Monday, January 31, 2022
Wow, Di Planet Neptunus dan Uranus Sedang Terjadi Hujan Berlian!
Sunday, January 30, 2022
Misteri Batu Al Naslaa: Batu Raksasa yang Terbelah Sempurna, Bagai Ditebas Pedang
Friday, January 28, 2022
Asteroid Raksasa Secepat Peluru Bawa Bakteri Beracun ke Bumi
Wednesday, January 26, 2022
Kronologi Singkat Sejarah Manusia dari Jutaan Tahun Lalu Sampai Masa Kini
Tuesday, January 25, 2022
Studi Baru: 8 Tabung di Maikop Kurgan Diduga Sedotan Raksasa
Pada 1897 silam di Maikop Kurgan, Kaukus para ahli menemukan tiga individu dan ratusan benda berharga dari salah satu kuburan elit Zaman Perunggu. Di antara banyaknya benda berharga itu terdapat delapan tabung emas dan perak dengan panjang masing-masing lebih dari satu meter.
Tabung dengan beberapa patung banteng pada bagian batangnya itu sebelumnya diidentifikasi sebagai tongkat kerajaan atau tiang untuk kanopi. Ratusan tahun berlalu, tabung-tabung ini diduga berfungsi sebagai sedotan.
Dilansir dari Phys, tim peneliti dari Rusia melakukan penelitian baru dan diketahui bahwa sedotan-sedotan itu digunakan untuk minum bir dari bejana komunal. Studi ini telah dipublikasikan di laman Antiquity dengan judul Party like a Sumerian: reinterpreting the ‘sceptres’ from the Maikop kurgan pada tanggal 19 Januari 2022.
“Titik baliknya adalah ditemukan butiran pati barley (jelai) dalam residu dari permukaan bagian dalam salah satu sedotan. Ini memberikan bukti material langsung bahwa tabung dari Maikop kurgan digunakan untuk minum,” ujar Dr. Viktor Trifonov dari Institut Sejarah Budaya Material, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia kepada Phys.
Secara khusus, penelitian menunjukkan bahwa sedotan digunakan untuk minum bir, meskipun para peneliti tidak dapat memastikan apakah jelai telah difermentasi. Minum bir menggunakan sedotan panjang menjadi praktik umum di peradaban Sumeria Mesopotamia awal sejak milenium ketiga SM dan seterusnya.
Digambarkan beberapa sedotan panjang yang ditempatkan di bejana komunal, memungkinkan orang berdiri atau duduk di dekatnya untuk minum bersama. Dr. Trifonov dan tim selama penelitian mengidentifikasi beberapa kesamaan utama dengan sedotan Sumeria.
Kebanyakan sedotan Sumeria, memiliki saringan logam untuk menyaring kotoran yang umum ditemukan pada bir kuno. Saringan ini juga ditemukan di sedotan Maikop. Kesamaan inilah yang membuat para peneliti menyimpulkan tabung Maikop adalah sedotan minuman.
“Jika interpretasinya benar, perangkat mewah ini akan menjadi sedotan paling awal yang bertahan hingga saat ini,” jelas Dr. Trifonov.
Sebab sedotan dari Maikop usianya lebih dari 5.000 tahun. Namun, ini bukanlah bukti sedotan tertua. Segel dari Iran dan Irak yang berasal dari milenium kelima hingga keempat SM menggambarkan orang-orang minum bersama dari bejana komunal.
Penggunaan sedotan dengan desain ini untuk minum bir dari wadah umum juga membuat para peneliti menyimpulkan sedotan yang baru ditemukan kemungkinan digunakan untuk hal yang sama. Sehubungan dengan itu sebuah bejana besar juga ditemukan di Maikop Kurgan.
Penemuan sedotan baru di tempat yang berjarak ratusan kilometer dari bukti awal penggunaan sedotan lainnya di Mesopotamia dan wilayah sekitarnya memberikan pengetahuan baru. Peneliti mengatakan temuan ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang awal mula ritual perjamuan dan budaya minum dalam masyarakat hierarkis. Praktik semacam ini pasti penting dan cukup populer untuk menyebar di antara kedua wilayah.
Ini juga menyoroti budaya Maikop bahwa ia memiliki ikatan yang dalam dengan tetangganya di selatan dan mungkin selera akan kemewahan dan upacara minum mereka.
Upacara seperti itu di Sumeria kuno kerap menjadi bagian dari pemakaman kerajaan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sedotan kuno ini ditemukan dari dalam makam. Maka itu, dimasukkannya sedotan dan posisisnya dekat dengan jenazah mengisyaratkan bahwa pemakaman mewah ini mungkin juga terjadi di Kaukus.
“Sebelum melakukan penelitian ini, saya tidak akan pernah percaya bahwa dalam pemakaman elit paling terkenal di Kaukasus Awal Zaman Perunggu, barang utamanya bukanlah senjata ataupun perhiasan, tetapi satu set sedotan minuman bir yang berharga,” pungkas Dr. Viktor Trifonov.
Monday, January 24, 2022
Menguak Misteri Mencengangkan di Balik Mumi, Mayat-mayat Kuno dari Mesir
Sunday, January 23, 2022
Kisah Baia, Kota Kuno Penuh Dosa yang Kini Tenggelam di Bawah Laut Roma
Saturday, January 22, 2022
Evolusi Ular Terjadi Setelah Selamat dari Asteroid Pembunuh Dinosaurus
Friday, January 21, 2022
Dua Spesies Dinosaurus Baru Diidentifikasi Berasal dari Tiongkok
Tiga fosil dinosaurus telah diidentifikasi oleh para peneliti di Tiongkok Barat Laut, dengan dua di antaranya ditemukan sebagai spesies baru. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature Scientific Reports pada 12 Agustus 2021.
Dalam beberapa dekade terakhir, pengetahuan kita tentang jenis dinosaurus sauropoda somphospondylan dari periode Zaman Kapur meningkat pesat, terutama di Tiongkok. Salah satu daerah terpenting untuk fosil vertebrata dari Tiongkok ditemukan di Kelompok Tugulu di Cekungan Junggar, sebelah utara Pegunungan Tian Shan di Xinjiang, Tiongkok barat laut.
Baru-baru ini, beberapa fosil dinosaurus telah ditemuan di endapan Kapur Awal di Cekungan Turpan-Hami, wilayah selatan Pegunungan Tian Shan di Xinjiang, Tiongkok. Para peneliti, yang dipimpin oleh Xiaolin Wang dari Chinese Academy of Sciences, menganalisis tulang belakang dan fosil struktur tulang rusuk yang baru ditemukan tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa fosil-fosil tersebut milik dinosaurus sauropoda yang hidup selama zaman Kapur Awal antara 130-120 juta tahun yang lalu. "Fosil-fosil ini mewakili beberapa dinosaurus pertama yang ditemukan di wilayah tersebut, selain pterosaurus. Dan merupakan dinosaurus pertama yang ditemukan di Cekungan Turpan-Hami," tulis peneliti dalam laporannya di Nature.
Dinosaurus sauropoda adalah dinosaurus pemakan tumbuhan yang dikenal karena ukurannya. Mereka memiliki kepala kecil, leher sangat panjang, ekor panjang, dan kaki tebal seperti pilar. Dinosaurus ini menjelajahi benua selama Periode Kapur, sekitar 90 juta tahun yang lalu.
Pada temuan kali ini, para peneliti mengidentifikasi spesimen pertama sebagai spesies baru sauropoda dan menamakannya Silutitan sinensis. Para peneliti menemukan bahwa beberapa karakteristik dinosaurus leher panjang, dan itu menunjukkan bahwa itu milik keluarga sauropoda yang dikenal sebagai Euhelopodidae. Selama ini, spesies tersebut diketahui hanya ditemukan di Asia Timur.
Para peneliti kemudian membandingkan spesimen itu dengan apa yang mereka yakini sebagai kelompok dinosaurus, atau genus Euhelopus yang terkait erat dan memperkirakan bahwa spesimen itu awalnya memiliki panjang lebih dari 20 meter.
Fosil kedua juga merupakan spesies baru lainnya, yang oleh para peneliti diberi nama Hamititan xinjiangensis. Spesimen terdiri dari tujuh bagian tulang belakang dari ekor, yang menurut penulis adalah bagian keempat hingga kesepuluh di tulang belakang.
Para peneliti menyimpulkan bentuk dan tonjolan di sepanjang tulang belakang menunjukkan bahwa itu milik keluarga sauropoda yang dikenal sebagai Titanosaurus, yang banyak ditemukan di Asia dan Amerika Selatan.
Para peneliti membandingkannya dengan apa yang mereka yakini sebagai jenis yang terkait erat dengan Rapetosaurus dan Opisthocoelicaudia. Diperkirakan spesimen utuhnya memiliki panjang 17 meter.
Spesimen terakhir memiliki empat tulang belakang dan beberapa fragmen tulang rusuk, dan analisis menunjukkan itu mungkin sauropoda Somphospondylan, merupakan sekelompok dinosaurus yang hidup dari periode Jura akhir hingga periode Kapur akhir.
Menurut para peneliti, penemuan Silutitan sinensis dan Hamititan xinjiangensis meningkatkan keanekaragaman sauropoda di Asia, terutama dari daerah di mana vertebrata ini tidak umum. Silutitan sinensis berkerabat dekat dengan Euhelopus. Keberadaan klad yang lebih inklusif dari sauropoda serupa (Euhelopodidae) masih menjadi bahan perdebatan dan menunggu deskripsi lebih rinci.
Sementara itu, Hamititan xinjiangensis adalah salah satu dari sedikit sauropoda titanosaurian yang ditemukan dari Asia, yang menunjukkan kombinasi fitur sauropoda yang tidak biasa. Kehadiran dua spesies somphospondylan memberi informasi baru tentang evolusi somphospondylan dan memberikan dukungan lebih lanjut untuk diversifikasi luas sauropoda ini selama periode Kapur Awal Asia.
Temuan ini adalah beberapa dinosaurus pertama yang dilaporkan di Cekungan Turpan-Hami, meningkatkan keragaman reptil Mesozoikum yang diketahui ditemukan di daerah tersebut. Temuan ini juga menjelaskan keberadaan sauropoda di Tiongkok.
Thursday, January 20, 2022
Orangtua Gadis Purba Ini Berasal dari Dua Spesies Manusia yang Berbeda
Sunday, January 16, 2022
Penelitian genetik tentang harimau menyatakan bahwa pada saat ini, hanya tersisa enam subspesies jenis kucing besar tersebut di seluruh dunia. Di antaranya, harimau Bengal, Amur, Cina Selatan, Sumatra, Indocina dan Malaya. Dengan enam subspesies tersebut, kurang lebih ada 4.000 harimau yang tersisa di alam liar. Shu-Jin Luo, pemimpin penelitian, melacak evolusi spesies harimau dengan menggunakan data genetika dari seluruh habitat mereka. Selanjutnya, bersama tim, ia menganalisis seluruh genom dari 32 spesimen. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Current Biology itu kemudian mengungkapkan hanya terdapat enam subspesies harimau yang ada saat ini. Selain itu, Luo juga menemukan bahwa pola genetik subspesies sangat terstruktur. Ini menunjukkan bahwa mereka semua memiliki sejarah evolusi yang berbeda-beda. Contohnya adalah harimau Sumatera yang bertubuh kecil karena memiliki gen ADH7. Gen tersebut muncul dikarenakan mereka akan hidup di pulau dengan mangsa yang berukuran lebih kecil. "Harimau tidak semuanya sama. Harimau dari Rusia secara evolusi berbeda dengan yang berasal dari India. Bahkan, harimau dari Malaysia dan Indonesia berbeda. Mereka mewakili keajaiban alam yang berasal dari evolusi, divergensi dan adaptasi jangka panjang," ucap Luo, dilansir dari Kompas.com. Pemahaman mengenai berbagai supspesies dan merencanakan strategi konservasi yang sesuai adalah hal yang sangat penting. Luo dan tim kemudian merekomendasikan agar keenam subspesies tersebut sebaiknya segera diklasifikasikan dan dilindungi sebagai entitas yang terpisah.
Saturday, January 15, 2022
Ahli Biologi Kelautan Temukan Hiu Greenland Tertua, Usianya 400 Tahun!
Thursday, January 13, 2022
Legenda Mahamba
Mahamba adalah makhluk legendaris yang dikabarkan menghuni dan mengintai di sekitar wilayah rawa Danau Likouala di Republik Demokratik Kongo.
Makhluk ini konon merupakan seekor buaya yang sangat besar, bahkan panjangnya mencapai 50 kaki (15 meter).
Mahamba dilaporkan telah menyerang serta melahap sebuah rakit, dan juga kano penduduk setempat.
Beberapa orang berspekulasi bahwa itu adalah mosasaurus, kadal air karnivora yang terkadang menyerupai buaya bersirip.
Mosasaurus |
Teori lainnnya berpendapat bahwa makhluk itu mungkin adalah deinosuchus, sejenis buaya raksasa yang mungkin berhasil selamat dari kepunahan.
Deinosuchus |
Kerangka Deinosuchus di Museum Sejarah Alam Utah |
Para ilmuwan yang telah melakukan ekspedisi ke daerah tersebut, telah berbincang dengan penduduk asli yang menjuluki makhluk itu dengan nama Nkoli, bahasa Bobangi untuk seekor buaya.
"Tercatat bahwa belum pernah ada penemuan tulang atau tengkorak buaya modern yang ukurannya mendekati panjang Mahamba. Namun, catatan fosil menunjukkan kepada kita bahwa buaya dapat mencapai ukuran yang besar sekali," menurut Downes terkait legenda Mahamba.
Tuesday, January 11, 2022
Legenda Goeldi's marmoset
Goeldi's marmoset atau Goeldi's monkey (Callimico goeldii) adalah monyet berukuran kecil dari Amerika Selatan yang hidup di atas lembah sungai Amazon yang terletak di Bolivia, Brazil, Kolombia, Ekuador, dan Peru.
Goeldi's marmoset adalah satu-satunya spesies yang diklasifikasikan ke dalam genus Callimico, dan terkadang disebut sebagai "Callimico".
Goeldi's marmoset memiliki tubuh berwarna kehitam-hitaman atau coklat kehitaman, dan rambut di kepala dan ekornya terkadang berwarna merah, putih, atau coklat keperakan.
Goeldi's marmoset memiliki panjang tubuh sekitar 20 sampai 23 cm, dengan ekor sepanjang 25 sampai 30 cm.
Mereka hidup dalam kelompok kecil berjumlah sekitar enam individu yang tinggal hanya beberapa kaki dari monyet lainnya, dan tetap berhubungan melalui teriakan (panggilan) bernada tinggi.
Di musim hujan, makanan mereka termasuk buah-buahan, serangga, laba-laba, kadal, katak, dan ular.
Sementara di musim kemarau, mereka memakan fungi, menjadikan mereka sebagai satu-satunya primata tropis yang diketahui bergantung pada sumber makanan tersebut.
Penemuan Goeldi's marmoset
Telah menjadi hal umum bagi suku hutan Peruvian dan suku Amazon Brazil untuk berbicara tentang makhluk humanoid aneh yang mendiami hutan.
Makhluk tersebut diketahui sebagai Chullachaki atau Chullachaqui, makhluk menyerupai manusia pendek dengan kaki berujung runcing terbalik, berwarna gelap seperti malam, yang tinggal jauh di dalam hutan.
Telah dikatakan membujuk mangsanya untuk mengikutinya menuju tempat jauh di dalam hutan, di mana seorang yang berpengalaman sekalipun tidak dapat menemukan jalan keluar.
Mereka melakukan hal tersebut dengan menyamarkan diri sebagai mangsa hewan, bukan sebagai pemangsa.
Kemampuan luar biasa mereka untuk meniru makhluk lain membuatnya tidak mungkin dibedakan dengan penghuni hutan lainnya, kecuali dengan bentuk kakinya yang aneh.
Chullachaqui adalah semacam roh hutan yang menjaga daratan dan binatang, dan akan menghukum seorang manusia jika mereka melanggar larangan atau melakukan hal bodoh (tidak bijaksana) di hutan.
Menurut legenda lokal, Chullachaqui adalah anggota dari spesies tua, spesies yang telah hidup jauh sebelum manusia ada, dan mereka sama sekali tidak tertarik dengan manusia.
Chullachaqui mendiami hutan yang berlokasi jauh dari penduduk manusia, di mana mereka seharusnya memiliki taman dan tanah yang bisa mereka pelihara.
Ketika misionaris Spanyol pertama kali diberitahu tentang makhluk tersebut oleh anggota suku Quechuan, dia menganggap hal tersebut sebagai suku takhayul.
Tidak sampai tahun 1904 ketika primata aneh (Goeldi's marmoset) berhasil ditemukan dan cocok dengan deskripsi dari Chullachaqui.
Spesies tersebut ditemukan oleh naturalis Swiss bernama Emil August Goeldi.
Dia terkejut dengan penemuan primata aneh yang berbeda dengan monyet lainnya, seekor monyet yang memiliki cakar, bukan kuku.
Nama Goeldi itu sendiri berasal dari nama penemunya yaitu Emil August Goeldi.
Goeldi's marmosets lebih memilih untuk mencari makan di semak belukar yang lebat dengan kelompok yang tinggal di tempat terpisah yang dipisahkan dalam jarak mil, yang sesuai dengan habitat mereka.
Karena hal tersebut, mereka tergolong sebagai binatang yang sangat langka.
Spesies ini bisa dianggap sebagai bentuk pertengahan antara tamarin, marmoset dan ceboid (kelompok monyet yang diyakini berevolusi dari prosimians (primata yang bukan monyet atau kera) yang terisolasi di Amerika Selatan).
(Sumber : Wikipedia, cryptidz.wikia)