Agen bola Piala Dunia

Silakan Hubungi Cs kami untuk informasi lebih lanjut.

SELAMAT DATANG DI BLOG PREDIKSI CERIA4D

Blog Prediksi Resmi dari BO CERIA4D

Lomba Tebak 3D -2Line Bersama CERIA4D

bagi yang ingin mengikuti Silakan bergabung di Group Facebook kami "DONATAN4D Agent Togel Terpercaya"

Link WAP Donatan4D

Kini Hadir Versi Handphone Untuk memudahkan Para Member melakukan Betting dimana saja dan kapan saja.

Donatan4D bandar Togel Online Terpercaya

Silakan Hubungi Kami melalui Kontak di Atas

Monday, October 31, 2022

Temuan 'Kota Emas' Mesir Kuno Mengungkap Kejadian 3.500 Tahun Silam


Sebuah tim dari Arkeolog Mesir telah menemukan apa yang oleh orang-orang sebut sebagai industri raksasa kota metropolitan di utara Luxor—pada zaman modern—yang menggabungkan apa yang orang dahulu sebut sebagai kota Mesir Kuno Thebes (alias Waset).

Para arkeolog menjuluki situs tersebut sebagai "kota emas Luxor yang hilang". Mereka percaya, situs tersebut mungkin telah dikhususkan untuk pembuatan artefak dekoratif, furnitur, dan tembikar, juga barang-barang lainnya.

Prasasti hieroglif yang ditemukan pada tutup bejana anggur berbahan tanah liat di situs tersebut, berasal dari kota ini pada masa pemerintahan firaun dinasti ke-18 Amenhotep III (1386–1353 SM), yang sangat makmur pada masanya. Batu bata berbahan lumpur di situs tersebut juga ditandai dengan tanda ukiran khas Amenhotep III.

Terdapat lebih banyak patung Amenhotep III daripada firaun lainnya. Muminya baru ditemukan pada 1889.  Amenhotep III dimakamkan di Lembah Para Raja. Analisis mengungkapkan bahwa dia meninggal antara usia 40 - 50 tahun. Dan kemungkinan besar, dia menderita berbagai penyakit di tahun-tahun terakhirnya; radang sendi, obesitas, juga abses parah pada giginya.

Putra tertua dan ahli warisnya, Raja Mesir Thutmose, meninggal muda. Lalu tahta raja diberikan kepada putra keduanya, Amenhotep IV, yang segera mengubah namanya menjadi Akhenaten. Ratunya adalah Nefertiti, dan putranya yang pada akhirnya akan naik takhta, adalah bocah laki-laki yang terkenal bernama Tutankhamun.

Akhenaten menolak ajaran politeisme, yang didominasi oleh penyembahan “Amun”. Kemudian memutuskan untuk memulai agamanya sendiri dan menyembah “Aten”. Maka dari itu dia mengubah namanya dari Amenhotep IV menjadi Akhenaten (dan sekarang dikenal sebagai Amarna). Akhenaten juga memindahkan ibu kota dari kota Thebes ke ke lokasi baru yang sekarang menjadi kota Amarna, yang berada di antara Thebes dan Memphis.


Apakah dia seorang revolusioner yang visioner, atau seorang pemeluk agama yang fanatik? Mungkin tidak keduanya—beberapa sejarawan berpendapat bahwa memindahkan ibu kota mungkin lebih merupakan strategi politik dari pihak firaun baru, untuk melepaskan masyarakat Mesir dari cengkeraman para pendeta Amun. Seusai masa pemerintahannya, Tutankhamun naik takhta dan membawa ibu kota ke Memphis. Dia mengakhiri pemberontakan ayahnya Akhenaten, juga memerintahkan pembangunan kuil dan tempat suci lebih banyak di Thebes.

"Tidak diragukan lagi; ini benar-benar penemuan yang fenomenal," kata Salima Ikram, seorang arkeolog yang memimpin Universitas Amerika di unit Egyptology Kairo, kepada National Geographic. "Ini gambaran singkat tentang waktu—Pompeii versi Mesir. Ini mengejutkan."

Betsy Bryan, seorang Egyptologist di Johns Hopkins University, menyebutnya sebagai "penemuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun."

Tim arkeolog yang diketuai oleh Zahi Hawass sangat antusias untuk menggali dan menemukan susunan batu bata dari lumpur, yang membentuk dinding zig-zag setinggi sembilan kaki. Dinding tersebut merupakan elemen langka dalam arsitektur Mesir kuno.

Mereka menemukan banyak artefak, seperti cincin, bejana tanah liat, puing-puing patung, alat tenun, juga kumbang besar (yang dianggap suci oleh masyarakat Mesir Kuno). Ditemukan pula ruang dapur, toko roti, dan area produksi batu bata lumpur. Terdapat satu area galian yang berisikan kerangka sapi atau banteng, sedangkan kerangka manusia ditemukan dalam posisi yang ganjil; posisi tangan meregang ke belakang, dan terdapat sisa-sisa tali melingkari lutut.

Tim juga menemukan sebuah wadah berisikan daging berukuran kira-kira dua galon, bertuliskan "Tahun 37". Terungkap pula dua nama penduduk kota dan prasasti yang bertuliskan, "Daging yang telah dikuliti untuk festival Heb Sed ketiga, dari rumah potong di tempat penyimpanan ternak Kha, dibuat oleh tukang daging Luwy."


"Menurut sejarah, satu tahun setelah pot ini dibuat, kota itu ditinggalkan dan ibu kotanya dipindahkan ke Amarna," tulis Hawass pada akun Facebook miliknya. "Tapi apakah benar? Dan mengapa terjadi demikian? Dan apakah kota itu dihuni kembali ketika Tutankhamun kembali ke Thebes? Hanya penggalian lebih lanjut di daerah tersebut yang akan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi 3.500 tahun silam."

Hawass menambahkan catatan yang menarik: "Pekerjaan sedang berlangsung dan misinya mengharapkan untuk mengungkap kuburan tak tersentuh yang penuh dengan harta karun."

Para arkeolog telah menemukan sekumpulan kuburan batu Mesir Kuno, yang menjanjikan, di sebuah pemakaman besar di utara pemukiman.

Sunday, October 30, 2022

Yggdrasil, Pohon Raksasa yang Menopang Kehidupan dalam Mitologi Nordik


Ada pohon besar bernama Yggdrasil (baca: Igdrasil) yang menghias langit di dunia gim Valheim. Jika pemain mau menelusuri ujung asalnya, yang ada hanyalah air terjun lautan raksasa di ujung dunia.

Yggdrasil sendiri adalah pohon kehidupan dalam mitologi Nordik. Wajar bila ada pohon itu di sana, karena menurut rilis, gim itu diadaptasi dari kepercayaan era Viking itu, dan meyakini dunia terbagi sembilan dunia.

Sembilan dunia dalam mitologi Nordik sendiri adalah Niflheim (dunia kabut), Helheim (tempat terakhir jiwa), Jƶtunheim, Nidavellir (dunia kurcaci), Vanaheim (tempat Vanir), Muspellheim, Midgard (dunia manusia), Alfheim (dunia peri), dan Asgard (tempat para dewa).

Tak hanya di dunia gim yang rilis awal 2021 itu, Yggdrasil juga muncul dalam sastra yang ditulis Artur Lundkvist sebagai perenungan kehidupan dirinya pada pohon dan hutan.

“Dalam setiap manusia, ada pohon, dan di setiap pohon, ada manusia, saya merasakannya, pohon keajaiban di dalam diri manusia, dan manusia itu terperangkap dalam pohon […]," tulisnya di buku Det talande trƤdet (The talking tree) tahun 1960.

Manuskrip terkait Yggdrasil dikoleksi pada 1643 oleh uskup Islandia, Brynjolfur Sveinsson. Isinya adalah syair Edda, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin sebagai Codex Regius. Dalam syair itulah pertama kali ditemukan simbol kuno Yggdrasil.

Dalam mitologi Norse Kuno, Yggdrasil disebut Mimameidr, yakni pohon raksasa yang menyangga Alam Semesta.


Yggdrasil digambarkan seperti pohon yang menopang alam semesta. Maka, sebelum disebut Yggdrasil, pohon ini juga dinamai Mimameidr oleh masyarakat Nordik Kuno yang berarti penyangga alam semesta.

Pohon ini memiliki tiga akar yang menjulang ke atas menuju Niflheim, Jƶtunheim, dan ke Asgard. 

Kemudian di dasarnya terdapat tiga sumur, yakni Udarbrunnr (Sumur Nasib) yang diairi para Norn, Hvergelmir (Ceret yang Meraut) yang merupakan tempat tinggal Nidhoggr (Naga yang Menggerogoti Akar), dan MĆ­misbrunnr (Sumur Mimir) atau sumber kebijaksanaan.

Dalam Dictionary of Northern Mythology (2007) karya Rudolf Simek, ada banyak usaha mengartikan makna Yggdrasil. Tetapi yang paling diyakini adalah 'Kuda Odin'. 'Ygg' merupakan nama lain dari pemimpin para dewa, Odin, sedangkan 'drasil' berarti kuda.

Ada beberapa makhluk yang tinggal di cabang-cabang Yggdrasil. Selain Nidhoggr, ada juga tupai peengganggunya, Ratatoskr, dan seekor elang. Elang dan tupai itu sering bergantian mengganggu Nidhoggr.

Sementara kambing Heidrun hidup di atap Valhalla, bersama rusa jantan Eikthyrnir. Heidrun suka memakan tunas baru yang tumbuh dari pohon, dan Eikthyrnir memakan daun Yggdrasil.

Meski demikian Heidrun juga menghasilkan aliran madu ke bak besar Valhalla. Madu ini dimanfaatkan para kesatria yang sering berlatih untuk Ragnarok.

Tetapi dalam beberapa bagian, Yggdrasil dan Odin juga dianggap satu sosok yang sama.

Karena menopang dunia, Ygdrassil dilindungi oleh tiga perempuan tua yang disebut Norn. Mereka digambarkan sebagai Urd (masa lalu), Verdandi (sekarang), dan Skuld (masa depan). Ketiga Norn itu juga bertugas untuk membentuk waktu lewat menenun.


Yggdrasil juga mengisahkan bagaimana manusia tercipta bagi mitologi Nordik. Simek menulis, bahwa masyarakat Nordik percaya manusia berasal dari pohon Ash dan Elm. Kemudian lahirlah Ask sebagai laki-laki pertama, dan Embla sebagai perempuan pertama dari masing-masing pohon.

Kedua pohon ini rancu secara pemaknaan, ia merujuknya pada Yggdrasil.

Bagaimana nasib Yggdrasil dalam perang akhir zaman atau Ragnarok?

Peneliti mitologi Nordik Kuno dari University of Oxford, Carolyn Larrington, berpendapat tak ada yang jelas terkait penggambaran Yggdrasil dalam Ragnarok. Hal itu dia tulis dalam bagian pengantar di bukunya yang menerjemahkan Edda, The Poetic Edda (1999).

Sedangkan Simek dalam bukunya berpendapat bahwa saat Ragnarok mendekat, Yggdrassil akan bergetar.

Kemudian Yggdrassil juga akan menjadi tempat dua manusia terakhir—Lif dan Lifthrasir—untuk berlindung. Dalam perlindungan inilah, ketika segala kekacauan berakhir, mereka akan menjadi Ask dan Embla untuk mengulang kembali penciptaan umat manusia.

Ahli Antariksa Temukan Badai Luar Angkasa Hujani Bumi dengan Elektron

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ahli antariksa menemukan fenomena yang mereka anggap sebagai "badai luar angkasa" di atmosfer bagian atas Bumi. Laporan hasil studi yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Nature Communications telah memaparkan penemuan tersebut.

Fenomena badai luar angkasa ini awalnya dideteksi oleh satelit-satelit milik Defense Meteorological Satellite Program. Kemudian para peneliti antariksa dari Shandong University di Tiongkok dan University of Reading di Inggris menyelidiki lebih lanjut temuan fenomena ini.

"Badai luar angkasa", titik aurora mirip siklon dengan diameter lebih dari 621 mil (1.000 kilometer), ditemukan berputar-putar di ionosfer kutub utara bumi. Massa plasma dilaporkan memiliki pusat yang tenang, banyak lengan, dan "tren rotasi berlawanan arah jarum jam," tulis para peneliti.

Badai luar angkasa ini menyebabkan terjadinya hujan elektron—bukan hujan air— di atas bumi. Tepatnya beberapa ratus kilometer di atas Kutub Utara.

Fenomena ini terjadi selama aktivitas matahari dan aktivitas geomagnetik sedang rendah. Peristiwa ini berlangsung hampir delapan jam sebelum akhirnya berhenti secara bertahap.

Badai luar angkasa ini dilaporkan menyerupai "badai biasa di lapisan atmosfer yang lebih rendah," yang telah diamati di lapisan atmosfer yang lebih rendah di Mars, Jupiter, dan Saturnus. Fenomena serupa juga pernah terlihat di matahari, yang dikenal sebagai tornado matahari.

Dalam rilis resmi yang menyertai publikasi laporan studi tersebut, Mike Lockwood, profesor bidang fisika lingkungan antariksa dari University of Reading mengatakan, mampu membuktikan keberadaan badai plasma ini adalah sesuatu yang "luar biasa."

“Badai luar angkasa ini harus diciptakan oleh transfer energi angin matahari dan partikel-partikel bermuatan yang sangat besar dan cepat ke atmosfer atas Bumi," ujar Lockwood sebagaimana dilansir Fox News.

Tim peneliti mengatakan fakta bahwa badai luar angkasa ini terjadi selama aktivitas geomagnetik yang rendah, menunjukkan pentingnya peningkatan pemantauan cuaca luar angkasa yang memiliki kemampuan untuk mengganggu sistem navigasi dan komunikasi di bumi.

Qing-He Zhang, profesor ilmu antariksa dari Shandong University yang menjadi penulis utama laporan studi tersebut, mengatakan kepada American Association for the Advancement of Science bahwa badai luar angkasa ini akan meningkatkan pemahaman kita terkait efek-efek cuaca luar angkasa yang penting.

“Badai antariksa akan menyebabkan efek-efek cuaca antariksa yang penting seperti peningkatan tarikan satelit, gangguan dalam komunikasi radio Frekuensi Tinggi, dan peningkatan kesalahan di lokasi radar over-the-horizon, navigasi satelit, dan sistem komunikasi," ujarnya.

“Ini akan memperbarui pemahaman kita tentang proses kopling angin-magnetosfer-ionosfer matahari di bawah kondisi geomagnetik yang sangat tenang.”

Saturday, October 29, 2022

Ada Sisa Rempah di Mediterania Kuno, Arkeolog Ungkap Asalnya


Desember lalu, para arkeolog mengumumkan penemuan mereka yang membuktikan pada zaman perunggu dan besi, masyarakat Israel kuno mengonsumsi rempah eksotis yang diimpor dari Asia. Temuan ini dipublikasikan oleh Ashley Scott arkeolog Max Planck Institute for the Science of Human History, dan timnya di sejumlah situs Megiddo dan Tel Erani.

Mereka, dalam laporannya yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, mengidentifikasi protein dari beberapa fosil gigi yang ditemukan di situs tersebut. Mereka menilai bahwa mulut manusia hingga akhir hayatnya penuh dengan bakteri yang seiring zaman memembatu.

“Itu memungkinkan kami mengetahui jjak apa yang dimakan seseorang,” ujar Phillip Stockhammer, salah satu arkeolog yang terlibat. “Siapa pun yang tidak melakukan kebersihan gigi, tentunaya akan memberi tahu kami, para arkeolog soal apa yang telah mereka makan ribuan tahun lalu dari sekarang."

Dari temuan tersebut, mereka menemukan setidaknya terdiri dari 19 protein makanan dari sejenis sereal, minyak sayur, buah-buahan, dan rempah-rempah pada ruas gigi.

“Potensi besar dari metode penelitian ini untuk mengetahui makanan pada jejak arkeologis. Penghitungan pada gigi adalah sumber informasi yang sangat berharga tentang kehidupan masyarakat kuno,” terang Ashley Scott.

Temuan ini menguatkan analisa temuan arkeologis sebelumnya, menemukan beragam makanan yang diangkut di Timur Tengah di masa yang sama dari belahan dunia lainnya. Seperti Punt yang diperkirakan di sekitar Ethiophia, makanan dan rempah eksotis dari Asia Timur yang diduga melewati Asia Selatan.

Stockhammer menjelaskan, terdapat dua protein lain yang dianggapnya luar biasa. Di Megiddo, ditemukan protein kunyit dan kedelai, sedangkan protein pisang juga ditemukan di Tel Erani. Ia beranggapan bahwa kedatangan makanan-makanan tersebut berasal dari Asia Tenggara, dan mencapai Timur Tengah lewat Asia Selatan sejak milenium ke-5 SM.

Selaras dengan pernyataan Stockhammer, sebelumnya terdapat penelitian dengan hasil yang sama melalui pendekatan ilmu mikro dan makro botani yang dilakukan oleh arkeolog Dafna Langgut dari Tel Aviv University. Namun mengenai bagaimana proses perdagangan dan penggunaannya masih misteri.

Pada penelitian lain mengenai rempah dan buah-buahan dari Asia Tenggara, terutama cengkeh dari Indonesia juga terdapat pada mumifikasi Firaun Ramses II. Temuan ini berasarkan laporan arkeolog Giorgio Buccelati dan Marilyn Kelly Buccellati dari UCLA Coetsen Institute of Archeology.

Sedangkan menurut Ayelet Gilboa arkeolog dari University of Haifa, dalam penelitian lain yang dipublikasikan di Britannica, ia memperkirakan bahwa rempah-rempah dari Asia juga tiba di Yunani pada zaman besi berdasarkan dokumentasi yang dipaparkan sejarawan masa Yunani kuno, Herodotus. Gilboa menduga, perdagangannya mencapai Yunani berasal dari Levant (kini Lebanon, Suriah, Israel dan Palestina) melalui jalur darat dan laut.

Diperkirakan rempah-rempah ini dibawa melalui rute perdagangan Asia Selatan ke Timur Tengah, yang keberadaannya diperkirakan sudah ada di dataran Mesopotamia sekitar 1720 SM.

“Analisis kami dengan demikian memberikan informasi penting mengenai penyebaran buah dan rempah di seluruh dunia,” klaim Stockhammer. “Faktanya, kita sekarang dapat memahami dampak globalisasi selama millennium ke-2 SM pada masakan Mediterania Timur.”

“Masakan Mediterania ditandai dengan pertukaran antar budaya sejak awal,” tutupnya.

#MerapahRempah

Friday, October 28, 2022

Misteri Segitiga Bermuda: Ketika Kapal Terbesar AS Hilang Tanpa Jejak


 Bagaimana bisa kapal terbesar di angkatan laut AS bisa lenyap tanpa jejak? Ini merupakan pertanyaan yang ada di pikiran banyak orang pada Maret 1918, ketika kapal pengangkut batu bara, USS Cyclops, hilang dalam pelayaran antara Hindia Barat ke Baltimore.

Satu abad berlalu, pertanyaan tersebut masih belum terjawab.

Kapal Cyclops memiliki panjang hampir 550 kaki, dengan kru sebanyak 306 orang dan 11 ribu ton mangan di dalamnya. Ia berhasil berlayar sejak 1910, berkelana di Laut Baltik, Karibia dan Meksiko, sambil mengirim batu bara ke seluruh dunia dan membantu para pengungsi.

Namun, pada 1917, ketika Amerika terlibat dalam Perang Dunia I, Cyclops menjadi aset berharga bagi angkatan laut – bertugas mengangkut pasukan dan batu bara untuk bahan bakar kapal lainnya.

Pada Maret 1918, kapal ini diberi muatan baru: yakni berton-ton mangan padat yang digunakan dalam pembuatan baja. Cyclops meninggalkan Brasil dengan logam-logam rapuh tersebut, lalu berlayar ke Barbados untuk memasok kebutuhan sebelum melakukan perjalanan panjang ke Baltimore.

Pesan terakhir dari kapal ini cukup simpel: “Cuaca baik, semuanya berjalan lancar”. Namun, perjalanannya di hari kesembilan, sangat aneh. Sejak saat itu, tidak ada satu pun orang di Cyclops yang pernah terlihat atau terdengar kabarnya – lenyap tanpa peringatan darurat.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan beberapa tahun setelah menghilangnya kapal, majalah Santa Fe mendeskripsikan keanehan dari peristiwa tersebut. “Biasanya, sisa kayu atau pelampung dari kapal yang hilang dapat ditemukan setelah kecelakaan, tetapi tidak demikian dengan Cyclops,” tulis mereka.

“Ia menghilang seolah-olah ada monster laut atau raksasa yang langsung membawanya ke kedalaman laut. Teori ini diperkuat dengan tidak adanya panggilan darurat untuk meminta bantuan layaknya yang terjadi jika kapal akan tenggelam,” tambahnya.


Selama beberapa dekade, ada sejumlah teori sensasional terkait hilangnya Cyclops. Termasuk yang mengatakan bahwa ia salah satu dari 100 kapal dan pesawat yang menghilang secara misterius di Segitiga Bermuda.

Apakah kapal ini ‘dimakan’ monster laut, dibawa UFO, atau tenggelam karena badai?

“Hilangnya Cyclops telah menjadi salah satu misteri paling membingungkan dalam sejarah angkatan laut. Semua upaya untuk menemukannya tidak berhasil,” tulis angkatan laut AS dalam pernyataan resminya.

Meski begitu, beberapa orang masih setia kepada investigasi Cyclops – terutama mereka yang memiliki koneksi pribadi dengan kapal tersebut. Marvin Barrash adalah keturunan dari petugas pemadam kebakaran yang turut hilang dengan Cyclops.

Selama lebih dari sepuluh tahun, Barrash telah berusaha mengungkap misterinya -- mengumpulkan catatan dari angkatan laut, log kapal, dan bijih mangan yang menghitam.

“Namun, keberadaan kapal benar-benar tersapu tanpa jejak. Tidak seperti hilang dalam pertempuran, tetapi lenyap begitu saja dari muka Bumi,” katanya.

Barrash memiliki hipotesisnya sendiri tentang apa yang terjadi pada kapal raksasa tersebut. Mulai dari kerusakan mesin, awak kapal yang tidak terbiasa dengan muatan baru, serta gelombang besar yang menggulung kapal dan penumpangnya ke laut untuk selamanya.

Semua itu, menurutnya, berkaitan dengan Cyclops yang mungkin melintas di atas palung Puerto Riko -- bagian terdalam Atlantik yang berdekatan dengan Segitiga Bermuda.  

Meskipun kesempatannya kecil, namun Barrash berharap kapal itu bisa ditemukan, mengingat teknologi eksplorasi bawah laut kini semakin baik. Beberapa tahun terakhir, bangkai-bangkai kapal berhasil ditemukan berkat teknologi tersebut. Mungkin, Cyclops bisa jadi yang selanjutnya.

“Saya hanya ingin ia ditemukan. Saya ingin 306 korban beristirahat dengan tenang. Juga agar keluarga mereka bisa lega. Semua orang pasti membutuhkan kepastian,” pungkas Barrash.

Wednesday, October 26, 2022

Ilmuwan Temukan Planet dan Bintang yang Sangat Mirip Bumi dan Matahari

Para ilmuwan telah menemukan eksoplanet mirip Bumi yang berpotensi untuk dihuni. Bintangnya pun mirip dengan Matahari.

Eksoplanet ini—yang masih ditetapkan sebagai kandidat planet hingga konfirmasi lebih lanjut—memiliki jarak yang tepat dengan bintangnya sehingga memungkinkan adanya permukaan penuh dengan cairan. Dengan kata lain, ia berpotensi menampung kehidupan.

“Ukurannya kurang dua kali lipat dari Bumi dan memiliki bintang seperti Matahari yang membuatnya begitu istimewa dan akrab,” kata Rene Heller, pemimpin penelitian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Rene dan timnya dari Max Planck Institute for Solar System Research mendeskripsikan planet dan bintang ini dalam studi yang dipublikasikan pada jurnal Astronomy & Astrophysics.

Untuk sekarang, kandidat planet tersebut diberi nama KOI-456.04. Jika keberadaannya dikonfirmasi oleh teleskop lain, ia akan bergabung dengan grup berisi 4.000 planet yang diketahui berada di luar Tata Surya.

Apa yang membuatnya layak huni?

Untuk diangggap layak huni, planet harus mengorbit bintang pada jarak stabil yang memungkinkannya mempertahankan suhu yang sesuai dengan cairan.

Galaksi Bima Sakti dapat menampung hingga 10 miliar planet yang memiliki ciri seperti Bumi. Sekitar 4.000 di antaranya sudah berhasil diidentifikasi.


Sebagian besar eksoplanet tidak memiliki syarat yang dibutuhkan untuk kehidupan. Namun, dari planet yang berpotensi untuk ditinggali, para peneliti telah menemukan orbit bintang katai merah, tapi itu tidak cukup stabil. Bintang katai merah lebih kecil dan lebih redup dari Matahari serta memancarkan radiasi inframerah. Mereka juga terkadang melepaskan suar berenergi tinggi yang dapat ‘menggoreng’ planet-planet di sekitarnya.

Selain itu, di antara eksoplanet yang mengorbit bintang seperti Matahari, kebanyakan jauh lebih besar dari Bumi—biasanya seukuran Neptunus (empat kali ukuran Bumi). Planet-planet yang lebih besar ini cenderung menjebak terlalu banyak hidrogen di atmosfernya dan raksasa gas semacam itu tidak mampu menahan cairan.

Kandidat planet ini sangat menjanjikan

Penemuan terbaru ini muncul setelah para astronom menguji kembali data dari teleskop luar angkasa Kepler yang dipensiunkan NASA pada Oktober 2018. Teleskop melewati ‘obor’ pemburu eksoplanet menuju satelit TESS yang memulai observasinya pada Agustus 2018.

Karena KOI-456.04 kurang dari dua kali lipat ukuran Bumi, bisa jadi atmosfernya memiliki kondisi yang sama dengan planet kita. Lebih lanjut, bintang yang berada di orbit kandidat planet ini, 1,1 kali lipat dari ukuran Matahari dengan suhu permukaan 5.200 derajat celsius (hanya 300 derajat celsius lebih rendah dari Matahari).

Bintang tersebut juga memancarkan cahaya yang jelas, seperti Matahari.

Jika atmosfer KOI-456.04 seperti Bumi, maka suhu permukaan rata-rata sekitar 5 derajar celsius, dibanding rata-rata Bumi yang sekitar 15 derajat celsius.

Sistem planet tersebut berjarak 3.000 tahun cahaya dari Tata Surya kita.

Teleskop luar angkasa di masa mendatang mungkin dapat mempelajari kandidat planet lebih lanjut. NASA, European Space Agency dan Canadian Space Agency berencana meluncurkan teleskop luar angkasa James Webb pada 2021. Teleskop PLATO milik European Space Agency juga berencana diluncrukan pada 2026 dan akan berfokus pada pencarian planet seperti Bumi yang mengorbit Bintang seperti Matahari.




 

Meroƫ, Ibu Kota Kerajaan Nubia Kush dengan Bangunan Berbentuk Piramida


Meroƫ, atau yang juga disebut Medewi, adalah wilayah arkeologis dan ibu kota kuno Kerajaan Nubia Kush, yang terletak di tepi timur Sungai Nil, Sudan.

Kerajaan Nubia Kush didirikan setelah zaman perunggu runtuh. Selama abad ke-8 SM, Raja Kushite Kashta dan penggantinya, Piye, menyerbu Mesir dan menyatakan diri sebagai Firaun Nubia dari dinasti ke-25.

Raja-raja Nubia kehilangan kekuasaan di Mesir setelah dikalahkan oleh Kekaisaran Neo-Asyur di bawah kekuasaan Ashurbanipal dan diusir ke Napata oleh Psamtik I, yang juga membebaskan Mesir dari kontrol Asyur sekitar 664 SM.

Serbuan di Napata dan kekeringan di wilayah lain menyebabkan munculnya Meroƫ sebagai pusat baru Kerajaan Kush dan membentuk periode Meroitik, menurut heritagedaily.

Baca Juga: Monumen Tertua dan Terbesar Peninggalan Suku Maya Terungkap

Karena jaraknya yang jauh dari peradaban lain, orang Kush mengembangkan budaya Mesir mereka yang dinamis dengan sistem penulisan, seni, dan praktik penguburan Meroitik sendiri.

Setelah kematian Cleopatra di Mesir, kekuasaan dinasti Ptolemeus di Mesir berakhir dan Mesir menjadi provinsi baru Kekaisaran Romawi. Ini membawa Meroƫ perang dengan Romawi pada abad ke-1 SM.


Menyusul serangkaian kampanye yang berhasil oleh orang-orang Romawi, perjanjian damai disepakati, dan periode perdagangan membuka industri besi, tekstil, dan tembikar Meroe ke seluruh Kekaisaran Romawi.

Kejayaan MeroĆ« dan Kerajaan Kush mulai menurun sekitar 300 Masehi karena jatuhnya perdagangan internal dengan negara-negara lembah Nil--ditunjukkan melalui bukti arkeologis. 

Beberapa ahli berpendapat bahwa kerajaan itu diserbu sekitar tahun 330 M oleh bangsa Aksumit, dengan dibuktikan oleh prasasti yang didirikan oleh Raja Aksumit.

Fosil Kumbang dengan Kristal Fotonik Ungkap Evolusi Struktur Warna



 Kumbang berwarna biru-hijau yang menakjubkan telah ditemukan di sedimen danau Swiss dengan usia 13 ribu tahun. Warnanya lebih jelas daripada pigmen karena warna tersebut didasarkan pada kristal fotonik.

Serangga hidup telah mengadopsi teknik yang sama untuk menghasilkan warna yang menarik, tetapi spesimen yang baru ditemukan ini tampaknya menggunakannya untuk bersembunyi, bukan untuk menonjol. Hal ini menunjukkan sesuatu yang menarik tentang evolusi sifat tersebut.

Bagi sebagian besar hewan, pewarnaan berkaitan dengan masalah menyerap sebagian besar spektrum cahaya tampak, sambil memantulkan pita sempit yang mewakili warna tertentu. Namun, beberapa menggunakan pewarnaan struktural dengan memantulkan fitur lampu mati dengan ukuran yang sama dengan panjang gelombang cahaya yang tampak, menciptakan interaksi yang menghasilkan warna yang lebih terang.

Beberapa menggunakan reflektor yang relatif sederhana, sementara yang lain (termasuk beberapa kupu-kupu, kumbang, dan kumbang panjang) telah mengembangkan arsitektur tiga dimensi yang sangat teratur, yang dikenal sebagai kristal fotonik atau berlian.

Dua kumbang yang digali dari lumpur di dasar Danau Lobsigensee menunjukkan sifat yang sama. Penelitian ini mengarahkan Luke McDonald dari University College Cork untuk mempelajari mereka dengan mikroskop elektron.


Meskipun serangga hidup menggunakan teknik yang sama, ini menghasilkan penampilan yang berguna selama musim kawin atau untuk membingungkan predator. Masuk akal bahwa hewan ini berharap untuk menarik pasangan dengan menjadi seterang mungkin. Di sisi lain, warna-warni itu sendiri bisa membingungkan, cocok untuk mengelabui predator. 

Namun, dalam jurnal yang dipublikasikan dalam Biology Letters, Luke dan rekan-rekannya menilai bahwa tampaknya kumbang modern berhasil memiliki teknik ini melalui jalur yang mengejutkan.

"Catatan fosil berpotensi menjadi harta karun informasi tentang evolusi struktur ini, tetapi sebagian besar merupakan sumber daya yang belum dimanfaatkan," kata peneliti senior Maria McNamara.

Mengenai latar belakang hijau dan coklat tempat serangga ini hidup, warna yang ditemukan peneliti dinilai berfungsi sebagai kamuflase. 

Contoh-contoh sederhana dari warna struktural yang memfosil sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Namun, kristal fotonik, cara tercanggih untuk membuat warna, sangatlah jarang.

Contoh sebelumnya yang ditemukan di Kanada, berasal dari 735.000 tahun yang lalu--jauh lebih tua dari spesimen Swiss ini, tetapi masih baru dalam rentang waktu kehidupan invertebrata.

Para peneliti tertarik untuk menemukan contoh-contoh yang lebih tua, mungkin berasal dari zaman Kapur, ketika mereka berpikir nenek moyang kumbang mungkin pertama kali mengembangkan kristal fotonik.

Monday, October 24, 2022

Fakta Dewa Krishna Umat Hindu India Ternyata Punya 16.018 Istri


Dewa Krishna, salah satu Dewa yang paling dikagumi dan paling terkenal dari semua dewa India. Ketika Anda memikirkan Dewa Krishna, hal pertama yang terlintas dalam pikiran Anda adalah seruling dan gopi. Tentu saja, Dewa Krishna adalah seorang pawang wanita, pencuri mentega, dan pemandu kusir Arjuna di Mahabharata. Krishna dikagumi oleh setiap manusia di planet ini. Dari mendidik tentang bhakti dan Dharma hingga pencerahan tentang realitas kehidupan, Dewa Krishna tetap menjadi sumber pengetahuan dan kebijaksanaan. Dewa Krishna dikenal sebagai pribadi Ilahi yang berhubungan baik dengan umat manusia.

Sebagian besar orang mengaku berpengalaman dengannya dan cerita-ceritanya, tetapi ada lebih banyak fakta tentang Krishna yang tidak disadari. Berikut adalah beberapa hal tentang tokoh mitologi legendaris Dewa Krishna yang mungkin belum Anda ketahui.

Warna Kulitnya Gelap, Bukan Biru

Dewa yang dipuja, Krishna telah membuat kesan yang luar biasa pada umat manusia. Krishna melambangkan 'semua-menarik', ia dikenal memiliki keindahan yang terbaik. Salah satu hal menarik tentang krishna yang kebanyakan orang tidak tahu adalah warnanya gelap bukan biru. Meskipun Krishna umumnya digambarkan dalam lukisan dan berhala sebagai biru, warna kulitnya yang sebenarnya adalah gelap. Diyakini bahwa aura magnetisnya yang menyeluruh memiliki rona biru dan itulah sebabnya ia umumnya digambarkan sebagai biru.

Krishna Memiliki 16.108 Istri


Dewa Krishna memiliki total 16.108 istri, delapan di antaranya adalah istri utamanya yang dikenal sebagai 'Ashtabharya' yaitu Rukmini, Satyabhama, Jambavati, Nagnajiti, Kalindi, Mitravinda, Bhadra, Lakshmana yang masing-masing melahirkan 10 putra. Dia menyelamatkan 16.100 wanita dari cengkeraman iblis Narakasura yang secara paksa menahan mereka di istananya dan membebaskan mereka. Namun, mereka semua kembali ke Sri Krishna karena tidak ada keluarga mereka yang siap menerima mereka kembali dan dia menikahi mereka semua untuk melindungi kehormatan mereka. Namun, dikatakan bahwa dia tidak pernah memiliki hubungan dengan mereka.

Dia Multi-Agama

Semua orang percaya bahwa tuan krishna adalah 'Manifestasi Tuhan'. Dan juga dewa utama dalam agama Hindu dan disembah di banyak tradisi Hindu dalam berbagai perspektif yang berbeda. Selain Hindu, Sri Krishna juga merupakan bagian dari agama lain yang disebut agama Jain. Dia disebut sebagai salah satu Triad, bernama Vasudeva. Bahkan dalam agama Buddha, dia adalah bagian dari cerita Jataka di mana dia digambarkan sebagai seorang pangeran yang membunuh pamannya yang jahat, Kansa, dan membuktikan dirinya legendaris dengan membunuh semua raja untuk memerintah Jambudiva.

Kitab Suci Hindu Tidak Memiliki Catatan Radha

Krishna dikatakan mencintai permaisurinya, Radha sampai pada titik pengabdian dan banyak gambar menunjukkan dia memujanya. Namun yang menarik, banyak spiritualis telah menyebutkan bahwa tidak ada jejaknya dalam kitab-kitab kuno mana pun, baik itu Shrimad Bhagvatam atau Mahabharata atau Harivansham yang tentang kehidupan Krishna. Mereka berpendapat bahwa namanya pertama kali muncul dalam karya Acharya Nimbark dan penyair Jayadeva. Yang lain berpendapat bahwa namanya telah disembunyikan dengan hati-hati dalam kitab suci seperti Rgveda dan beberapa Purana.

Pada Maret 2010, Mahkamah Agung India menyatakan bahwa seks pranikah bukanlah pelanggaran. Pengadilan berpendapat bahwa karena Radha-Krishna hidup bersama menurut mitologi, seks pranikah tidak dapat ditafsirkan sebagai pelanggaran.

Krishna Berhubungan dengan Eklavya dan Drupadi

Drupadi dipercaya sebagai jelmaan Dewi Parwati, sedangkan Kresna, anyelir Dewa Wisnu yang merupakan saudara dari Dewi Parwati. Itulah sebabnya diyakini bahwa Dewa Krishna dan Drupadi adalah saudara kandung. Eklavya adalah seorang pemanah terampil yang merupakan putra Devsharavu yang merupakan saudara dari Vasudev. Lord Krishna memberinya anugerah untuk bereinkarnasi untuk membalas dendam pada Dhronacharya yang membuat Eklavya memotong ibu jari kanannya. Eklavya bereinkarnasi sebagai Dhrishtadyumna yang melangkah keluar dari api yajna, dibuat dengan tujuan tunggal untuk memenggal kepala Dronacharya.

Kutukan Menyebabkan Kematian Krishna


Perang Kurukshetra menyebabkan 100 anak Gandari tewas.  Krishna meninggal karena puncak dari banyak kutukan. Menurut legenda, kutukan Gandhari pada Krishna adalah bahwa dia akan mati dengan seluruh klannya dalam 36 tahun. Krishna dikutuk untuk kedua kalinya oleh resi Durvasa, ketika dia diminta olehnya untuk mengoleskan kheer ke seluruh tubuhnya. Kresna patuh tetapi tidak mengoleskan kheer pada kaki Durwasa saat mereka beristirahat di tanah. Marah, Durvasa mengutuk Krishna dengan mengatakan bahwa kematiannya akan terjadi di kakinya.

Dewa Krishna, pengagum semua gadis cantik, yang mencuri hati dengan serulingnya. Sekarang, Anda mengetahui fakta tersembunyi tentang Dewa Biru untuk menambah pengetahuan Anda tentang dia. 

Diserang Nazi, Raja Inggris Sembunyikan Mahkota Dalam Kaleng Biskuit


 Selama Perang Dunia II, harta berharga keluarga Kerajaan Inggris dikubur di bawah tanah Kastil Windsor. Hal ini dilakukan agar barang-barang tersebut tidak dapat ditemukan oleh Nazi.

Saat Inggris diserang Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman), Raja George VI memerintahkan petugas istana untuk memindahkan mahkota permata dari Tower of London dan menyimpannya di tempat lain. Mahkota permata tersebut disimpan di dalam kaleng timah yang sebelumnya berisi biskuit.

Namun, detail operasi sangat dirahasiakan. Bahkan, Ratu Elizabeth II – yang saat itu masih remaja – juga tidak mengetahui di mana harta berharga kerajaan disembunyikan.  

Dia baru mempelajari detailnya selama pembuatan film dokumenter BBC. Saat itu, komentator kerajaan, Alistair Bruce berbicara kepada Ratu tentang surat-surat yang digali oleh Oliver Urquhart Irvine, pustakawan dan asisten penjaga arsip kerajaan.

Dalam surat tersebut, Sir Owen Morshead, pustakawan kerajaan di masa Perang Dunia II, menjelaskan kepada Ratu Mary (ibu Raja George VI) bahwa ia telah menyembunyikan Imperial State Crown, penutup kepala yang dikenakan sang pemimpin kerajaan.

Dibuat untuk penobatan Raja George VI pada 1937, Imperial State Crown memiliki 2868 permata dan berbagai batu berwarna – termasuk 17 batu safir, 11 zamrud, dan 269 mutiara.

Bruce mengatakan, para petugas istana menggali lubang yang dalam di bawah salah satu pintu masuk Kastil Windsor. Mereka lalu menutup lubang di malam hari untuk menghindari deteksi Luftwaffe. Di dalam ruangan yang dibangun khusus dengan pintu baja tersebut, petugas  meletakkan kaleng biskuit berisi mahkota permata. Ruang itu dapat diakses dengan pintu jebakan yang masih ada hingga saat ini.

Melihat upayanya dalam mengamankan mahkota permata, Inggris harus bersyukur bahwa mereka dipimpin oleh Raja George VI selama Perang Dunia II. Jika pada saat itu, kerajaan dipimpin oleh saudara laki-lakinya, King Edward VIII, entah apa yang terjadi.

Menurut serial Netflix, The Crown, King Edward VIII dan istrinya, Wallis Simpson, sangat bersimpati kepada Nazi. Mereka diketahui pernah mengunjungi Hitler saat liburan di Berchtesgaden pada 1937.

Bahkan, Duke and Duchess of Windsor ini, pernah berpartisipasi pada rencana Nazi untuk menaikkan kembali tahta Edward dan menggantikan George.

Inilah Makanan Favorit Romawi Kuno, Olahan Rahim Babi Hingga Tikus


 Makanan Romawi adalah campuran beragam dari hidangan yang sudah dikenal. Namun, beberapa kebiasaan kuliner mereka akan membuat perut orang masa kini bergejolak.

Ketika berpikir tentang Roma kuno, kita jarang memikirkan makanan Romawi. Jadi apa yang sebenarnya dimakan orang Romawi? Mirip dengan penduduk Mediterania modern, makanan Romawi terdiri dari buah zaitun, kurma, kacang-kacangan dari semua jenis, serta berbagai jenis buah dan sayuran. Namun, orang Romawi juga cenderung memakan beberapa hewan yang tidak akan pernah kita pertimbangkan untuk dimakan saat ini, termasuk burung merak dan flamingo. Apa saja makanan favorit Romawi kuno?

1. Garum, Rahasia Makanan Romawi yang Hilang


Tidak ada pemeriksaan makanan Romawi yang bisa dimulai tanpa pemahaman tentang garum. Garum adalah bumbu Romawi yang terbuat dari ikan yang difermentasi dan dikeringkan dengan sinar matahari dan digunakan mirip dengan cuka dan kecap saat ini. Namun, itu bukan Romawi, tetapi penemuan Yunani yang kemudian menjadi populer di wilayah Romawi. Di mana pun Roma berkembang, garum diperkenalkan.

Garum digunakan karena kandungan garamnya yang tinggi dan dicampur dengan saus, anggur, dan minyak lainnya. Hydrogarum, yaitu garum yang dicampur dengan air, diberikan kepada tentara Romawi sebagai bagian dari ransum mereka.

Garum memiliki rasa umami, sangat berbeda dari makanan Mediterania kontemporer. Menurut sejarawan makanan Sally Grainger, yang menulis Cooking Apicius: Roman Recipes for Today, "Itu meledak di mulut, dan Anda memiliki pengalaman rasa yang panjang dan berlarut-larut, yang benar-benar luar biasa."

Jika Anda bersikeras untuk mencoba resep makanan Romawi ini di rumah, ketahuilah bahwa produksi garum biasanya dilakukan di luar ruangan, baik karena baunya maupun kebutuhan akan sinar matahari. Campuran akan dibiarkan berfermentasi selama satu sampai tiga bulan.

Beberapa saus ikan serupa ada saat ini. Contohnya termasuk Worchester Sauce dan Colatura di Alici, saus yang terbuat dari ikan teri di Pantai Amalfi di Italia. Beberapa saus ikan Asia modern seperti nuoc mam Vietnam, am pla Thailand, dan gyosho Jepang juga dianggap serupa.

2. Rahim Babi

Banyak hewan yang kita makan untuk daging saat ini juga digunakan dalam makanan Romawi. Namun, daripada potongan daging yang sangat spesifik yang cenderung kita makan di Dunia Barat kontemporer, orang Romawi memakan bagian apa pun dari hewan yang mereka miliki. Bahkan ada metode untuk membuat rahim babi menjadi makanan yang menyenangkan, di De Re Coquinaria. Orang Romawi juga memakan otak hewan, biasanya domba, dan mereka bahkan menyiapkan sosis otak.

Itu tidak berarti bahwa kebiasaan kuliner di Roma Kuno berkelanjutan. Perjamuan elit terlalu berlebihan di luar pemahaman kontemporer. Banyak jamuan makan berlangsung selama delapan hingga sepuluh jam, meskipun acara malam itu tentu saja bergantung pada penghematan tuan rumah.

3. Tikus


Sementara beberapa makanan Romawi mungkin agak menarik dan eksotis, tidak ada yang berhasil menolak para ahli kontemporer tentang kebiasaan makanan Romawi lebih dari tikus yang sederhana. Edible dormice, atau glis (tikus Eropa) adalah hewan kecil yang hidup di seluruh Benua Eropa. Nama spesies Inggris berasal dari fakta bahwa orang Romawi memakannya sebagai makanan lezat. Biasanya, mereka tertangkap di musim gugur, karena mereka paling gemuk sebelum hibernasi.

Makan malam Trimalchio di Satyricon, serta di De Re Coquinaria mencatat bahwa tikus Eropa sering dimakan di Roma kuno. Resep Apicius meminta mereka untuk diisi dengan daging lain, metode persiapan makanan khas Romawi.

4. Bubur

Sejauh ini, kita telah membahas makanan dari meja para elite Romawi. Sementara status sosial yang tinggi menjamin akses ke berbagai makanan dari seluruh Kekaisaran, mereka yang bekerja untuk mencari nafkah di Roma Kuno puas dengan makanan sederhana. Untuk sebagian besar sejarah Peradaban Romawi, orang miskin yang tinggal di Roma memiliki akses yang stabil ke gandum. Ini karena pencapaian legislatif Publius Clodius Pulcher, yang menyediakan gandum gratis bagi mereka yang memenuhi syarat untuk menerima Grain Dole.

Sejarawan Jo-Ann Shelton dalam bukunya As the Romans Did: A Sourcebook on Roman History menyatakan bahwa: “Orang Romawi termiskin makan sedikit selain gandum, baik dihancurkan atau direbus dengan air untuk membuat bubur, atau digiling menjadi tepung dan dimakan sebagai roti. …” (Shelton, 81)

Karena sebagian besar resep ini berasal dari Apicius, resep berikut ini tidak pasti resep Romawi biasa. Meskipun berpotensi, fakta bahwa sumbernya adalah sebuah buku yang ditulis pada tanggal yang tidak diketahui untuk audiens yang kaya berarti kemungkinan bahwa ini adalah sarapan yang lezat untuk anggota elite atau rumah tangga mereka. Namun, ini memberi kita wawasan tentang jenis masakan yang dilakukan sehari-hari oleh orang-orang paling tersembunyi dalam catatan sejarah.

Saturday, October 22, 2022

Mencairnya Es Arktika Ungkap Daratan yang Tersembunyi Selama 40 Ribu Tahun

 Menurut sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan pada Nature Comunnications, mencairnya es di Arktika mengekspos daratan tersembunyi yang tidak pernah terlihat selama 40 ribu tahun.

Studi ini menyatakan, perubahan iklim berperan besar dalam penemuan ini. Meningkatnya suhu Arktika dalam kecepatan tinggi menyebabkan gletser mencair.

"Arktika saat ini menghangat dua hingga tiga kali lebih cepat dari seluruh wilayah dunia. Tentu saja, es dan gletser bereaksi dengan cepat juga," kata Simon Pendleton, pemimpin studi sekaligus peneliti senior dari CU Boulder's Institute of Arctic and Alpine Reserach (INSTAAR).

Hasil penelitian Pendleton didapat berdasarkan tanaman yang dikumpulkan dari tepi gletser di Pulau Baffin, pulau terbesar kelima di dunia. Bentang alamnya didominasi oleh forjd dan dataran tinggi yang luas. Selama ribuan tahun, wilayah tersebut melestarikan lumut berkat es di sekitarnya.

Namun, hasil pengamatan sebelumnya menunjukkan bahwa tanaman di sana akan segera hilang karena tidak ada lagi lapisan es yang melindunginya.

Dan ketika ilmuwan menemukan tanaman tersebut saat ini, mereka yakin bahwa itu memang berasal dari ribuan tahun lalu dan telah tertutup es sejak awal tumbuh. Artinya, gletser yang melindunginya benar-benar sudah berkurang sehingga dataran tempat ia tinggal pun terungkap.

"Kami meneliti margin es, sampel tanaman yang baru terlihat, serta melakukan penanggalan karbon unruk mengetahui kapan es mulai menghilang," papar Pendleton.

Secara total, tim peneliti mengumpulkan 48 sampel tanaman dari 30 tepi es di Pulau Baffin, juga sampel quartz yang digunakan untuk membantu menentukan umur dan sejarah es di lingkungan tersebut.

Analisis di laboratorium menunjukkan bahwa tanaman tersebut kira-kira terawetkan dalam lapisan es selama 40 ribu tahun atau lebih.

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan data temperatur yang menyatakan bahwa wilayah tersebut mengalami suhu terhangat dalam 100 tahun terakhir.

"Gletser tidak memiliki strategi bertahan hidup. Mereka merespons suhu yang menghangat, kemudian menyusut. Hal inilah yang membuat gletser rentan terhadap perubahan iklim," kata Gifford Miller, peneliti dan profesor geologi di CU Boulder.

 

Ilmuwan Temukan Kehidupan di Danau Terdalam Antartika, Seperti Apa?


 Antartika mungkin terlihat seperti 'gurun' es dengan kondisi lingkungan yang tidak ramah. Meski begitu, menurut penelitian terbaru, wilayah ini penuh dengan kehidupan.

Di perairan di bawah lapisan es Antartika Barat, terdapat danau subglasial yang disebut Danau Mercer. Area terdalam ini ternyata menunjang kehidupan beberapa koloni bakteri.

Fakta terbaru tersebut sangat penting bagi para ilmuwan karena bermanfaat untuk mencari kehidupan ekstraterestrial di Mars. Sebab, tahun lalu, astronom menemukan danau raksasa penuh air di bawah tanah Mars–mirip dengan Danau Mercer. Oleh sebab itu, penemuan bakteri di Antartika mungkin bisa berlaku juga dalam pencarian kehidupan di Planet Merah.

Hasil ini didapat setelah sekelompok ilmuwan mengebor lubang sedalam 1.000 meter menuju Danau Mercer, dalam proyek Subglacial Antarctic Lakes Scientific Access (SALSA) pada Desember lalu. Mereka melakukannya untuk mencari ragam kehidupan di sana.

Pengujian awal menunjukkan bahwa ada sekitar 10 ribu sel bakteri dalam satu milimeter air. Meskipun jumlahnya hanya seperseratus dari yang biasanya ditemukan lautan terbuka, tapi itu membuktikan bahwa titik dalam Antartika tidak 'tandus' dan menyimpan kehidupan.

"Kami melihat banyak bakteri. Sistem danau juga memiliki senyawa organik yang mungkin mendukung bentuk kehidupan yang lebih tinggi," papar John Priscu, pemimpin ekspedisi sekaligus profesor ekologi dari University of Montana.

Setelah melakukan analisis pada sampel danau, para peneliti menemukan bagian tubuh tardigrada, alga, diatom, dan krustasea. Bangkai tersebut diduga berasal dari 10 hingga 120 ribu tahun lalu selama periode pemanasan, sebelum es membentuk danau kembali.

Masih belum jelas mengapa makhluk-makhluk darat tersebut bisa sampai di sana.

Mengingat lokasi Danau Mercer di bawah es, tidak mungkin bahwa itu bisa mendukung koloni karena kurangnya sinar matahari. Namun, ada kemungkinan sinar matahari yang cukup dapat menembus danau yang hanya tertutup sedikit es.

Selanjutnya, tim peneliti akan menentukan usia, mengurutkan DNA, serta membandingkan mereka dengan sampel dari danau lain yang selama ini diteliti oleh proyek SALSA.

Terungkap, Alasan di Balik Punahnya Hiu Purba Raksasa Megalodon


Mengapa hiu raksasa megalodon bisa punah? Penelitian terbaru kini sudah menemukan jawabannya.

Megalodon merupakan hiu prasejarah berukuran besar yang masih membuat peneliti takjub hingga saat ini. Ikan raksasa ini dapat tumbuh hingga 60 kaki atau 18 meter. Ia memakan mangsanya dengan gigi menyeramkan yang masing-masingnya berukuran 18 sentimeter–lebih panjang dari tangan manusia.

Namun, Megalodon menghilang dari lautan Bumi sekitar 2,6 juta tahun lalu. Menurut studi terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Geophysical Union (AGU), suhu tubuh Otodus megalodon menawarkan penjelasan mengapa spesies tersebut bisa musnah.

Sama seperti hiu yang masih ada hingga saat ini–seperti hiu putih besar dan hiu mako–megalodon diduga memiliki kemampuan untuk meregulasi suhu tubuhnya sebagai respons dari perairan yang lebih dingin atau hangat. Ini memungkinkan mereka untuk berburu di habitat yang lebih luas dibanding jenis hiu lainnya.

Namun, apakah suhu tubuh megalodon sama dengan hiu modern? Untuk menemukan jawabannya, para peneliti menggunakan geokimia untuk menguji isotop karbon dan oksigen pada gigi megalodon dan hiu modern.

Michael Griffiths, profesor di Department of Enviromental Science at William Paterson University, menyatakan bahwa isotop-isotop tersebut membentuk ikatan yang berbeda, tergantung pada suhu hewan ketika gigi mengalami pertumbuhan.

Dengan metode ini, para ilmuwan dapat memperkirakan berapa rata-rata suhu tubuh hewan purba tersebut dan menemukan petunjuk biologis atau kebiasaan mereka sebelum punah.

Hasilnya menunjukkan bahwa megalodon "terlalu hangat" untuk ukuran hiu. Leluhur hiu mako dan hiu putih besar memiliki suhu tubuh sekitar 20 hingga 30 derajat celsius. Sebagai perbandingan, temperatur hiu purba megalodon mencapai 35 hingga 40 derajat celsius.

Dengan suhu tubuh setinggi itu, megalodon pasti memiliki metabolisme yang sangat aktif sehingga harus sering makan. Sayangnya, tidak lama kemudian, iklim menghangat dan mangsa-mangsa megalodon bergerak ke perairan yang lebih dingin dan tempat yang lebih tinggi.

Kelangkaan makanan dan persaingan dengan predator lain seperti paus pembunuh, menjadi kombinasi fatal yang mendorong megalodon ke arah kepunahan.

"Perubahan iklim yang berpadu dengan pergeseran tempat tinggal hewan-hewan laut menjadi 'senjata' kepunahan bagi hiu terbesar yang pernah ada di Bumi ini," kata Griffiths.

Monday, October 17, 2022

Penemuan Planet Goblin, Tanda Akan Adanya Planet Kesembilan?


Para astronom baru saja menemukan sebuah planet kerdil bernama Goblin atau 2015 TG387 yang terletak sangat jauh dari Bumi. Tidak hanya itu, penemuan planet baru ini memiliki makna lain, yakni adanya planet kesembilan dalam tata surya kita yang masih belum ditemukan.

Sekadar informasi, sebuah planet masuk dalam klasifikasi planet kerdil bila memiliki beberapa sifat, yakni mengorbit mengelilingi Matahari, memiliki gravitasi sendiri, belum mengosongkan orbit dari benda angkasa lainnya kecuali satelitnya sendiri, dan bukan merupakan satelit dari sebuah planet atau benda angkasa nonbintang lainnya.

Planet yang diselimuti oleh es ini diperkirakan berdiameter 300 kilometer dan berada pada orbit yang sangat panjang. Pada titik terdekat dari matahari, ia berjarak 2,5 kali jarak Pluto kepada matahari. Sementara itu, titik terjauhnya mencapai 60 kali lebih jauh dari jarak Pluto ke matahari.

Orbit ini membuat Goblin harus menghabiskan waktu sekitar 40.000 tahun untuk mengelilingi matahari dalam sekali putaran. Saking jauhnya, 99 persen perjalanan Goblin mengitari Bumi sulit untuk dilihat dari Bumi.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (5/10/2018), Goblin merupakan planet minor ketiga yang ditemukan di luar sistem tata surya. Sebelum itu, astronom sudah menemukan Sedna dan 2012 VP113.

“Kami baru mulai mengungkap seperti apa penampakan tata surya sisi luar dan apa yang ada di sana. Kami percaya bahwa ada ribuan planet kerdil di tata surya yang jauh dan kita baru melihat ujung dari gunung esnya,” ucap Scott Sheppard, astronom  Carnegie Institution for Science di Washington DC.


Yang menarik dari penemuan ini, orbit ketiga planet minor tersebut ditemukan mengumpul seakan-akan dipengaruhi oleh sebuah gravitasi dari objek yang lebih besar. Lebih lanjut, astronom kemudian menduga bahwa objek misterius ini adalah planet kesembilan yang memiliki ukuran sangat besar.

Astronom telah lama menduga adanya planet kesembilan yang terletak lebih jauh dari Pluto. Sebuah area misterius yang disebut dengan Awan Oort. Awan komet teoritis ini berbentuk bulat yang dipercaya berada di sekitar 1Xe15 m/50.000 hingga 1Xe16 m/100.000 AU dari matahari.

Konstantin Batygin, seorang assistant professor bidang ilmu planet di Caltech yang mempelajari simulasi teoritis dari adanya planet kesembilan, mengatakan bahwa temuan ini adalah hal yang luar biasa.

Batygin mengatakan, walalupun sudah berabad-abad melakukan survei, pemahaman kita akan tata surya masih belum lengkap. Temuan ini kemudian dipandang sebagai salah satu tanda mengenai keberadaan planet kesembilan.

Sisa-sisa Pembuatan Keju Ditemukan dalam Wadah Berusia 7.200 Tahun


Tembikar berusia 7.200 tahun yang mengandung sisa-sisa keju, ditemukan di Kroasia. Ini mengungkap kembali pembuatan keju di Mediterania.

Menurut peneliti, temuan ini tidak hanya menjadi tonggak kuliner bagi para pecinta produk susu, tapi juga penyelamat hidup mereka.

Awalnya, sekelompok peneliti dari AS, Inggris, dan Kroasia, menganalisis serpihan tembikar yang digali dari dua situs neolitik di Dalmatian Coast untuk melihat makanan apa saja yang pernah ditempatkan di sana.

Salah satu tembikar yang ditemukan adalah Impressed Ware. Di dalamnya ditemukan senyawa yang mirip susu – menunjukkan bahwa bahan tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan Neolitik.

Meski orang-orang dewasa saat itu mengalami intoleransi laktosa, tapi susu bisa membuat anak-anak sehat. Menyimpannya di dalam tembikar merupakan langkah penting dalam membantu melewati masa-masa sulit ketika makanan sulit didapat.

“Kami menemukan fakta bahwa susu itu kemungkinan dibuat untuk anak-anak karena sumber hidrasi yang baik dan bebas patogen,” kata Sarah McClure dari Pennsylvania State University.

Selain Impressed Ware, jenis tembikar lain juga ditemukan, yaitu Rhyta. Itu berbentuk bundar, seperti hewan atau manusia,  dan memiliki kaki-kaki kecil.  

Analisis isotop karbon dari permukaan dalam tembikar Rhyta, menunjukkan bahwa ia digunakan untuk menampung produk susu. Namun, untuk jenis yang difermentasi, seperti keju dan yoghurt.

Dari sisa-sisa tembikar, terlihat beberapa lubang, mengindikasikan fungsi potensialnya sebagai penyaring saat proses pembuatan keju.

Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa wadah keju tersebut kira-kira berusia 7.200 tahun – menjadikannya tertua dari yang pernah ada.


“Ini adalah dokumentasi paling awal dari produk susu fermentasi di wilayah Mediterania,” ujar para peneliti dalam laporan mereka.

Pembuatan keju merupakan langkah yang signifikan dalam kemajuan budaya manusia. Mengubah susu menjadi keju membantu menurunkan kadar laktosanya sehingga orang-orang dewasa dapat mengonsumi makanan tersebut. Keju juga menjadi sumber makanan bergizi bagi para petani Neolitik yang sedang dalam perjalanan.

Saturday, October 15, 2022

Apa Perbedaan antara Kehidupan Romawi Kuno dengan Yunani Kuno?


Romawi kuno dan Yunani kuno adalah dua peradaban besar yang berlangung panjang dan turut memengaruhi kehidupan modern saat ini. Kedua kebudayaan kuno ini memiliki persamaan dan perbedaan di berbagai aspek, berikut ini beberapa di antaranya.

Ekonomi

Perekonomian Yunani dan Romawi sama-sama didasarkan pada pertanian. Orang-orang Yunani idealnya tinggal di pertanian kecil yang memproduksi gandum sendiri, tetapi praktik pertanian yang buruk membuat banyak rumah tangga tidak mampu mencari makan sendiri. Perkebunan besar kemudian mengambil alih, memproduksi anggur dan minyak zaitun, yang juga merupakan komoditi ekspor utama Romawi. Ini tidak terlalu mengejutkan, mengingat kondisi geografis Romawi dan Yunani yang sama dan popularitas kedua kebutuhan ini.

Manufaktur juga merupakan pekerjaan yang umum di kedua peradaban ini. Sementara Yunani juga telah memperbudak orang, ekonomi Roma bergantung pada tenaga kerja orang-orang yang diperbudak dari ekspansi hingga akhir Kekaisaran.

Sosial

N.S. Gill, ahli sejarah kuno dan Latin lulusa University of Minnesota, menulis di ThoughtCo. bawah kelas-kelas sosial Yunani dan Romawi berubah dari waktu ke waktu. Namun, setidaknya, bisa dikatakan pembagian dasar awal Athena dan Roma terdiri atas orang-orang bebas dan merdeka, orang-orang yang diperbudak, orang asing, dan wanita. Hanya beberapa dari kelompok ini yang dihitung sebagai warga negara.

Rinciannya, kelas sosial di Yunani kuno terdiri atas orang-orang yang diperbudak, orang-orang merdeka, metik (orang asing), warga negara, dan wanita. Adapun kelas sosial di Romawi kuno terdiri atas orang-orang yang diperbudak, orang-orang merdeka, rakyat jelata, dan bangsawan.

Peran Wanita

Di Athena, wanita dihargai karena tidak melakukan gosip, mengelola rumah tangga, dan, yang terpenting, menghasilkan anak yang sah. Wanita bangsawan itu diasingkan di kamar wanita dan harus ditemani di tempat-tempat umum. Dia bisa memiliki, tetapi tidak menjual propertinya. Wanita Athena tunduk pada ayahnya, dan bahkan setelah menikah, dia bisa memintanya kembali. Wanita Athena itu bukan warga negara.

Adapun wanita Romawi secara hukum tunduk pada paterfamilia, baik laki-laki yang dominan dalam rumah tangga tempat ia lahir maupun rumah tangga suaminya. Dia bisa memiliki dan membuang properti dan pergi sesukanya. Dari epigrafi, kita membaca bahwa seorang wanita Romawi dihargai karena kesalehan, kerendahan hati, pemeliharaan harmoni, dan menjadi wanita yang setia pada satu pria. Dan bedanya dengan wanita Yunani, Wanita Romawi bisa menjadi warga negara Romawi.

Ayah

Ayah dalam keluarga Romawi sangatlah dominan dan dapat memutuskan apakah akan mempertahankan anak yang baru lahir atau tidak. Lelaki yang menjadi kepala rumah tangga Romawi disebut paterfamilia. Anak laki-laki dewasa yang sudah punya keluarga sendiri masih tunduk pada ayahnya meski dia adalah paterfamilia di keluarganya.


Dalam rumah tangga keluarga Yunani, atau oikos, situasinya lebih seperti yang kita anggap keluarga inti normal saat ini. Anak laki-laki secara hukum dapat menantang kompetensi ayah mereka.

Pemerintah

Di Yunani, awalnya raja-raja memerintah Athena. Tapi kemudian Athena dipegang oleh oligarki (diperintah oleh segelintir orang), dan kemudian demokrasi (pemilihan oleh warga negara).

Sejumlah ngara-kota kemudian bergabung bersama untuk membentuk liga yang terlibat konflik. Hal ini melemahkan Yunani dan menyebabkan penaklukannya oleh raja-raja Makedonia dan kemudian oleh Kekaisaran Romawi.

Di Romawi, raja-raja juga awalnya memerintah Roma. Kemudian Roma, mengamati apa yang terjadi di tempat lain di dunia, melenyapkan mereka. Roma membuat bentuk pemerintahan Republik campuran, menggabungkan unsur-unsur demokrasi, oligarki, dan monarki.

Seiring waktu, pemerintahan yang dipegang oleh satu orang kembali menguasai Roma, tetapi dalam bentuk baru. Awalnya, penguasa ini kita kenal sebagai kaisar Romawi. Namun, Kekaisaran Romawi kemudian terpecah, dan, di Barat, wilayah kekaisaran ini akhirnya kembali menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Friday, October 14, 2022

Hewan Laut Berjatuhan dari Langit Tiongkok, Mengapa Itu Bisa Terjadi?

Minggu lalu, kota pesisir Qingdao di Tiongkok Timur mengalami badai besar. Fenomena tersebut dilengkapi dengan jatuhnya beberapa hewan laut dari langit -- bersamaan dengan angin dan hujan lebat.

Penduduk Tiongkok mengabadikan peristiwa ‘hujan hewan laut’ itu melalui foto, lalu mengunggahnya di media sosial. Di antara makhluk laut yang berjatuhan, terdapat udang hingga bintang laut. Dari foto-foto yang beredar, mereka terlihat melayang di udara sebelum menghantam jendela mobil penduduk.

Meskipun bukan pertama kalinya, namun jatuhnya hewan-hewan dari langit, merupakan fenomena langka. Ilmuwan pun belum memiliki bukti langsung terkait penyebabnya. Namun, ada beberapa hipotesis yang bisa menjelaskan hal tersebut.

Sederhananya, hujan terjadi ketika air menguap dari permukaan Bumi, lalu mendingin dan mengembun di atmosfer hingga akhirnya turun kembali. Namun, hewan apa pun terlalu berat untuk diangkat ke langit jika mengikuti proses tersebut.

Oleh karena itu, peneliti mengutarakan penyebab yang lebih ekstrem seperti tornado. Selain itu, hujan hewan laut ini juga diduga melibatkan puting beliung – angin berputar dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer/jam.

“Sama seperti tornado, puting beliung dewasa terdiri dari pusaran bertekanan rendah yang dikelilingi oleh corong berputar dan arus naik. Pusat pusaran dari badai ini cukup kuat untuk menghisap udara, air, hingga benda-benda di sekitarnya,” jelas sebuah tulisan di US Library of Congress.

Meskipun cukup masuk akal secara ilmiah, namun belum ada bukti langsungnya. Beberapa peneliti bahkan mengatakan kita tidak memerlukan puting beliung, cukup hembusan angin yang kuat untuk mengangkat hewan laut kecil lalu menerbangkannya bersama badai.

Terkait hujan hewan laut di Qingdao, ada spekulasi bahwa fenomena itu terjadi akibat angin kencang yang menyapu pasar ikan, lalu membuatnya tersebar di jalanan.

Qingdao sendiri memang dihantam badai minggu lalu, menyebabkan banjir dan merusak beberapa infrastruktur di kota tersebut. The Qingdao National Meteorological Station menyatakan, angin bertiup 34,8 meter per detik dengan badai berkekuatan 12 sesuai skala Beaufort.