Hal Saflieni Hyopeum merupakan permakaman bawah tanah yang ditemukan pada 1902. Bertempat di sebuah bukit menghadap ke bagian terdalam Grand Harbour of Valetta, Kota Paola, Malta.
Dilansir dari laman UNESCO, tempat ini merupakan monument prasejarah yang unik. Sebuah kuburan bawah tanah yang awalnya berisi sisa–sisa dari sekitar 7.000 individu. Permakaman ini digunakan di setiap fase prasejarah Malta atau mulai dari sekitar 4.000 SM sampai 2.500 SM
Dari penggalian di tempat ini didapatkan banyak hal, misalnya artefak berupa bejana tembikar yang didekorasi dengan desain rumit, kancing cangkang, manik-manik dari batu dan tanah liat. Ditemukan pula jimat dan batu kecil yang diukir membentuk hewan diduga dipakai sebagai liontin.
Tulang belulang manusia yang ditemukan di tempat ini menunjukkan bahwa ritual penguburan memiliki lebih dari satu tahap. Menariknya, dilansir dari Archaeology World, kumpulan tengkorak dari tempat ini menunjukkan kelaian dan atau patologi yang aneh. Sebagai contoh, terkadang tidak ada garis rajut tengkorak, bukti pengeboran dan pembengkakan di bagian belakang kepala diduga bekas trauma yang pulih.
Adapun yang paling aneh adalah tengkorak yang memanjang tanpa adanya medial fossa, sambungan yang membentang di sepanjang bagian atas tengkorak. Alasan dari kelainan ini diselimuti misteri.
Tengkorak dipajang di Museum Nasional Arkeologi hingga tahun 1985. Pihak otoritas yang bertanggung jawab atas warisan prasejarah Malta, Heritage Malta, memindahkannya dari pandangan publik sekitar 30 tahun yang lalu. Sejak saat itu, tengkorak ini hanya bisa dilihat oleh peneliti dengan izin khusus.
Pihak otoritas juga membantah beberapa teori yang beredar terkait dengan ‘pendeta ular’ atau ‘tengkorak alien’. Sikap ini terbilang wajar dilakukan mengingat selain bukti tengkorak yang cukup aneh, selebihnya hanyalah spekulasi.
Dr Anton Mifsud dan rekannya, Dr Charles Savona Ventura menjadi yang pertama untuk menyelidiki tengkorak. Mereka bersaksi tentang keberadaan dan kelaian yang ditemukan. Sedangkan Vittorio Di Cesare dan Adriano Forgione dari majalah HERA, Italia adalah satu-satunya non-pejabat yang mendapat izin untuk menyelidiki tengkorak. Mereka menerbitkan artikel yang sangat detail mengenai temuan dan tampaknya mereka sangat terkesan.
Skullcap yang memanjang merupakan bagian yang paling menarik. Penelitian mereka menegaskan bahwa tempurung kepala panjang secara alami dan bukan karena perban ataupun papan, seperti kebiasaan di peradaban kuno Amerika Selatan.
Para ahli ini juga tidak dapat menemukan rajutan median atau sagital, yang dianggap ‘mustahil’ oleh para ahli medis dan ahli anatomi. Dalam artikelnya, mereka juga menarik kesimpulan yang berkaitan dengan budaya Mesir dan apa yang disebut ‘pendeta ular’.
Di sisi lain, sosok Rodriguez Aguilera yang pernah mengaku diculik oleh alien saat masih anak-anak, pernah mengklaim bahwa makhluk ekstraterestrial ini mengatakan padanya, “ada 30.000 tengkorak yang berbeda dari manusia di sebuah gua, di pulau di Laut Mediterania, Malta.”
Tengkorak ini berasal dari 3.000–2.500 SM. Majalah National Geographic terbitan edisi Januari – Juni 1920, Volume XXXVII melaporkan bahwa penduduk pertama Malta adalah ras dengan tengkorak memanjang.
“Dari pemeriksaan kerangka (dari) Zaman Batu yang dipoles, tampak bahwa penduduk awal Malta adalah ras orang-orang bertengkorak panjang dengan tinggi sedang, mirip dengan orang-orang awal Mesir yang menyebar ke barat di sepanjang pantai utara Afrika. Beberapa pergi ke Malta dan Sisilia yang lainnya ke Sardinia dan Spanyol,” begitu National Geographic melaporkan.