi. Mereka juga berharap percobaan ini bisa menemukan bagiamana karbon bisa berubah menjadi kristal berlian.

"Penelitian ini memberikan data bagaimana fenomena itu terjadi, sebab sangat sulit untuk dibuat model lewat komputer," jelas fisikawan plasma Mike Dunne, Direktur LCLS yang tidak terdaftar sebagai penulis laporan itu seperti dikutip Science Alert.

"(Lewat penelitian ini) kami ingin melihat bagaimana dua elemen itu terpisah, seperti melihat bagaimana mayonanaise kembali terpisah menjadi minyak dan cuka (bahan pembentuk mayonaisse)."

Sebelumnya penelitian terkait hujan berlian sudah dilakukan di SLAC dan dipimpin oleh fisikawan Dominik Kraus menggunakan difraksi sinar-X.

Lebih lanjut Kraus mengatakan ia dan tim pertama-tama memanaskan dan menekan bahan untuk mereplikasi kondisi di dalam Neptunus pada kedalaman sekitar 10.000 km.

Mereka menggunakan laser optik yang menghasilkan gelombang kejut di polystyrene. Material dipanaskan di suhu 4.727 derajat celsius.

Dalam eksperimen terbaru ini, peneliti mengukur bagaimana sinar-X tersebar karena elektron yang ada di polystyrene.

Pengukuran itu juga memungkinkan mereka untuk mengamati apa yang terjadi pada sisa sampel sehingga tidak ada karbon yang tersisa.

"Dalam kasus raksasa es sekarang, kita tahu bahwa karbon hampir secara eksklusif membentuk berlian ketika terpisah dan tidak mengambil bentuk transisi cairan," ujar Kraus.

"Sebagai contoh, kita akan dapat melihat bagaimana hidrogen dan helium, unsur-unsur yang ditemukan di interior raksasa gas seperti Jupiter dan Saturnus, bercampur dan terpisah di bawah kondisi ekstrem ini. Ini adalah cara baru untuk mempelajari sejarah evolusi planet," jelasnya.

Hasil eksperimental Kraus dan tim dapat diakses di jurnal Nature yang diberi judul, 'Demonstration of X-ray Thomson scattering as diagnostics for miscibility in warm dense matter'.

Neptunus dan Uranus adalah dua planet besar paling jauh di Tata Surya dan juga merupakan planet yang jarang dieksplorasi.

Tiga puluh tahun lalu, pesawat luar angkasa 'Voyager 2' menjadi satu-satunya misi luar angkasa yang telah mendekati Neptunus dan Uranus. Kedua planet ini memang dikenal sebagai 'raksasa es' seperti dikutip Science Times.



 

Sunday, January 30, 2022

Misteri Batu Al Naslaa: Batu Raksasa yang Terbelah Sempurna, Bagai Ditebas Pedang


 Di dunia ini, ada banyak fenomena aneh yang belum terungkap asal muasalnya. Salah satunya seperti misteri batu yang berumur 4.000 tahun di Arab Saudi.

Batu raksasa tersebut berada di tengah Padang Pasir Tayma. Batu itu terbelah dua layaknya ditebas pedang!

Batu raksasa tersebut sering disebut Al-Naslaa. Batu raksasa ini terlihat seperti terbelah dua dengan presisi. Celah di antara batu itu terlihat begitu datar dan tak ada bekas terkikis seperti batu pada umumnya.

Hingga kini, belum ada teori yang mampu menjawab misteri Al-Naslaa. Ada yang beranggapan kalau salah satu sisi batu ini mengikuti pergeseran tanah yang kemudian tertarik dan terbelah.

Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa batu ini awalnya memang sudah mempunyai retakan yang kemudian terkikis sampai akhirnya terbelah.

Meski demikian, tetap saja teori itu tidak bisa sepenuhnya menjelaskan misteri batu Al-Naslaa ini. Pasalnya belahan Al-Naslaa terlihat begitu sempurna dan rapi.

Ada satu lagi misteri dari batu ini yang belum terungkap, yakni lukisan kuno berbentuk kuda serta manusia di dekat sisi yang terbelah. Dan hingga kini, asal muasal lukisan di Al-Naslaa itu belum diketahui secara pasti.

Friday, January 28, 2022

Asteroid Raksasa Secepat Peluru Bawa Bakteri Beracun ke Bumi


Asteroid secepat peluru membawa bakteri beracun ke Bumi. Batu luar angkasa itu melesat 24 kali lebih cepat dari sebutir peluru ketika menghantam Bumi, dan memusnahkan dinosaurus pada 66 juta tahun silam.

Gelombang kejutnya sampai meratakan pohon-pohon di Amerika Utara dan Selatan, serta menciptakan gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hutan.

Dikutip dari situs New York Times, peristiwa itu telah membuat banyak serpihan ke atmosfer, sehingga membuat tumbuhan tidak bisa lagi melakukan fotosintesis.

Dinosaurus non-unggas juga lenyap, dan hampir 75 persen spesies musnah kala itu. Asteroid tersebut juga meninggalkan bekas kawah sedalam 20 mil yang saat ini disebut Teluk Meksiko.

Tidak ada satu pun makhluk hidup yang selamat. Namun akhirnya kehidupan berhasil pulih kembali dengan cepat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Geologi mengungkap terdapat cynobacteria, yaitu ganggang hijau dan biru, yang menyebabkan adanya racun berbahaya di bekas kawah.

Menurut jurnal itu, beberapa tahun setelah asteroid jatuh, racun ini terdeteksi sudah ada di sana. Pada 2016, para ilmuwan mengebor jantung kawah Chicxulub, dan menggalinya hingga 2.750 kaki. Tujuannya, memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

Namun tidak semua mikroorganisme meninggalkan fosil. Cynobacteria misalnya, yang menghasilkan zat berminyak yang tersimpan selama ratusan juta tahun silam di batuan sedimen.

Ilmuwan Bettina Schaefer melihat zat berminyak itu ada di sana, menempel di atas lapisan tanaman yang terbawa asteroid ke dalam kawah.

“Studi juga menunjukkan, bakteri mulai ada di kawah setelah serangan asteroid dan saat sinar Matahari kembali memasuki Bumi,” ungkapnya.

Organisme lain juga ikut terdeteksi, yang akan membantu para ilmuwan mencirikan air mana yang beracun dan tidak. Beberapa fosil molekular yang ditemukan adalah organisme yang bisa hidup di perairan tanpa oksigen.

Wednesday, January 26, 2022

Kronologi Singkat Sejarah Manusia dari Jutaan Tahun Lalu Sampai Masa Kini

Waktu eksistensi dari berbagai hominid didasarkan pada tanggal fosil. Setiap spesies mungkin telah ada sebelumnya atau lebih lambat daripada yang ditampilkan, namun bukti fosil belum ditemukan. Ada juga sengketa tentang ketumpang-tindihan spesies, misalnya, tumpang tindih antara Homo habilis dan Homo erectus.

Fosil hominid paling awal, Ardipithecus ramidus, adalah temuan baru. Fosil ini berpenanggalan 4.4 juta tahun lalu. Meski fosilnya tidak lengkap, tapi cukup untuk menjelaskan bahwa Ardipithecus ramidus bipedal dan tingginya sekitar 4 meter. 

Fosil lain yang ditemukan bersama fosil ramidus menunjukkan bahwa ramidus adalah penghuni hutan. Sebuah kerangka yang baru ditemukan sekitar 45% lengkap. 

Ardipithicus ramidus: 5-4.000.000 tahun lalu
Australopithecus anamensis: 4.2-3.900.000 tahun yang lalu
Australopithecus afarensis: 4-2.700.000 tahun yang lalu
Australopithecus africanus: 3-2000000 tahun yang lalu
Australopithecus robustus: 2.2-1.600.000 tahun yang lalu
Homo habilis: 2.2-1.600.000 tahun yang lalu
Homo erectus: 2,0-0.400.000 tahun yang lalu
Homo sapiens kuno: 4-200 tahun yang lalu
Homo sapiens neandertalensis: 200-30000 tahun yang lalu
Homo sapiens sapiens: 200 ribu tahun yang lalu 

Sebuah spesies baru, Australopithecus anamensis, yang mendapatkan namanya pada tahun 1995, ditemukan di Teluk Allia, Kenya. Anamensis hidup antara 4.2 dan 3.9 juta tahun lalu. Tubuhnya menunjukkan fitur bipedal, tapi tengkoraknya mirip kera kuno.

Australopithecus afarensis yang hidup antara 3.9 dan 3.0 juta tahun lalu ini mempertahankan wajah mirip kera dengan dahi miring, kerutan berbeda di atas mata, hidung datar dan rahang lebih rendah seolah tak berdagu. Kapasitas otaknya sekitar 450 cc. Tingginya antara 3'6"dan 5'. 

Australopithecus afarensis sepenuhnya bipedal dan ketebalan tulangnya menunjukkan bahwa ia cukup kuat. Rrasio berat dan tinggi badan sama seperti manusia modern, tetapi kepala dan wajahnya jauh lebih besar. Kepala besar dengan rahang kuat merupakan fitur semua spesies sebelum Homo sapiens sapiens.

Australopithecus africanus sangat mirip dengan Australopithecus afarensis dan hidup antara tiga dan dua juta tahun lalu. Australopithecus africanus juga bipedal, tapi tubuhnya sedikit lebih besar. 

Ukuran otaknya juga sedikit lebih besar, sekitar 500 cc. Otaknya tidak cukup maju. Gerahamnya sedikit lebih besar ketimbang Australopithecus afarensis dan jauh lebih besar dari manusia modern. Hominid ini adalah herbivora. Bentuk rahangnya sekarang seperti manusia.

Australopithecus aethiopicus hidup antara 2.6 dan 2.3 juta tahun lalu. Spesies ini mungkin merupakan nenek moyang robustus dan boisei. Hominid ini memakan makanan kasar. Geraham, rahang, dan puncak sagitalnya besar. 

Puncak sagital adalah tonjolan tulang di tengkorak yang memanjang dari dahi ke belakang kepala. Otot-otot pengunyahnya yang besar berlabuh di puncak tersebut. Ukuran otaknya masih sekitar 500 cc dengan tidak ada indikasi fungsi berbicara.

Australopithecus robustus hidup antara dua dan 1.5 juta tahun lalu. Tubuhnya mirip dengan Australopithecus africanus, tapi tengkorak dan giginya lebih besar dan kuat. Wajahnya datar dan tak memiliki kening. Ia memiliki tulang alis besar dan sebuah puncak sagittal. Volume otaknya hingga 525 cc dengan tidak ada indikasi kemampuan berbicara.

Australopithecus boisei hidup antara 2.1 dan 1.1 juta tahun lalu. Ia cukup mirip dengan robustus, tetapi wajahnya lebih besar. Gerahamnya besar dan yang paling besar berukuran 0.9 inci. Ukuran otaknya kurang lebih sama dengan Australopithecus robustus. Beberapa pakar percaya bahwa Australopithecus robustus dan Australopithecus boisei adalah varian dari spesies yang sama.

Homo habilis disebut manusia terampil karena alat-alatnya ditemukan bersama sisa-sisa fosilnya. Spesies ini hidup antara 2.4 dan 1.5 juta tahun lalu. Ukuran otak Homo habilis awalnya sekitar 500 cc, tapi naik menjadi 800 cc menjelang akhir masa hidupnya. 

Bentuk otak spesies ini menunjukkan bukti bahwa beberapa kemampuan bicara telah dikembangkan. Habilis memiliki tinggi sekitar 5’ dan berat sekitar 100 kg. Beberapa ilmuwan percaya bahwa habilis bukan merupakan spesies terpisah, melainkan harus diperlakukan sebagai Australopithecine atau Homo erectus awal.

Homo erectus hidup antara 1.8 juta dan 300.000 tahun yang lalu. Ini adalah spesies sukses selama 1.5 juta tahun. Contoh-contoh awal memiliki ukuran otak rata-rata 900 cc. Otaknya pun terus tumbuh selama masanya. Menjelang akhir hidup, ukuran otaknya hampir sama dengan manusia modern, sekitar 1.200 cc. 

Spesies ini pasti telah berbicara. Spesies ini mengembangkan alat, senjata, dan api. Juga belajar memasak makanan. Ia melakukan perjalanan keluar dari Afrika menuju China dan Asia Tenggara, mengembangkan pakaian untuk iklim utara. Hanya kepala dan wajahnya yang berbeda dari manusia modern. 

Seperti Homo habilis, wajahnya memiliki rahang besar dengan geraham besar, tak ada dagu, tulang alis tebal, dan tengkorak yang panjang merendah. Meskipun proporsinya sama, ia lebih kuat daripada manusia modern.

Homo sapiens (purba) menyediakan jembatan antara Homo erectus dan Homo sapiens sapiens selama periode 200.000 sampai 500.000 tahun yang lalu. Banyak tengkoraknya yang telah ditemukan mempunyai fitur penengah di antara keduanya. 

Rata-rata otaknya bervolume sekitar 1.200 cc dan menunjukkan kemampuan bicara. Tengkoraknya lebih bulat dengan fitur yang lebih kecil. Geraham dan tulang alisnya lebih kecil. Sementara kerangkanya tampak lebih kuat dari manusia modern, tetapi proporsional.

Homo sapiens neandertalensis tinggal di Eropa dan Timur Tengah antara 150.000 dan 35.000 tahun yang lalu. Neanderthal hidup berdampingan dengan Homo sapiens (kuno) dan Homo sapiens sapiens awal. Tidak diketahui apakah ia berasal dari spesies yang sama dan menghilang ke dalam kolam gen Homo sapiens sapiens atau ia mungkin telah dibunuh oleh Homo sapiens sapiens. 

Penelitian DNA terbaru mengindikasikan bahwa Neandertal adalah spesies yang sama sekali berbeda dan tidak bergabung ke dalam kolam gen Homo sapiens sapiens. Rata-rata ukuran otaknya lebih besar dari manusia modern, sekitar 1.450 cc. 

Bentuk kepalanya lebih panjang dan lebih rendah dari manusia modern. Hidungnya besar dengan struktur yang berbeda dari manusia modern. Tingginya sekitar 5'6" dengan kerangka yang sangat berat. Ia jauh lebih kuat dari manusia modern. Rahangnya besar dan memiliki dahi surut layaknya Homo.

Homo sapiens sapiens pertama kali muncul sekitar 120.000 tahun yang lalu. Manusia modern memiliki ukuran otak rata-rata sekitar 1.350 cc.


 

Tuesday, January 25, 2022

Studi Baru: 8 Tabung di Maikop Kurgan Diduga Sedotan Raksasa

Pada 1897 silam di Maikop Kurgan, Kaukus para ahli menemukan tiga individu dan ratusan benda berharga dari salah satu kuburan elit Zaman Perunggu. Di antara banyaknya benda berharga itu terdapat delapan tabung emas dan perak dengan panjang masing-masing lebih dari satu meter.

Tabung dengan beberapa patung banteng pada bagian batangnya itu sebelumnya diidentifikasi sebagai tongkat kerajaan atau tiang untuk kanopi. Ratusan tahun berlalu, tabung-tabung ini diduga berfungsi sebagai sedotan.

Dilansir dari Phys, tim peneliti dari Rusia melakukan penelitian baru dan diketahui bahwa sedotan-sedotan itu digunakan untuk minum bir dari bejana komunal. Studi ini telah dipublikasikan di laman Antiquity dengan judul Party like a Sumerian: reinterpreting the ‘sceptres’ from the Maikop kurgan pada tanggal 19 Januari 2022.

“Titik baliknya adalah ditemukan butiran pati barley (jelai) dalam residu dari permukaan bagian dalam salah satu sedotan. Ini memberikan bukti material langsung bahwa tabung dari Maikop kurgan digunakan untuk minum,” ujar Dr. Viktor Trifonov dari Institut Sejarah Budaya Material, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia kepada Phys.

Secara khusus, penelitian menunjukkan bahwa sedotan digunakan untuk minum bir, meskipun para peneliti tidak dapat memastikan apakah jelai telah difermentasi. Minum bir menggunakan sedotan panjang menjadi praktik umum di peradaban Sumeria Mesopotamia awal sejak milenium ketiga SM dan seterusnya.

Digambarkan beberapa sedotan panjang yang ditempatkan di bejana komunal, memungkinkan orang berdiri atau duduk di dekatnya untuk minum bersama. Dr. Trifonov dan tim selama penelitian mengidentifikasi beberapa kesamaan utama dengan sedotan Sumeria.

Kebanyakan sedotan Sumeria, memiliki saringan logam untuk menyaring kotoran yang umum ditemukan pada bir kuno. Saringan ini juga ditemukan di sedotan Maikop. Kesamaan inilah yang membuat para peneliti menyimpulkan tabung Maikop adalah sedotan minuman.

“Jika interpretasinya benar, perangkat mewah ini akan menjadi sedotan paling awal yang bertahan hingga saat ini,” jelas Dr. Trifonov.


Sebab sedotan dari Maikop usianya lebih dari 5.000 tahun. Namun, ini bukanlah bukti sedotan tertua. Segel dari Iran dan Irak yang berasal dari milenium kelima hingga keempat SM menggambarkan orang-orang minum bersama dari bejana komunal.


Penggunaan sedotan dengan desain ini untuk minum bir dari wadah umum juga membuat para peneliti menyimpulkan sedotan yang baru ditemukan kemungkinan digunakan untuk hal yang sama. Sehubungan dengan itu sebuah bejana besar juga ditemukan di Maikop Kurgan.

Penemuan sedotan baru di tempat yang berjarak ratusan kilometer dari bukti awal penggunaan sedotan lainnya di Mesopotamia dan wilayah sekitarnya memberikan pengetahuan baru. Peneliti mengatakan temuan ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang awal mula ritual perjamuan dan budaya minum dalam masyarakat hierarkis. Praktik semacam ini pasti penting dan cukup populer untuk menyebar di antara kedua wilayah.

Ini juga menyoroti budaya Maikop bahwa ia memiliki ikatan yang dalam dengan tetangganya di selatan dan mungkin selera akan kemewahan dan upacara minum mereka.

Upacara seperti itu di Sumeria kuno kerap menjadi bagian dari pemakaman kerajaan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sedotan kuno ini ditemukan dari dalam makam. Maka itu, dimasukkannya sedotan dan posisisnya dekat dengan jenazah mengisyaratkan bahwa pemakaman mewah ini mungkin juga terjadi di Kaukus.

“Sebelum melakukan penelitian ini, saya tidak akan pernah percaya bahwa dalam pemakaman elit paling terkenal di Kaukasus Awal Zaman Perunggu, barang utamanya bukanlah senjata ataupun perhiasan, tetapi satu set sedotan minuman bir yang berharga,” pungkas Dr. Viktor Trifonov.




 

Monday, January 24, 2022

Menguak Misteri Mencengangkan di Balik Mumi, Mayat-mayat Kuno dari Mesir


Raja-raja Mesir di zaman kuno, atau orang-orang penting mereka di masa lalu, kerap diabadikan dalam bentuk mumi setelah mati. Melalui hal itu pula, kita di dunia modern pun mengetahui bahwa begitulah cara orang-orang Mesir kuno memperlakukan raja-raja mereka, yaitu mengabadikannya dalam bentuk mumi. 

Yang ajaib, meski mumi-mumi itu sudah berusia ratusan atau bahkan ribuan tahun, namun wujudnya kerap masih utuh. Kenyataan itu tentu menakjubkan, mengingat mayat secara alami akan hancur perlahan seiring waktu. 

Hal itu pun menarik banyak minat para ilmuwan dan peneliti untuk mempelajari serta mengungkap bagaimana proses mumifikasi (pembuatan mumi), sehingga bisa awet ratusan hingga ribuan tahun. Dalam hal itu, keberadaan mumi yang masih dalam kondisi bagus adalah warisan berharga.

Professor Sahar Saleem, Doktor Radiologi dari Cairo University, termasuk salah satu ilmuwan yang tertarik meneliti mumi. Profesor dari Mesir itu meneliti isi dalam mumi melalui teknologi X-Ray. 

Dalam acara seminar Scanning the Pharaoh yang diselenggarakan oleh Departemen Arkeologi Universitas Indonesia pada Rabu (18/10), Saleem menyatakan, “Mumi Mesir memiliki teknik mumifikasi paling canggih hingga saat ini.”

Professor Sahar Saleem meneliti beberapa mumi dari pemimpin besar Mesir kuno menggunakan teknologi X Ray, guna memperoleh kondisi jasad secara menyeluruh. Tutankhamun, Amenhotep III, Tiye, Ramsses II, Ramsses III, adalah sekian contoh raja Mesir kuno yang muminya diteliti oleh Saleem. 

Teknologi X Ray memungkinkan arkeolog untuk mendapatkan gambaran utuh mumi tanpa perlu merusaknya, dengan tetap memperoleh bukti fisik mendetail. 

Kerja ilmiahnya dituliskan dalam buku "Scanning the Pharaoh" yang memperoleh penghargaan buku sains populer terbaik dalam Prose Award di Washington DC, dan penghargaan akademisi terbaik tahun 2016 oleh American Library Association.

Penelitian Paleo-Radiologi ternyata mampu melahirkan temuan baru. Dari pengalamannya, setiap mumi memiliki setiap ornamen yang mewakili makna yang berbeda antara satu dengan lainnya. Berikut kontribusi penting studi Paleo Radiologi yang dikerjakan Saleem dan koleganya. 

Mumi mengosongkan semua organ tubuh kecuali jantung

Jasad yang dimumikan bukanlah jasad yang utuh. Hasil CT Scan menunjukkan bahwa rongga dada hanya menyisakan satu organ, yaitu jantung. Selain perut, tempurung kepala mumi raja Mesir kuno yang diteliti Saleem kosong sama sekali. 

Saleem mengungkap bahwa praktik ini jamak dilakukan, karena kepercayaan mereka. “Mereka mengeluarkan seluruh organ kecuali bagian jantung. Jantung adalah tempat di mana ruh bersemayam,” tutur Saleem. 

Sedangkan organ lainnya seperti paru-paru, usus, lambung, dan ginjal, dikeluarkan lewat pembedahan. Masing-masing organ kemudian diawetkan dalam satu tempat secara terpisah. Hal ini disebabkan organ lain dianggap tidak penting dalam proses kehidupan setelah mati. 

Mumi bahkan tidak memiliki otak di tempurung kepalanya. Saleem melihat fakta ini ketika meneliti mumi Thuya, istri panglima perang Mesir Kuno, Yuya. Mesin X Ray tidak dapat menangkap benda di bagian tengkorak mumi Thuya. 

“Mereka mengeluarkan otak melalui alat khusus,” ujar Saleem. Sehingga, jantung adalah satu-satunya organ yang penting dalam fase tersebut, karena menjadi pusat kecerdasan dan perasaan bagi manusia. 

Mumi ditanami jimat

Meski organ tubuh diambil dari jasad, mumi kemudian diisi benda-benda yang memiliki makna magis. Barang yang biasa ditemukan di dalam mumi adalah jimat atau perhiasan. 

Praktik menaruh jimat sangat jamak ditemukan di mumi bangsawan Mesir kuno. 
“Mereka percaya jimat memiliki kekuatan di balik setiap bentuknya,” beber Saleem. 

Seperti contoh, Saleem menunjukkan temuan sebuah kepingan di jantung salah satu mumi. Melalui pemindaian X Ray, benda tersebut merupakan jimat berbentuk hati. Lambang ini menunjukkan bahwa jimat tersebut khusus dibuat dan ditanam untuk melindungi jantung sang mumi. 

Jimat lainnya ada di tubuh Amenhotep, dan jimat berbentuk sandal emas di mumi Thuya. Namun yang paling banyak ditemui adalah Mata Horus sebagai simbol penyelamat. 

Saleem kemudian menceritakan temuannya di dalam tubuh Ramses III. Raja adikuasa di era New Kingdom ini dibunuh lewat skenario berencana. Ia ditusuk di bagian leher dan kaki. 

Di setiap bagian tubuh yang menerima kekerasan, pemindaian mesin X Ray menemukan jimat-jimat Mata Horus. “Terdapat enam jimat sejenis dalam tubuh Ramses III,” beber Saleem. 

Temuan ini menunjukkan bahwa orang-orang saat itu berpikir perlu mengantarkan Ramses III yang tewas secara tidak wajar, menuju kehidupan setelah mati yang lebih baik. Menempatkan mata horus di bagian yang terluka adalah cara mengantarkannya. 

Mengawetkan bentuk wajah melalui benda

Meski telah berusia lebih dari 2000 tahun, bentuk wajah mumi terbilang awet. Mumi Mesir kuno cenderung terlihat utuh tanpa pembusukan di sana-sini seperti mumi-mumi di belahan dunia lainnya. 

Bentuk yang indah adalah syarat penting mumifikasi. Saleem memaparkan prinsip dasar mumifikasi Mesir kuno adalah mengawetkan jasad seawet mungkin, sehingga ruh yang masih ada dapat melihatnya. 

“Ini adalah cara untuk memastikan bahwa mereka dapat bangkit. Mereka harus membuatnya secantik mungkin. Semuanya dilakukan dengan alasan,” katanya. 

Oleh karena itu, proses mumifikasi dilakukan lewat rekayasa bentuk tubuh. Saleem mempresentasikan ada berbagai bentuk tubuh mumi yang pernah ia temui. Beberapa mumi memiliki pipi yang utuh, sedangkan beberapa lainnya tampak tirus menempel tulang. Sementara ada mumi yang tulang-tulangnya, mulai tengkorak, leher, dan pinggang, masih tampak tegak. 

Salah satu mumi yang diperlakukan hal serupa adalah Ramses. Hidung mumi Ramses begitu mancung dan masih terlihat padat. Dari hasil X Ray menunjukkan terdapat benda yang sengaja ditaruh di bagian hidung mumi Ramses. 

“Mereka menaruh tulang hewan kecil untuk menjaga hidungnya tetap seperti itu. Tulang tersebut ditanam di batang hidung,” ujar Saleem. 

Tentu masih banyak misteri yang dapat diungkap dari mumi. Tentu bukan menjadi hantu yang tiba-tiba bisa hidup yang bisa lari mengejar kita lalu mencekik. Satu mumi mewakili tumpukan sejarah dari salah satu peradaban paling kaya yang pernah ada di muka bumi. 




 

Sunday, January 23, 2022

Kisah Baia, Kota Kuno Penuh Dosa yang Kini Tenggelam di Bawah Laut Roma


Orang-orang ultra kaya dari Roma berkunjung ke tempat ini pada akhir pekan untuk berpesta. Para pejabat negara yang berkuasa membangun vila-vila mewah di pantainya, yang dilengkapi pemandian air panas dan kolam renang dengan ubin mosaik, tempat mereka dapat memanjakan hasrat yang paling liar.

Seorang warga bahkan membangun sebuah nymphaeum - gua pribadi yang dipenuhi patung-patung marmer, dipersembahkan semata-mata untuk 'kesenangan duniawi'.

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Baia adalah Las Vegas bagi Kekaisaran Roma - sebuah kota resor yang terletak di pesisir barat Italia, berjarak sekitar 30 kilometer dari Naples. Kota ini melayani para penyair, jenderal, dan orang-orang semacamnya. Cicero sang orator menulis pidato di tempat istirahatnya di dekat teluk, sementara panyair Virgil dan naturalis Pliny masing-masing tinggal di dekat tempat permandian umum.

Baia juga tempat yang dikunjungi orang-orang kaya dan berkuasa untuk melaksanakan urusan gelap mereka.

"Ada banyak kisah intrik yang dikaitkan dengan Baia," kata John Smout, peneliti yang bermitra dengan arkeolog lokal untuk meneliti situs tersebut. 

Menurut rumor, Cleopatra melarikan diri dengan perahu dari Baia setelah Julius Caesar terbunuh pada tahun 44 SM, sedangkan Julia Agrippina merencanakan pembunuhan suaminya, Claudius, di Baia sehingga anaknya, Nero, bisa menjadi kaisar Roma.

"Dia membunuh Claudius dengan jamur beracun," jelas Smout. "Tetapi entah bagaimana Claudius selamat. Jadi pada malam yang sama, Agrippina menyuruh dokternya menyuntikkan racun dari labu liar, yang akhirnya membunuh Claudius."

Air mineral dan iklim yang sejuk pertama kali menarik hati para bangsawan Roma ke Baia pada paruh kedua abad 2 SM, dan kota ini dikenal sebagai Padang Phlegraean (atau 'menyala'); dinamakan demikian karena kaldera yang menaungi daerah tersebut.

"Saya mengunjungi situs tersebut di masa kanak-kanak dan pemandu saya waktu itu menancapkan sebuah payung ke tanah, lalu uap dan lahar keluar," kenang Smout.

Kaldera dipuja oleh orang-orang Yunani dan Romawi kuno sebagai pintu masuk ke neraka. Tapi fitur vulkanis itu juga mendorong sejumlah kemajuan teknologi: misalnya penemuan semen tahan air, hasil campuran kapur dan batu vulkanis, yang kemudian mendorong pembangunan kubah-kubah lapang dan fasad marmer, juga kolam-kolam ikan pribadi dan rumah pemandian mewah.

Namun mengingat reputasi Baia yang penuh dosa, mungkin pas bahwa berlimpahnya aktivitas vulkanis di wilayah tersebut juga menyebabkan kejatuhannya. Selama beberapa abad, bradiseisme, yaitu kenaikan dan penurunan permukaan Bumi akibat aktivitas hidrotermal dan seismik, menyebabkan sebagian besar kota Baia tenggelam dan akhirnya terkubur di dalam air hingga saat ini.

Minat wisatawan pada daerah pesisir yang sempat populer ini baru muncul kembali pada tahun 1940-an, ketika seorang pilot membagikan foto udara sebuah bangunan yang berada tepat di bawah permukaan samudra. 

Tak lama kemudian, para ahli geologi dibuat bingung oleh lubang-lubang yang ditinggalkan hewan moluska di reruntuhan yang ditemukan di dekat pantai, pertanda bahwa bagian dari lereng bukit itu pernah terbenam di bawah permukaan laut. Dua dekade kemudian, pemerintah Italia melakukan survei di bagian kota yang berada di bawah air dengan menggunakan kapal selam.

Mereka menemukan sesuatu yang sangat menarik: sejak zaman Romawi, tekanan bawah tanah mengakibatkan lahan di sekitar Baia terus-menerus naik dan turun, mendorong reruntuhan bangunan kuno ke arah permukaan laut, sebelum perlahan-lahan menenggelamkannya kembali - semacam purgatorium geologis.

Reruntuhan bawah laut tersebut hanya dapat diakses oleh beberapa arkeolog pemberani, sampai belakangan ini. Situs arkeologi bawah laut Baia tidak secara formal dirancang sebagai kawasan lindung sampai 2002, ketika situs tersebut mulai dibuka untuk umum. 

Sejak itu, teknologi pemindai 3D serta kemajuan lainnya dalam arkeologi laut untuk pertama kalinya memungkinkan kita mengintip peninggalan antik ini: para penyelam, sejarawan, dan fotografer telah merekam bangunan rotunda dan portico atau teras, termasuk Kuil Venus (yang sebenarnya bukan kuil, melainkan sauna termal) - penemuan yang sedikit demi sedikit memberi petunjuk tentang kisah Roma yang paling kotor.

Akibat pergerakan kerak Bumi, reruntuhan ini sebenarnya berada pada perairan yang relatif dangkal dengan kedalaman rata-rata 6 meter. Hal ini memungkinkan pengunjung melihat beberapa struktur bawah lautnya yang seram dari perahu berlapis kaca, atau videobarca. 

Pusat penyelaman lokal seperti Centro Sub Campi Flegreo juga menawarkan tur snorkeling dan skuba di kota yang terendam beberapa kilometer dari Laut Tyrrhenian. Ketika laut tenang, pengunjung dapat melihat pilar-pilar bangunan Romawi, jalanan kuno, dan alun-alun dengan tatanan ubin yang rumit. Patung Octavia Claudia (saudara perempuan Kaisar Claudius) dan Ulysses menandai pintu masuk gua-gua di bawah air.

Banyak juga yang bisa dilihat di atas permukaan air. Bahkan, banyak patung yang terendam sebenarnya merupakan replika: aslinya dapat ditemukan di atas bukit di Kastil Baia, tempat Badan Pengawas Arkeologi untuk Campania mengelola sebuah museum berisi benda-benda pusaka yang diangkat dari laut. 

Banyak reruntuhan bangunan Romawi di atas tanah juga tampak dari Parco Archeologico delle Terme di Baia, bagian dari kota kuno yang masih berada di atas permukaan laut. Digali pada tahun 1950-an oleh Amedeo Maiuri, arkeolog yang juga menemukan Pompeii dan Herculaneum, situs sejarah di atas tanah itu memiliki sisa-sisa teras bermotif mosaik dan pemandian berkubah.

Di sekitar Parco Archeologico delle Terme di Baia, Baia modern merupakan bayangan dari kemegahannya yang dulu, meski masih mengesankan semangat bermalas-malasan dan kesenangan. 

Di garis pantai yang dahulu dipenuhi rumah-rumah dan pemandian mewah, kini bisa ditemukan sebuah marina kecil, hotel, dan beberapa restoran makanan laut berjajar di jalan sempit yang mengarah ke timur laut menuju Naples.

Waktu untuk melihat peninggalan kemewahan Italia kuno ini mungkin hampir habis: ahli seismologi memperkirakan kelanjutan aktivitas vulkanik di sepanjang pantai Baia dalam waktu dekat, membuat nasib kota ini kembali tak pasti. 

Dua puluh gempa kecil tercatat di wilayah ini pada tahun lalu, dan dalam beberapa tahun terakhir pihak berwenang telah mempertimbangkan untuk menutup reruntuhan kota yang tenggelam bagi pengunjung secara permanen.

Tapi sementara ini, para pengunjung dapat menjelajahi kota bawah laut ini untuk mencari pintu masuk tersembunyi - jika tidak ke neraka, setidaknya ke suatu harta karun bawah tanah spektakuler.


 

Saturday, January 22, 2022

Evolusi Ular Terjadi Setelah Selamat dari Asteroid Pembunuh Dinosaurus


Sebuah studi yang dipimpin oleh para ilmuwan di University of Bath mengungkapkan bahwa ular yang hidup saat ini berevolusi dari segelintir spesies yang selamat dari dampak asteroid raksasa yang memusnahkan dinosaurus 66 juta tahun yang lalu. peristiwa kepunahan yang menghancurkan ini adalah bentuk 'penghancuran kreatif' yang memungkinkan ular untuk melakukan diversifikasi ke jenis baru.

Dalam rincian penelitian itu menunjukan bahwa ular yang saat ini termasuk hampir 4000 spesies hidup, mulai melakukan diversifikasi sekitar dampak ekstra-terestrial memusnahkan dinosaurus dan sebagian besar spesies lain di planet ini. Studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature Communications baru-baru ini.

"Ini luar biasa, karena mereka tidak hanya selamat dari kepunahan yang memusnahkan begitu banyak hewan lain, tetapi dalam beberapa juta tahun mereka berinovasi, menggunakan habitat mereka dengan cara baru," kata penulis utama dan lulusan Bath baru-baru ini Dr Catherine Klein dalam rilis University of Bath.

Penelitian dengan kolaborator dari Bristol, Cambridge dan Jerman itu menggunakan fosil dan menganalisis perbedaan genetik antara ular modern untuk merekonstruksi evolusi ular. Hasil analisis yang didapatkan membantu mereka menentukan waktu ular modern berevolusi.

Hasil mereka menunjukkan bahwa semua ular yang hidup dapat ditelusuri kembali ke hanya segelintir spesies yang selamat dari dampak asteroid 66 juta tahun yang lalu, kepunahan yang sama yang memusnahkan dinosaurus.

Para peneliti berpendapat bahwa kemampuan ular untuk berlindung di bawah tanah dan diam untuk waktu yang lama tanpa makanan membantu mereka bertahan dari efek destruktif dari dampak tersebut. Sebagai akibatnya, kepunahan pesaing mereka, termasuk ular Kapur dan dinosaurus itu sendiri, memungkinkan ular pindah ke ceruk baru, habitat baru, dan benua baru.

Ular kemudian mulai melakukan diversifikasi, menghasilkan garis keturunan seperti ular berbisa, kobra, ular garter, ular sanca, dan boas. Keanekaragaman ular modern, termasuk ular pohon, ular laut, ular berbisa dan kobra, dan konstriktor besar seperti boa dan ular sanca, muncul hanya setelah kepunahan dinosaurus. Ular kemudian mulai mengeksploitasi habitat baru, dan mangsa baru.

Fosil yang dianalisis juga menunjukkan perubahan bentuk tulang belakang ular setelahnya. Hal itu akibat punahnya garis keturunan periode Kapur dan munculnya kelompok baru, termasuk ular laut raksasa yang panjangnya mencapai 10 meter.

Studi ini juga menunjukkan bahwa ular mulai menyebar ke seluruh dunia sekitar waktu ini. Meskipun nenek moyang ular hidup mungkin tinggal di suatu tempat di belahan bumi selatan, ular tampaknya pertama kali menyebar ke Asia setelah kepunahan.


Dr Nick Longrich, dari Milner Center for Evolution di University of Bath dan penulis terkait, mengatakan bahwa penelitian mereka menunjukkan bahwa kepunahan bertindak sebagai bentuk 'penghancuran kreatif' dengan memusnahkan spesies tua. Di sisi lain, memungkinkan spesies yang selamat untuk mengeksploitasi kesenjangan dalam ekosistem, bereksperimen dengan gaya hidup dan habitat baru.

"Ini tampaknya menjadi ciri umum evolusi. Ini adalah periode segera setelah kepunahan besar di mana kita melihat evolusi paling liar eksperimental dan inovatif," kata peneliti.

"Penghancuran keanekaragaman hayati memberi ruang bagi hal-hal baru untuk muncul dan menjajah daratan baru. Pada akhirnya kehidupan menjadi lebih beragam dari sebelumnya."

Studi ini juga menemukan bukti untuk peristiwa diversifikasi besar kedua di sekitar waktu ketika dunia bergeser dari 'Bumi Rumah Kaca' yang hangat menjadi iklim 'Rumah Es' yang dingin. Pola yang terlihat pada ular juga mengisyaratkan peran kunci bencana -gangguan lingkungan yang parah, cepat, dan global- dalam mendorong perubahan evolusioner.


 

Friday, January 21, 2022

Dua Spesies Dinosaurus Baru Diidentifikasi Berasal dari Tiongkok


Tiga fosil dinosaurus telah diidentifikasi oleh para peneliti di Tiongkok Barat Laut, dengan dua di antaranya ditemukan sebagai spesies baru. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature Scientific Reports pada 12 Agustus 2021.

Dalam beberapa dekade terakhir, pengetahuan kita tentang jenis dinosaurus sauropoda somphospondylan dari periode Zaman Kapur meningkat pesat, terutama di Tiongkok. Salah satu daerah terpenting untuk fosil vertebrata dari Tiongkok ditemukan di Kelompok Tugulu di Cekungan Junggar, sebelah utara Pegunungan Tian Shan di Xinjiang, Tiongkok barat laut.

Baru-baru ini, beberapa fosil dinosaurus telah ditemuan di endapan Kapur Awal di Cekungan Turpan-Hami, wilayah selatan Pegunungan Tian Shan di Xinjiang, Tiongkok. Para peneliti, yang dipimpin oleh Xiaolin Wang dari Chinese Academy of Sciences, menganalisis tulang belakang dan fosil struktur tulang rusuk yang baru ditemukan tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa fosil-fosil tersebut milik dinosaurus sauropoda yang hidup selama zaman Kapur Awal antara 130-120 juta tahun yang lalu. "Fosil-fosil ini mewakili beberapa dinosaurus pertama yang ditemukan di wilayah tersebut, selain pterosaurus. Dan merupakan dinosaurus pertama yang ditemukan di Cekungan Turpan-Hami," tulis peneliti dalam laporannya di Nature.

Dinosaurus sauropoda adalah dinosaurus pemakan tumbuhan yang dikenal karena ukurannya. Mereka memiliki kepala kecil, leher sangat panjang, ekor panjang, dan kaki tebal seperti pilar. Dinosaurus ini menjelajahi benua selama Periode Kapur, sekitar 90 juta tahun yang lalu.

Pada temuan kali ini, para peneliti mengidentifikasi spesimen pertama sebagai spesies baru sauropoda dan menamakannya Silutitan sinensis. Para peneliti menemukan bahwa beberapa karakteristik dinosaurus leher panjang, dan itu menunjukkan bahwa itu milik keluarga sauropoda yang dikenal sebagai Euhelopodidae. Selama ini, spesies tersebut diketahui hanya ditemukan di Asia Timur.

Para peneliti kemudian membandingkan spesimen itu dengan apa yang mereka yakini sebagai kelompok dinosaurus, atau genus Euhelopus yang terkait erat dan memperkirakan bahwa spesimen itu awalnya memiliki panjang lebih dari 20 meter.

Fosil kedua juga merupakan spesies baru lainnya, yang oleh para peneliti diberi nama Hamititan xinjiangensis. Spesimen terdiri dari tujuh bagian tulang belakang dari ekor, yang menurut penulis adalah bagian keempat hingga kesepuluh di tulang belakang.

Para peneliti menyimpulkan bentuk dan tonjolan di sepanjang tulang belakang menunjukkan bahwa itu milik keluarga sauropoda yang dikenal sebagai Titanosaurus, yang banyak ditemukan di Asia dan Amerika Selatan.

Para peneliti membandingkannya dengan apa yang mereka yakini sebagai jenis yang terkait erat dengan Rapetosaurus dan Opisthocoelicaudia. Diperkirakan spesimen utuhnya memiliki panjang 17 meter.

Spesimen terakhir memiliki empat tulang belakang dan beberapa fragmen tulang rusuk, dan analisis menunjukkan itu mungkin sauropoda Somphospondylan, merupakan sekelompok dinosaurus yang hidup dari periode Jura akhir hingga periode Kapur akhir.

Menurut para peneliti, penemuan Silutitan sinensis dan Hamititan xinjiangensis meningkatkan keanekaragaman sauropoda di Asia, terutama dari daerah di mana vertebrata ini tidak umum. Silutitan sinensis berkerabat dekat dengan Euhelopus. Keberadaan klad yang lebih inklusif dari sauropoda serupa (Euhelopodidae) masih menjadi bahan perdebatan dan menunggu deskripsi lebih rinci.

Sementara itu, Hamititan xinjiangensis adalah salah satu dari sedikit sauropoda titanosaurian yang ditemukan dari Asia, yang menunjukkan kombinasi fitur sauropoda yang tidak biasa. Kehadiran dua spesies somphospondylan memberi informasi baru tentang evolusi somphospondylan dan memberikan dukungan lebih lanjut untuk diversifikasi luas sauropoda ini selama periode Kapur Awal Asia.

Temuan ini adalah beberapa dinosaurus pertama yang dilaporkan di Cekungan Turpan-Hami, meningkatkan keragaman reptil Mesozoikum yang diketahui ditemukan di daerah tersebut. Temuan ini juga menjelaskan keberadaan sauropoda di Tiongkok.




 

Thursday, January 20, 2022

Orangtua Gadis Purba Ini Berasal dari Dua Spesies Manusia yang Berbeda


 Para peneliti belum pernah melihat kasus seperti ini. Mereka telah menemukan manusia purba pertama yang orangtuanya berasal dari dua pohon keluarga spesies yang berbeda.

Sang ibu merupakan manusia Neanderthal, sementara ayahnya adalah Denisovan – hominid misterius yang belum banyak diketahui (saat ini, manusia modern adalah satu-satunya jenis hominid yang mampu bertahan hidup).

Kerangka yang ditemukan arkeolog menunjukkan bahwa itu adalah milik anak perempuan berusia 13 tahun yang hidup 90 ribu tahun lalu.

Para ilmuwan berhasil mengungkap keturunan campurannya ketika menganalisis DNA di tulang jarinya. Penemuan ini menambah bukti bahwa berbagai kelompok hominid bersilang dengan sesamanya atau kelompok lain – bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Dalam waktu yang lama, para ilmuwan berpikir bahwa kelompok seperti Homo Sapiens, atau manusia modern, dan Homo neanderthalensis, atau Neanderthals, merupakan spesies terpisah yang tidak mampu menghasilkan keturunan yang layak.

Namun, setelah kini diketahui bahwa mereka bisa berpasangan satu sama lain, beberapa ilmuwan berpendapat, Neanderthal dan Denisovan sebenarnya adalah sub-populasi manusia modern. Hasil penelitian DNA menunjukkan bahwa manusia modern memiliki presentase kecil dari DNA Neanderthal atau Denisovan.

“Hal paling menarik, ini adalah bukti langsung,” kata Svante Pääbo, seorang ahli genetika molekuler yang memimpin penelitian terbaru tersebut.

Pääbo dan rekannya mempublikasikan penelitian mereka dalam jurnal Nature.

Pada 2010, Pääbo termasuk dalam tim yang menemukan DNA Denisovan di gua Siberia untuk pertama kalinya. Sejauh ini, gua tersebut merupakan satu-satunya tempat di mana DNA Denisovan pernah ditemukan.

Kerangka perempuan berusia 13 tahun yang memiliki darah campuran ini juga ditemukan di gua yang sama.

Melihat adanya pertukaran DNA, sangat mungkin bahwa Neanderthals dan hominid juga berbagai pengetahuan dan teknologi.

Penelitian lain yang dipublikasikan pada jurnal Nature, menunjukkan bahwa Neanderthal tahu cara menciptakan api sejak 50 ribu tahun lalu.

Sunday, January 16, 2022

Penelitian genetik tentang harimau menyatakan bahwa pada saat ini, hanya tersisa enam subspesies jenis kucing besar tersebut di seluruh dunia. Di antaranya, harimau Bengal, Amur, Cina Selatan, Sumatra, Indocina dan Malaya. Dengan enam subspesies tersebut, kurang lebih ada 4.000 harimau yang tersisa di alam liar. Shu-Jin Luo, pemimpin penelitian, melacak evolusi spesies harimau dengan menggunakan data genetika dari seluruh habitat mereka. Selanjutnya, bersama tim, ia menganalisis seluruh genom dari 32 spesimen. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology itu kemudian mengungkapkan hanya terdapat enam subspesies harimau yang ada saat ini. Selain itu, Luo juga menemukan bahwa pola genetik subspesies sangat terstruktur. Ini menunjukkan bahwa mereka semua memiliki sejarah evolusi yang berbeda-beda. Contohnya adalah harimau Sumatera yang bertubuh kecil karena memiliki gen ADH7. Gen tersebut muncul dikarenakan mereka akan hidup di pulau dengan mangsa yang berukuran lebih kecil. "Harimau tidak semuanya sama. Harimau dari Rusia secara evolusi berbeda dengan yang berasal dari India. Bahkan, harimau dari Malaysia dan Indonesia berbeda. Mereka mewakili keajaiban alam yang berasal dari evolusi, divergensi dan adaptasi jangka panjang," ucap Luo, dilansir dari Kompas.com. Pemahaman mengenai berbagai supspesies dan merencanakan strategi konservasi yang sesuai adalah hal yang sangat penting. Luo dan tim kemudian merekomendasikan agar keenam subspesies tersebut sebaiknya segera diklasifikasikan dan dilindungi sebagai entitas yang terpisah.


Selama musim dingin, ketika di luar dingin dan membeku, yang ingin manusia lakukan hanyalah tetap terbungkus selimut dan tetap di tempat tidur. Secangkir mie atau cokelat panas yang mengepul juga membantu. Pada saat-saat seperti ini, orang mungkin iri pada hewan seperti beruang, yang tertidur selama musim terdingin dan bangun segar di musim semi. Mereka tetap nyaman di sarang mereka yang hangat sepanjang musim dingin, tetapi ini membuat orang bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa hidup tanpa makanan untuk waktu yang lama?

Kebutuhan akan hibernasi

Hibernasi adalah adaptasi hemat energi untuk melindungi diri dari kondisi buruk. Selama periode cuaca buruk dan kekurangan makanan, hewan tertentu berhibernasi untuk menghemat energi dan bertahan hidup. Hibernasi melibatkan perlambatan metabolisme yang signifikan, termasuk penurunan detak jantung dan laju pernapasan, bersama dengan penurunan suhu tubuh. Mengurangi metabolisme mereka memungkinkan hewan-hewan ini menghemat energi selama bulan-bulan dingin yang panjang itu.

Untuk memahami perlunya hibernasi, pertama-tama kita harus memahami perbedaan antara organisme endotermik dan ektotermik.

Ektotermik adalah hewan yang suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan. Ini berarti bahwa mereka bergantung pada lingkungan eksternal mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka. Biasanya, mereka memiliki suhu tubuh yang berubah dengan suhu lingkungan mereka.

Eltotermik mengatur suhu tubuh mereka sampai batas tertentu, tetapi tidak dengan menghasilkan panas. Mereka bergantung pada hal-hal seperti sinar matahari atau permukaan batu yang dipanaskan untuk pemanasan. Sebaliknya, mereka mencari keteduhan untuk menenangkan diri. Sumber panas fisiologis internal mereka terbatas, sehingga mereka bergantung pada lingkungan mereka untuk pengaturan. Mereka juga dikenal sebagai hewan 'berdarah dingin', dan termasuk ikan, amfibi, dan reptil.

Sebaliknya, endotermik dapat mengatur suhu tubuh mereka sendiri dengan menghasilkan panas internal. Mereka mampu mempertahankan suhu tubuh fisiologis mereka dalam kisaran yang stabil, terlepas dari perubahan lingkungan. Endotermik menyesuaikan produksi dan isolasi panas metabolik mereka agar tetap hangat, sedangkan selama cuaca panas, mereka berkeringat untuk mendinginkan tubuh.

Dengan demikian, endotermik mampu mempertahankan suhu yang stabil dibandingkan dengan lingkungannya yang berubah. Mereka disebut hewan 'berdarah panas', termasuk mamalia dan burung. Endotermik membutuhkan 'bahan bakar' yang cukup dalam bentuk makanan untuk melawan efek dingin. Ini bisa menjadi tantangan selama musim dingin, ketika cuaca sangat dingin dan makanan langka.

Jadi, banyak hewan berhibernasi untuk menghemat energi dan bertahan dalam kondisi musim dingin yang keras ini.



 

Saturday, January 15, 2022

Ahli Biologi Kelautan Temukan Hiu Greenland Tertua, Usianya 400 Tahun!


Menururt para ilmuawan, vertebrata (hewan bertulang belakang) yang hidupnya paling lama di muka bumi, sejauh ini, adalah Hiu Greenland.

Para peneliti menggunakan penanggalan radiokarbon dari protein pada mata untuk menentukan usia sebanyak 28 ekor hiu Greenland. Mereka menemukan bahwa salah seekor hiu Greenland betina, diperkirakan berusia sekitar 400 tahun. Pemegang rekor vertebrata tertua sebelumnya adalah paus kepala busur, yang diperkirakan berusia 211 tahun.

Dalam tradisi Inuit, daging beracun hiu Greenland memiliki kandungan urea yang tinggi, yang memunculkan legenda Skalugsuak, hiu Greenland pertama. Dalam legenda Inuit itu dikisahkan seorang wanita tua mencuci rambutnya dengan air seni, kemudian mengeringkannya dengan kain. Kain itu ditiup ke laut menjadi Skalugsuak. Namun, ada legenda lain yang menceritakan tentang seorang gadis yang ayahnya memotong jarinya saat menenggelamkannya. Kemudian masing-masing jari berubah menjadi makhluk laut, termasuk Skalugsuak.

Hiu Greenland berperan dalam kosmologi Inuit dari Arktik Timur. Igloolik Inuit percaya bahwa hiu hidup di dalam pot urin Sedna, dewi laut. Akibatnya, daging hiu ini berbau seperti urin, dan bertindak sebagai roh penolong bagi para syaman.

Julius Nielsen, seorang ahli biologi kelautan dari Universitas Kopenhagen, sekaligus penulis utama dalam penelitian ini mengatakan, “Kami memiliki harapan, bahwa kami berurusan dengan hewan yang tidak biasa. Namun saya pikir, semua orang yang melakukan penelitian ini sangat terkejut mengetahui bahwa hiu tersebut sama tuanya dengan mereka."

Hiu Greenland sangat besar dan dapat tumbuh hingga sepanjang 5 meter. Namun, mereka tumbuh hanya 1 cm per tahun. Hiu Greenland berenang di lautan dengan perlahan-lahan. Mereka dapat ditemukan di sepanjang perairan Atlantik Utara yang dingin dan dalam. Tim percaya, bahwa hewan hanya mencapai kematangan seksual, ketika panjangnya mencapai 4 meter. Usia panjang yang mereka miliki menunjukkan bahwa, hal tersebut tidak terjadi sampai mereka berusia sekitar 150 tahun.

Umur panjang hiu-hiu Greenland sebenarnya dikaitkan dengan metabolisme mereka yang sangat lambat dan perairan dingin yang mereka huni, demikian lansir di laman Earthly Mission. Hiu-hiu itu berenang melalui perairan dingin Kutub Utara dan Atlantik Utara dengan kecepatan yang lamban.




Sebelumnya diperkirakan seekor hiu hanya berusia sampai sekitar 50 tahun. Yang terjadi kali ini bisa saja diakibatkan oleh uji coba senjata termonuklir, yang dilakukan pada tahun 1960-an. Radiokarbon dari uji coba tersebut memenuhi lautan dan diserap oleh organisme laut. Penelitian lain menemukan bukti bahwa, radiokarbon dari uji coba bom nuklir tersebut ditemukan pada jaringan otot krustasea–binatang laut berkulit keras, mirip dengan udang dan kepiting.

Terdapat hiu yang menunjukkan bukti peningkatan radiokarbon pada ini jaringan mata mereka, disebut sebagai bomb pulse (denyut bom). Dalam penelitian kali ini, hiu yang mengalami peningkatan radiokarbon umumnya berusia kurang dari 50 tahun. Sedangkan hiu dengan tingkat radiokarbon lebih rendah, setidaknya berusia 50 tahun atau lebih.

Para ilmuwan kemudian menghitung rentang usia hiu Greenland yang lebih tua berdasarkan ukuran mereka. Dihitung pula ukuran saat mereka lahir, juga tingkat pertumbuhan mereka. Menurut hasil analisis Nielsen–yang memiliki tingkat probabilitas sekitar 95 persen–hiu tersebut setidaknya berusia 272 tahun, dan bisa mencapai 512 tahun. Rentang hidup rata-rata yang hiu Greenland miliki yaitu sampai dengan 390 tahun.


Umur panjang mereka sebenarnya dikaitkan dengan metabolisme mereka yang sangat lambat, dan air dingin yang mereka huni. Mereka berenang melalui perairan dingin Kutub Utara dan Atlantik Utara dengan laju yang pelan, sehingga mereka mendapat julukan "hiu tidur".

Potongan tubuh anjing laut telah ditemukan di dalam perutnya, padahal hiu Greenland bergerak sangat lambat. Para ahli berpendapat bahwa, anjing laut pasti tertidur atau sudah mati, ketika hiu Greenland memakan mereka. Laju renang yang pelan, juga metabolisme hiu Greenland yang lambat, faktor-faktor itulah yang membuat mereka hidup lebih lama.


 

Thursday, January 13, 2022

Legenda Mahamba

 Mahamba adalah makhluk legendaris yang dikabarkan menghuni dan mengintai di sekitar wilayah rawa Danau Likouala di Republik Demokratik Kongo.


Makhluk ini konon merupakan seekor buaya yang sangat besar, bahkan panjangnya mencapai 50 kaki (15 meter).


Mahamba dilaporkan telah menyerang serta melahap sebuah rakit, dan juga kano penduduk setempat.


Beberapa orang berspekulasi bahwa itu adalah mosasaurus, kadal air karnivora yang terkadang menyerupai buaya bersirip.

Mosasaurus

Teori lainnnya berpendapat bahwa makhluk itu mungkin adalah deinosuchus, sejenis buaya raksasa yang mungkin berhasil selamat dari kepunahan.

Deinosuchus

Kerangka Deinosuchus di Museum Sejarah Alam Utah

Para ilmuwan yang telah melakukan ekspedisi ke daerah tersebut, telah berbincang dengan penduduk asli yang menjuluki makhluk itu dengan nama Nkoli, bahasa Bobangi untuk seekor buaya.

"Tercatat bahwa belum pernah ada penemuan tulang atau tengkorak buaya modern yang ukurannya mendekati panjang Mahamba. Namun, catatan fosil menunjukkan kepada kita bahwa buaya dapat mencapai ukuran yang besar sekali," menurut Downes terkait legenda Mahamba.

Tuesday, January 11, 2022

Legenda Goeldi's marmoset

 Goeldi's marmoset atau Goeldi's monkey (Callimico goeldii) adalah monyet berukuran kecil dari Amerika Selatan yang hidup di atas lembah sungai Amazon yang terletak di Bolivia, Brazil, Kolombia, Ekuador, dan Peru.


Goeldi's marmoset adalah satu-satunya spesies yang diklasifikasikan ke dalam genus Callimico, dan terkadang disebut sebagai "Callimico".


Goeldi's marmoset memiliki tubuh berwarna kehitam-hitaman atau coklat kehitaman, dan rambut di kepala dan ekornya terkadang berwarna merah, putih, atau coklat keperakan.


Goeldi's marmoset memiliki panjang tubuh sekitar 20 sampai 23 cm, dengan ekor sepanjang 25 sampai 30 cm.

Mereka hidup dalam kelompok kecil berjumlah sekitar enam individu yang tinggal hanya beberapa kaki dari monyet lainnya, dan tetap berhubungan melalui teriakan (panggilan) bernada tinggi.


Di musim hujan, makanan mereka termasuk buah-buahan, serangga, laba-laba, kadal, katak, dan ular.

Sementara di musim kemarau, mereka memakan fungi, menjadikan mereka sebagai satu-satunya primata tropis yang diketahui bergantung pada sumber makanan tersebut.


Penemuan Goeldi's marmoset

Telah menjadi hal umum bagi suku hutan Peruvian dan suku Amazon Brazil untuk berbicara tentang makhluk humanoid aneh yang mendiami hutan.

Makhluk tersebut diketahui sebagai Chullachaki atau Chullachaqui, makhluk menyerupai manusia pendek dengan kaki berujung runcing terbalik, berwarna gelap seperti malam, yang tinggal jauh di dalam hutan.


Telah dikatakan membujuk mangsanya untuk mengikutinya menuju tempat jauh di dalam hutan, di mana seorang yang berpengalaman sekalipun tidak dapat menemukan jalan keluar.

Mereka melakukan hal tersebut dengan menyamarkan diri sebagai mangsa hewan, bukan sebagai pemangsa.

Kemampuan luar biasa mereka untuk meniru makhluk lain membuatnya tidak mungkin dibedakan dengan penghuni hutan lainnya, kecuali dengan bentuk kakinya yang aneh.

Chullachaqui adalah semacam roh hutan yang menjaga daratan dan binatang, dan akan menghukum seorang manusia jika mereka melanggar larangan atau melakukan hal bodoh (tidak bijaksana) di hutan.

Menurut legenda lokal, Chullachaqui adalah anggota dari spesies tua, spesies yang telah hidup jauh sebelum manusia ada, dan mereka sama sekali tidak tertarik dengan manusia.

Chullachaqui mendiami hutan yang berlokasi jauh dari penduduk manusia, di mana mereka seharusnya memiliki taman dan tanah yang bisa mereka pelihara.


Ketika misionaris Spanyol pertama kali diberitahu tentang makhluk tersebut oleh anggota suku Quechuan, dia menganggap hal tersebut sebagai suku takhayul.

Tidak sampai tahun 1904 ketika primata aneh (Goeldi's marmoset) berhasil ditemukan dan cocok dengan deskripsi dari Chullachaqui.

Spesies tersebut ditemukan oleh naturalis Swiss bernama Emil August Goeldi.

Dia terkejut dengan penemuan primata aneh yang berbeda dengan monyet lainnya, seekor monyet yang memiliki cakar, bukan kuku.


Nama Goeldi itu sendiri berasal dari nama penemunya yaitu Emil August Goeldi.

Goeldi's marmosets lebih memilih untuk mencari makan di semak belukar yang lebat dengan kelompok yang tinggal di tempat terpisah yang dipisahkan dalam jarak mil, yang sesuai dengan habitat mereka.

Karena hal tersebut, mereka tergolong sebagai binatang yang sangat langka.


Spesies ini bisa dianggap sebagai bentuk pertengahan antara tamarin, marmoset dan ceboid (kelompok monyet yang diyakini berevolusi dari prosimians (primata yang bukan monyet atau kera) yang terisolasi di Amerika Selatan).

(Sumber : Wikipediacryptidz.wikia)