Thursday, September 22, 2022

Warisan Dunia yang Terancam: Menara Berumur 800 Tahun di Afganistan


Situs menara Jam, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Minaret of  Jam, di Afganistan adalah salah satu situs arkeologi yang berumur lebih dari 800 tahun. Menara yang berdiri setinggi 65 meter ini terletak di sebuah lembah yang bersimpangan dengan sungai Jam. Lokasinya berada sekitar 100 kilometer timur Herat.

Sultan Ghurid Ghiyath al-Din Muhammad bin Sam adalah pendiri Menara yang diperkirakan dibangun antara 1194-1195 dan 1174-1175. Menara ini sendiri dibangun untuk memperingatin penaklukan Ghurid dari Ghazana pada tahun 1173.

Banyak sekali orang yang salah mengira saat melihat menara ini, mereka berpikir kalau ini adalah Menara Qutub Minar yang ada di India karena memang kedua menara ini memang memiliki banyak persama dari segi bangunan.

Minaret of Jam diperkirakan menjadi salah satu dari 60 menara yang dibangun antara abad ke-11 dan ke-13 di berbagai penjuru Afghanistan, Iran, dan Asia Tengah. Menara ini dibangun untuk berbagai tujuan, antara lain untuk memperingati kemenangan Islam, untuk dijadikan warisan budaya, menjadi tengara, ataupun sebagai menara pengawas.

Sejauh yang terlihat selama ini, tampak cukup jelas terlihat dari sisa sisa reruntuhan disekitarnya bahwa menara Jam berdiri di dekat istana, benteng, dan sebuah pemakaman Yahudi. Menurut berbagai sumber, menara tersebut adalah sisa-sisa terakhir dari sebuah kota Gunung Turquoise yang sudah hilang. Namun sekarang ini minaret of jam sudah menjadi bagian dari daftar warisan dunia UNESCO yang dikategorikan dalam bahaya dan berpotesi akan hilang karena kondisi bangunannya yang sudah hampir roboh.

Misteriusnya tidak cukup banyak hal yang diketahui tentang bangunan ini sampai kira-kira dipertengahan abad ke 20. Orang pertama selain warga lokal Afghanistan yang menemukan Menara ini untuk adalah Sir Thomas Holdich yang melaporkan tentang menara itu saat ia sedang berkerja untuk Komisi Perbatasan Afghanistan pada 1886.


Terlepas dari laporannya, tidak ada penanganan lebih lanjut untuk menara ini selama 70 tahun kemudian, sampai dua orang arkeolog asal Prancis yaitu Gaston Wiet dan Andre Maricq menulis tentang menara itu pada 1957.

Beberapa survei juga dilakukan setelah penulisan mereka pada 1970 dan beberapa tahun setelahnya. Meskipun pada 1979 Uni Soviet menutup situs itu untuk orang asing saat mereka menyerang Afghanistan.

“Bangunan ini akan dihapus dari Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya ketika kondisi konservasi yang diinginkan tercapai sesuai dengan Keputusan 31 COM 7A.20,” dikutip dari situs web UNESCO.

Keaslian bangunan  Minaret of Jam dan sisa-sisa bangunan yang mengelilinginya tidak pernah dipertanyakan. Menara ini  selalu diakui sebagai mahakarya arsitektur dan dekorasi asli oleh para ahli dan chef-d'oeuvre artistik oleh para estetika.


Prasasti Kufinya yang monumental memberi kesaksian tentang asal usul pembangunnya yang terpencil dan mulia serta memberikan bukti tentang penanggalan awalnya (1194). Tidak ada rekonstruksi atau pekerjaan restorasi ekstensif yang pernah dilakukan di daerah tersebut.

Sampai saat ini Afganistan masih berupaya meningkatkan pelestarian bangunan ini dengan cara meningkatkan kapasitas staf Kementerian Kebudayaan dan Informasinya. Mereka juga telah mengidentifikasi batas-batas serta zona penyangga dengan jelas, memberika jaminan stabilitas konservasi menara, jaminan keamanan situs, dan bengembangan konservasi jangka panjang.

Proposal untuk perlindungan menara dan sekitarnya sedang dalam diskusi ilmiah. Mereka akan berusaha untuk memantau erosi tepian sungai yang berdekatan dengan situs ini. Intinya pada upaya pemantauan setiap pergerakan tingkat kemiringan, degradasi struktur, program stabilisasi dan tindakan konservasi yang tepat.

Langkah-langkah untuk perlindungan dan pemantauan situs arkeologi saat ini sedang ditinjau. Program penelitian dan peningkatan kesadaran publik yang disetujui kemungkinan akan dilakukan dalam jangka panjang. Namun, dengan situasi politik yang tidak menentu kini, program peyelamatan Situs Warisan Dunia ini tampaknya masih jauh panggang dari api.