Monday, October 10, 2022

Rantai Besar Konstantinopel, Penghalau Musuh Kekaisaran Romawi Timur


Setiap wilayah dalam sejarah kuno dan modern memiliki caranya sendiri untuk bertahan dari serangan musuh. Termasuk ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, Konstantinopel. Kota yang dikenal sebagai Istanbul kini, Konstantinopel pernah menjadi salah satu kota terkaya di dunia. Kota ini juga menjadi tempat lahir peradaban Barat. Sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 16 abad, Konstantinopel adalah pusat dari banyak peristiwa besar dalam sejarah. Begitu kaya dan penting, bagaimana Konstantinopel dijaga dari serangan musuh yang mengancam? Rantai besar Konstantinopel menjaga Kekaisaran Romawi Timur dari serangan musuh selama berabad-abad. Bagaimana bisa?

Tanduk Emas Konstantinopel, titik penting Konstantinopel

Di dunia kuno, angkatan laut yang kuat sering kali menjadi faktor penting dari ketahanan sebuah kerajaan atau kekaisaran. Memiliki kekuatan angkatan laut yang kuat berarti sebuah kota atau kekaisaran dapat melakukan pengepungan dan blokade laut. “Termasuk melancarkan perang jarak jauh,” ungkap Aleksa Vučković di laman Ancient Origins. Namun dalam kasus Konstantinopel, serangan laut dari musuh dapat menimbulkan malapetaka bagi ibu kota maupun Kekaisaran Romawi Timur. Ini sebagian besar karena kerentanan Tanduk Emas dan posisinya dekat dengan kota.

Tanduk Emas, yang dikenal oleh orang Yunani kuno sebagai ChrysĆ³keras (Ī§ĻĻ…ĻƒĻŒĪŗĪµĻĪ±Ļ‚) adalah muara dari dua sungai besar dan sebuah pintu masuk di selat Bosphorus yang lebih besar. Panjangnya sekitar 7,5 kilometer dengan lebar 750 meter pada titik terlebarnya. Kedalaman maksimum sekitar 35 meter.


Tanduk Emas memiliki sejarah yang kaya dan bersemangat, bahkan sebelum munculnya Bizantium dan kemudian Konstantinopel. Berdasarkan penelitian arkeologi, Tanduk Emas adalah jalur air yang sibuk sejak 6700 Sebelu Masehi. Ini diketahui dari banyaknya permukiman kuno ditemukan di sekitarnya.

Namun fungsi pentingnya berkembang drastis sejak sekitar abad ke-7 Sebelum Masehi. Tanduk Emas menjadi jalur air vital yang sangat penting untuk perdagangan di dunia kuno. Muara itu mendapat julukan "Emas" karena membawa kekayaan besar bagi kota berkat posisinya.

Rantai besar Konstantinopel, penghalang besi yang menghalau musuh

Menurut sejarah, jalur air Konstantinopel tidak digunakan secara eksklusif untuk perdagangan. Meski menghasilkan kekayaan, muara ini juga menjadi posisi terlemah kota. “Ketika musuh menyerang, saluran masuk seperti itu menjadi peluang besar bagi penyerang yang lihai,” ungkap Vučković.

Bagi Konstantinopel, jalur air Tanduk Emas bisa membawa malapetaka pada waktu tertentu. Jika tidak dilawan, armada musuh dapat memasuki perairan dan melewati pelabuhan pelindung berbentuk tanduk. Tentu saja itu secara efektif akan menyerang posisi belakang kota yang rentan.

Untuk mencegahnya, Bizantium menggunakan metode pertahanan laut yang terpercaya yaitu rantai besar. Juga dikenal sebagai boom, rantai ini dapat digantung dan dikencangkan pada saat yang genting, mencegah masuknya kapal musuh ke saluran masuk.

Rantai besar Konstantinopel ditempatkan di pintu masuk yang tepat ke jalur air Tanduk Emas. Pintu ini memanjang dari Menara Eugenius di tembok luar kota ke MegĆ”los PĆ½rgos, Menara Besar di sisi lain jalur air.

Pembuatan rantai yang begitu besar dan kuat tentu saja merupakan tugas yang menakjubkan. Ini menjadi pencapaian arsitektur dan teknik yang besar. Rantai besar Konstantinopel terbuat dari ratusan mata rantai besi tempa yang berat. Ketika diperpanjang sepenuhnya, panjangnya mencapai 750 meter.

Ada banyak perdebatan tentang berat dan dimensi sebenarnya dari setiap tautan. Bagian rantai besar yang masih ada memiliki mata rantai yang beratnya antara 12 dan 15 kilogram. Setiap tautan memiliki panjang 50 sentimeter dan tebal 5 sentimeter. Beberapa cendekiawan mengeklaim bahwa rantai berasal dari periode Bizantium.


Sumber sejarah menekankan bobot dan dimensi rantai yang besar. Penulis sejarah Bizantium George Sphrantzes, seorang saksi Kejatuhan Konstantinopel, menyebutkan:

“Rantai itu sangat berat. Kaisar memerintahkan agar rantai besi yang sangat berat ini ditempatkan di mulut pelabuhan”.

Di dua menara, rantai dioperasikan oleh sistem roda, katrol, dan penyeimbang menara air yang kompleks.

Upaya bangsa Arab menerobos rantai besar Konstantinopel

Berabad-abad sebelum kejatuhan Konstantinopel, rantai besar terbukti menjadi salah satu keuntungan strategis pertahanan terpenting di Mediterania. Pada 717 dan 718 Masehi, orang-orang Arab Muslim dari Kekhalifahan Umayyah melancarkan serangan yang menghancurkan terhadap Konstantinopel. Armada mereka yang kuat dan unggul menjadi keuntungan besar.

Bizantium – dipimpin oleh Kaisar Leo III dari Isaurian – menghadapi kemungkinan kekalahan yang sangat besar. Namun sang kaisar memiliki rencana cerdik untuk mengalahkan armada penyerang. Tentu saja rantai besar Konstantinopel memainkan peran penting dalam rencana itu.

Sekitar 3 September 717, armada Arab memulai serangan dan memasuki pintu masuk Tanduk Emas tanpa hambatan. Saat itu, tidak ada rantai yang menghalangi jalan. Ini semua adalah bagian dari strategi brilian Leo III.

Saat armada Arab masuk lebih dalam ke jalur air, angin dan arus secara bertahap membawa kapal lebih dekat ke tembok kota. Pada saat genting ini, Leo memerintahkan rantai besar untuk diangkat. Di saat yang sama, para pembela Konstantinopel memulai serangan yang menghancurkan dengan Api Yunani yang sangat mudah terbakar. Api Yunani adalah senyawa yang mudah terbakar yang dipancarkan oleh senjata pelempar api. Beberapa sejarawan percaya api menyala saat kontak dengan air berkat campuran nafta dan kapur.

Terkejut dan tidak dapat melarikan diri, orang-orang Arab tidak memiliki peluang. Pelaut mereka terbakar hidup-hidup dan mengotori permukaan air Tanduk Emas, saat kapal mereka yang terbakar tenggelam. Kapal-kapal yang menghindari kehancuran api berusaha mundur kembali ke arah mereka datang. Tetapi rantai besar Tanduk Emas berdiri kokoh dan tidak dapat dipatahkan dan menghalangi jalan. Kapal-kapal itu pun harus menghadapi kematian di perairan yang berapi-api.

Mungkinkah sebuah kapal bisa berhasil melewati rantai besar Konstantinopel?

Bagi musuh Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur, rantai besar Konstantinopel merupakan hambatan besar. Para penyerang harus menemukan strategi alternatif untuk menyiasati rantai tersebut.

Suatu saat selama tahun 940-an, pangeran Rus, Igor dari Kyiv, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Konstantinopel. Yang menarik, Igor tidak memimpin armadanya melintasi laut dan masuk ke jalur rantai. Sebagai gantinya, armadanya diangkut melintasi daratan.

Portaging adalah praktik yang digunakan terus-menerus oleh Rus. Mereka membawa kapal perang di atas kayu besar melintasi daratan, sering kali melewati rute berbahaya. Dalam serangan ke Konstantinopel, portaging merupakan keuntungan besar bagi Igor. Kapalnya kemudian memasuki perairan di ujung Tanduk Emas. Dengan cara itu, mereka berhasil melewati rantai besar yang terkenal kejam.

Selama kejatuhan Konstantinopel pada tahun 1453 Masehi, rantai besar itu sangat efektif. Saat itu, armada Ottoman yang kuat di bawah komando Sultan Mehmed II menyerang kota dengan kekuatan penuh. Tetapi kapal perang mereka dihentikan oleh rantai besar Konstantinopel.

Menyadari hal itu, sultan memilih rute penyerang lain dan berjalan di sekitar rantai. Armada yang lebih kecil yang terdiri dari 70 perahu perang Ottoman diangkut melintasi daratan dan dimasukkan kembali ke dalam air di sisi lain rantai tersebut. Armada Ottoman akhirnya berhasil dan Konstantinopel jatuh pada tanggal 29 Mei 1453 Masehi.

Konstantinopel adalah permata Peradaban Barat dan salah satu kota terbesar di dunia kuno. Mempertahankannya dari gerombolan musuh yang rakus tentu bukan tugas yang mudah.

Komandan dan para ahli harus menemukan cara baru dan cerdik untuk mempertahankan ibu kota mereka. Rantai besar Konstantinopel melintasi Tanduk Emas adalah salah satu inovasi yang terbukti menjadi penghalang pertahanan utama selama berabad-abad.

Sayangnya ketika menghadapi invasi dari semua sisi, rantai besar besar saja tidak cukup untuk melindungi kota. Setelah melindungi Kekaisaran Romawi Timur selama berabad-abad, rantai besar Konstantinopel akhirnya berhasil ditembus musuh.