Friday, September 9, 2022

Adakah yang Mampu Menyingkap Teka Teki Raden Ayu Kartini Ini?


Kotak kayu jati nan elok ini begitu misterius. Museum R.A. Kartini di Rembang, Jawa Tengah, memajangnya di tengah ruang pameran utama. Sejauh ini publik mengetahuinya sebagai kotak jahit yang dibingkiskan oleh sang adik sebagai hadiah pernikahan Kartini.

Kotak itu berukir wayang di setiap sisinya, namun ciri-ciri tokohnya tidak begitu jelas sehingga multitafsir dan ambigu. Ukiran sisi muka pada tutup atasnya diduga menampilkan sosok Kangsadewa dan Kakrasana, sementara sisi dalamnya mungkin Srikandi dan Sembadra. Sisi dalamnya berbalut kain satin yang ditata dengan elegan.

Apakah benar bahwa kotak itu berfungsi untuk menyimpan peralatan jahit milik Raden Ayu Kartini (1879-1904)? Rumah Kartini, sebuah komunitas sosial yang meneliti dan mengumpulkan arsip sejarah dan seni di Japara, berupaya menyingkap kembali teka-teki riwayat sejati kotak kayu ini.

Muhammad Afif Isyarobbi, pendiri Rumah Kartini, mengungkapkan bahwa surat-surat Kartini menyajikan banyak sekali informasi yang memperkuat riwayat kotak dan seni ukir di kotanya. Setiap sisi kotak menampilkan tokoh-tokoh pewayangan yang berbalut ragam hias. Kain satin yang melapisi sisi dalam kotak itu menunjukkan fungsinya sebagai penyimpan peranti berharga, alih-alih penyimpan alat jahit-menjahit.

Afif menambahkan kendati terdapat unsur akulturasi, ragam hias Jepara tampak lebih dominan—daun beserta relung yang berirama diukir secara detail dan halus. Unsur ragam hias awan yang membingkai dua tokoh wayang pada kotak itu merupakan bagian ragam hias budaya Cina. “Dari beberapa surat yang saya baca,” demikian ungkap Afif terkait ukiran ragam hias, “Mbah Kartini terinspirasi dari Gong Senen, rumah-rumah tua di Japara saat itu, dan Masjid Mantingan.”

Lewat penelusuran surat-surat Kartini yang dikirimkan kepada Nyonya Rosa Manuel Abendanon-Mandri (1857-1944) pada periode September 1901 hingga Maret 1902, Afif dan timnya menyingkap bahwa sejatinya kotak itu merupakan “kotak perhiasan”, alih-alih “kotak jahit”. Perancangnya pun bukan adik Kartini, melainkan Kartini sendiri. Lalu, untuk apa Kartini merancangnya?


Daniel Frits Maurits Tangkilisan, peneliti pada komunitas Rumah Kartini, mengungkapkan bahwa Kartini-lah yang menawarkan gagasan untuk membuat kotak perhiasan itu. Kartini pula yang membingkiskannya untuk “Ma-Ri”—nama yang tertulis dalam aksara Jawa pada tutup atas kotak.

Daniel menemukan setidaknya terdapat empat pucuk surat, yang berkisah seputar kotak perhiasan yang dirancang Kartini untuk “Ma-Ri”. Siapakah “Ma-Ri” yang dimaksud Kartini?

“Ma-Ri” yang dimaksud sejatinya adalah Marie Fortuyn Drooglever, calon menantu Abendanon-Mandri. Jadi, Kartini mengirimkan kotak perhiasan ini kepada sang nyonya itu sebagai bingkisan pernikahan Marie dan Geldolph Adriaan Abendanon.

Kelak, perempuan penerima bingkisan kotak perhiasan itu dikenal sebagai Marie Abendanon, yang wafat dalam usia 90 tahun pada 1971. Lewat surat-menyurat, tampaknya hubungan emosional keluarga Abendanon dan keluarga Kartini begitu dekat. Dia memandang Nyonya Abendanon sebagai sahabat, sekaligus sosok ibu baginya dan bagi adik-adiknya. Perempuan itu merupakan istri dari Jacques Henri Abendanon, seorang Direktur Kementerian Pengajaran, Ibadat, dan Kerajinan di Hindia Belanda.

Pada 21 September 1901, Kartini menulis kepada Nyonya Abendanon. Berikut ini kutipan bagian paragraf pertamanya, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:


“Kami memastikan bahwa kotak perhiasan untuk calon menantu perempuan Anda—putri pertama Anda—akan segera rampung! Kita akan memiliki kotak perhiasan yang diukir dengan beberapa tokoh wayang—sebuah cerita wayang di bagian tutup dan setiap sisi layaknya kotak bagi sang Ratu. Menarik bukan? Bukankah akan lebih elok apabila berukirkan 'Marie' yang ditulis dalam aksara Jawa? Selain kian bergaya, nama calon putri Anda pun kelak akan kekal.”

Percakapan berlanjut pada surat yang ditulisnya pada 10 Januari 1902, “Saya pikir sangat membanggakan apabila Anda menyukai kotaknya. Saya mengerjakannya dengan cinta dan, sejujurnya, juga dengan sedikit rasa sedih karena membayangkan perempuan yang kelak memiliki kotak cantik ini dan pasangannya yang berbahagia, sementara saya tetap duduk sembari bekerja beralaskan tikar.”

Bulan berikutnya ia mengirimkan surat lagi. “Saat ini apakah kotak itu tengah dalam perjalanan ke calon menantu Anda, Marie; siapakah dia, Anda belum menceritakannya? Maukah Anda menceritakannya pada kesempatan mendatang? Saya hanya berharap dia akan terpesona oleh bingkisan dari calon mertuanya,” tulis Kartini pada 18 Februari 1902.